Asha meletakkan secangkir kopi di atas meja belajarnya. Dia mulai duduk sembari mengambil pulpennya yang ada di dalam wadah berbentuk tabung seukuran gelas. Kini fokusnya hanya pada buku tulis. Sorotnya sesekali berpindah menatap tulisan-tulisan di buku paket.
Besok senin. Hari baru, tetapi tidak dengan keseharian yang baru. Serajin-rajinnya Asha, bukan berarti dirinya menikmati hari-harinya selama di sekolah. Itu kecuali kalau punya seorang teman yang bisa kau ajak berbicara atau sebagai tempat berkeluh kesah.
Terkadang Asha ingin menyerah. Dia sudah tidak kuat menghadapi berbagai perlakuan tak mengenakkan warga sekolah Neocity yang dari awal tidak menerima keberadaannya.
Seorang anak buruh petani yang berasal dari desa tidak pantas berada di kawasan wilayah elit seperti SMA Neocity. Dan Asha justru tetap memaksakan pilihannya untuk mendapatkan ilmu bermanfaat lewat dirinya mencari beasiswa, tanpa memikirkan ke depannya akan seperti apa. Asha sama sekali tidak menyesal, dia suka bisa menjadi salah satu murid SMA Neocity.
Hanya saja, ketidaksukaan murid-murid lain membuat Asha terkadang punya pemikiran untuk keluar. Meskipun hanya sebatas niat, tapi Asha belum ingin menyerah. Dia ingat betul bagaimana perjuangan orang tuanya di desa tempat kelahirannya, senantiasa berharap penuh atas keberhasilannya kelak.
Namun, seperti diawal, Asha lelah. Segala keburukan yang diterimanya selalu dibalas oleh keterdiaman yang menunjukkan kalau Asha lemah dan pantas untuk diinjak-injak.
Asha menutup buku tulisnya lalu meraih gagang gelas di sampingnya. Meminum habis cairan hitam legam tersebut dalam sekali teguk hingga tak tersisa.
Hahh ... sialan.
Tiap mengingat apa yang dialaminya, membuat Asha merasa seperti pecundang. Mungkin Asha akan begadang. Ia butuh ketenangan di malam yang sunyi seperti ini untuk merenung.
Hanya saja, bunyi singkat berasal dari ponselnya mengalihkan atensi Asha yang masih duduk di kursi belajarnya. Ponsel keluaran lama, itupun bekas, yang bisa ayahnya beli seharga 890 ribu rupiah.
Asha menghidupkan layar ponselnya. Notifikasi pesan masuk oleh nomor tak dikenal.
+62-853-1111-2222
Hai, Kak
21.57
Save Hanan, ya😁
Jangan lupa save balik><
21.57Asha mengerutkan dahi. Hanan? Siapa Hanan? Asha merasa asing oleh namanya. Seingatnya, Ia tak pernah menyebar nomornya ke siapapun atau ke media sosial. Ia termasuk orang yang sangat menjaga privasinya dari publik. Aplikasi kekinian saja Ia tak punya, selain aplikasi pesan dan WhatsApp. Dua hal penting yang digunakan Asha untuk menerima informasi dan menjaga komunikasi dengan orang tuanya di desa.
Oh, oke
21.59 √√Kakak Asha 11 IPS 2, 'kan?
21.59
Asha bergeming. Orang yang mengaku bernama Hanan ini membalas cepat pesannya.
Iya
22.00 √√Hanan kelas 10 MIPA 3, Kak😄
22.00Oh
22.01 √√
Oke
22.01 √√Asha bingung musti membalas bagaimana. Dirinya tidak mengenal satupun adik kelasnya. Baru kali ini ada yang mau repot-repot mengiriminya pesan, itupun minta untuk saling simpan kontak.
Kakak besok sibuk ndak?
22.02Enggak. Kenapa?
22.02 √√
KAMU SEDANG MEMBACA
CANTIK
Teen Fiction"Tidak ada alasan apapun, hanya kamu yang menjadi alasanku untuk tetap singgah." --- [g×b stories, jangan salpak] Jn: ⬇ Sh: ⬇ Ys: ⬇ © Pin, Edited by Lillavias