Chapter 0

293 17 2
                                    

╔══════════════════════════╗

╔══════════════════════════╗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

‧₊˚𖤣𖥧↟𓆑𓍊𓋼‧₊˚

"berhati-hatilah, Forest..!" Seorang bocah seusianya melambai-lambai memberi perpisahan setelah bel sekolah berbunyi.

"Sampai jumpa besok..!" Maka ia pun menjawabnya dengan senyum manis yang terhias oleh deretan gigi yang sedikit berantakan.

Di jalanan setapak yang senyap dikelilingi oleh tembok hutan itu, ia menyenandungkan lagu yang selama ini dicintainya.

Tangannya yang jahil mengambil sebuah kerikil untuk kemudian melemparkannya ke atas pohon, sebuah apel pun akhirnya jatuh ke tanah menyambutnya untuk mengambil benda itu segera.

"Kena kau, apel penyihir!" Pekiknya sembari melarikan diri dan berlutut mengambil buah segar tersebut di tanah.

Namun seketika telinganya berdenging ketika merasakan sesuatu mengikuti langkahnya, maka ia dengan mata membelalak seketika terlonjak kala sebuah tangan jenjang mengambil apel incarannya.

"Buah ini kotor kau tahu.." ucap gadis berambut putih itu sembari bangkit dari posisinya, menatap sosok bocah bersurai cokelat gelap yang ada di hadapan.

"Lagipula ini bukan milikmu.. alam adalah seorang raja, kau tidak menghormatinya?" Namun sedikitpun bocah itu tidak menjawab, sedikitpun tidak, ia terlalu takut dengan atmosfir yang terpancar dari gadis ini.

Entah bagaimana, ia menemukan sosok malaikat yang tersembunyi di balik tatapan tajamnya.

"Berapa usiamu?" Tanya gadis misterius itu tiba-tiba seraya memberi buah tersebut pada lawan bicaranya.

"Minggu depan.. usiaku sepuluh tahun.." maka ia menjawab sepatah kata dengan nafas yang tercekat.

"Namamu..?" Lanjut gadis itu lagi kemudian melangkah mengikuti kaki mungil sosok bocah yang seakan tak ingin peduli dengan kehadirannya.

"Forest.. Forest Quiscent.." ia melahap apel tersebut tanpa menoleh sedikitpun pada seseorang yang masih mengikuti langkahnya.

"Oh! Jadi aku baru saja bertemu dengan roh hutan, ya.." canda sosok tersebut walau bocah di sampingnya masih tak menggubris.

"Pepohonan itu.. kakakku bilang mereka adalah aku, dan aku adalah mereka.." Forest menatap rimbunan daun di hadapannya, tak sedikitpun berpaling dari keajaiban alam yang fana.

"Tetapi pepohonan selalu gugur setiap saat, mereka rapuh.. dan tidak pernah kuat dengan ancaman.." gerutunya sembari melahap apel di tangannya dengan gusar.

"Pohon memang rapuh, Forest.. tapi dibalik ancaman itu dia bangkit kembali dari keterpurukan, ikut menyambut musim semi walau telah diterpa badai.." mendengar itu semua, tiba-tiba ia terpaku memerangkap hening, apelnya terjatuh ke tanah dengan mata memancarkan takjub.

𝐅𝐎𝐑𝐄𝐒𝐓 ▍"𝘵𝘩𝘦 𝘳𝘢𝘣𝘣𝘪𝘵 𝘢𝘧𝘧𝘳𝘪𝘨𝘩𝘵"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang