19. Sekretaris Baru?

464 37 1
                                    


Hari senin telah tiba. Mereka yang bekerja dan mereka yang masih sekolah kembali melakukan aktivitasnya. Nakula terlihat berbeda dari biasanya, ia terlihat lebih hidup dan ceria. Sebelumnya ia akan selalu menggerutu karena lelah dan malas untuk masuk kerja.

Ia juga menyapa beberapa karyawan yang ia kenal. Mereka yang selalu melihat Nakula dengan wajah datar tanpa ekspresi pun dibuat heran dengan perubahan ini. Apakah weekend nya kemarin membawa kebahagiannya kembali?

Nakula berjalan keluar dari lift dengan langkah riang. Saking semangatnya ia bahkan tidak memperhatikan tikungan di depannya.

'Bruk!

Seorang wanita berdiri dengan pakaian kantor yang begitu rapi, aroma parfum yang harum nya permanen dan penampilan yang begitu fresh. Wanita dengan rambut di ikat rapi dan lipstik yang merah menyala itu adalah Lila.

"Bu Lila?! maaf atas kecerobohan saya, bu." Nakula menunduk dalam, ia berjongkok untuk membereskan kekacauan yang ia buat. Ia mengambil berkas-berkas yang jatuh dari pelukan wanita dihadapannya itu.

"Lain kali kalau jalan lihat-lihat. Entah apa yang membuatmu semangat di pagi ini." tanpa ekspresi, sekretaris bernama Lila itu menampilkan kharisma nya yang begitu dingin. Nakula melipat bibir nya kedalam dan menunduk rasa bersalah.

"B-baik bu, maaf— " sebelum kalimatnya habis pun, wanita itu nampak tak perduli dan melanjutkan perjalanannya dengan tubuh tegap dan pinggul yang berkelok-kelok layaknya seorang model.

"Jutek banget sih." gerutu Nakula dengan suara pelan.

Memang profil seorang Lila tak begitu ia kenal karena ia jarang sekali berinteraksi dengan wanita itu. Lagi pun ia juga jarang melihat sekretaris sahabatnya itu berada disini karena mengurus pekerjaan lapangan. Dan kabar bahwa sekretaris Lila akan mengundurkan diri juga mengejutkan dirinya.

Ia mengedikkan bahunya dan pergi ke meja kerjanya karena disana pekerjaannya sudah menumpuk. "Baru juga rasanya happy banget, eh ketemu sama bu Lila." gumam Nakula yang kini tengah menata meja nya yang berantakan. Ia duduk menghadap komputer dan mulai fokus dengan pekerjaannya.

Tak berselang lama sejak ia memulai garapan-nya karena detik itu juga para karyawan disana berbisik-bisik membicarakan tentang wanita yang menjabat sebagai sekretaris di perusahaan ini.

"Kalian tau gasi, katanya bu Lila mau berhenti?"

"Sumpah?! enak dong, jadi ga liat wajah dinginnya itu."

"Semoga aja dapet sekretaris yang lebih ramah deh, yang bisa hargai karyawannya." Begitu bisik-bisik yang terdengar dari beberapa karyawan perempuan di depan meja Nakula.

Nakula sendiri juga tak ambil pusing dengan hal ini, seperti yang dikatakan sebelumnya jika ia tidak begitu tau mengenai sekretaris Lila yang katanya bersikap dingin dan tak pernah senyum pada karyawan disini. Disaat jari tangannya itu akan menyentuh keyboard, tiba-tiba saja seseorang memanggilnya.

"Mas Nakula, kamu dipanggil sama pak Harsha untuk datang ke ruangannya." itu adalah Anna yang baru saja datang entah dari mana.

Nakula pun mengangguk dan meninggalkan pekerjaannya terlebih dulu untuk segera menemui boss nya itu. Entah akan membahas apa, Nakula penasaran.

Ia masuk kedalam ruangan dimana direktur sekaligus sahabatnya itu berada. "Ada apa pak?" tanya Nakula dengan sopan.

"Nakula, sebentar lagi direktur Abimanyu akan tiba disini. Kita akan membicarakan soal pemotretan mu itu."

Nakula mengangkat sebelah alisnya, kemudian kembali biasa-biasa saja. Toh ia juga tidak bisa membalas apapun selain mengikuti semua perintah orang dihadapannya. Ia di perbolehkan duduk di sofa tunggu yang berada di ruangan itu, tak biasanya Harsha bersikap formal seperti ini pada nya.

ABIMANYU || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang