"Kak Asha!!!" Hanan berlari menghampiri Asha yang baru saja memasuki gerbang.
Suasana sekolah masih terasa sepi, karena Asha memang suka datang lebih awal. Namun, siapa sangka Asha akan bertemu dengan Hanan sepagi ini di sekolah.
Pemuda pendek itu menatap Asha. Berdiri di hadapan sang kakak kelas dengan senyuman lebar. "Kak Asha kenapa kemarin nggak berangkat sekolah? Hanan sendirian makan di kantin tau, sepi rasanya nggak ada kak Asha."
"Nggak papa. Kamu bisa ngajak temen sekelasmu," balas Asha datar.
Hanan memanyunkan bibir bersamaan dengan keningnya yang mengerut kesal. "Jawaban kak Asha 'nggak papa, nggak papa' mulu, yang bener dong, Kak. Lagian Hanan nggak punya seseorang yang bisa diajak ke mana-mana bareng selain kak Asha. Semalam Hanan nggak jadi dateng karena Hanan harus nganter mama ke rumah sakit, maafin Hanan nggak bi—"
"Apa kamu nggak ngerasa bersalah jadiin mama kamu sebagai alasan dusta kamu?" Asha menyela perkataan Hanan dengan nada suara yang semakin datar.
"Hah?"
Asha mendecih muak. "Aku minta berhenti berpura-pura, Hanan. Sandiwara kamu bagus, tapi aku udah tau semuanya."
"Tau semua ... maksudnya?"
"Aku bilang berhenti bersikap seolah-olah kamu nggak tau semuanya, Hanan!" bentak Asha tak main-main. "Aku nggak tau maksud dan tujuan kamu datang ke kehidupan aku sebelumnya, tapi dari bukti ini, aku kecewa sama kamu." Asha memberikan ponselnya kepada Hanan agar pemuda manis itu dapat melihatnya.
Rupanya sebuah rekaman video yang memperlihatkan seorang pemuda babak belur, dan ada satu pemuda lain yaitu Jeno. Di dalam video berdurasi tiga menit itu terlihat bahwa Jeno tak segan-segan menghajar sang adik kelas disaat pertanyaannya tak dibalas. Pemuda yang merupakan teman sekelas Hanan itu hanya bisa menangis sembari merintih memohon ampunan. Terjadinya intimidasi yang dilakukan oleh Jeno, hanya untuk membuat remaja kelas sepuluh itu buka suara.
"Kasih tau apa tujuan temen lo yang namanya Hanan itu sksd ke Asha! Jelasin semuanya ke gue atau lo gue bikin makin babak belur dari ini!"
"I-Iya, Kak, m-maaf. Hanan bilang kalau dia penasaran sama kak Asha, makanya dia gencar deketin kak Asha. Awalnya kami nggak percaya kalo dia bisa deketin kak Asha, karena sepanjang kami mengenal Hanan, dia termasuk orang yang selalu gagal pas mau nyoba sesuatu. Kami bisa kenal kak Asha saat temen-temen kak Jeno kasih pelajaran ke kak Asha, dari situ kami bercanda-bercanda tentang kak Asha sampe Hanan nyeletuk kalo dia bisa deketin dan bakal main-main sedikit sama kak Asha."
"Sebelumnya, dari aksi kak Vino sama yang lain, Hanan bilang kalo kak Asha itu nggak berguna. Kak Asha cuma orang miskin yang doanya dijabah Tuhan biar dia kesenengan karena bisa sekolah di Neocity. Pas tau ada bahan buat seneng-seneng, kami memang berencana mau ikutan kasih pelajaran ke kak Asha, tapi nggak jadi pas tau Hanan ngajuin diri, toh kalo ada apa-apa biar Hanan aja yang kena. Hanan juga setuju-setuju aja, karena memang itu rencananya, bikin kak Asha kapok dan nggak betah, terus keluar selamanya dari sekolah."
Hanan menatap Asha dengan raut panik. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menepis semua yang dikatakan pemuda di dalam video tersebut. "Kak Asha, demi Tuhan, aku nggak pernah ada bilang begini!" serunya membela diri.
"Nggak usah bawa-bawa apa lo sebutin buat nutupin kelakuan buruk lo itu. Jangan sampai gue bongkar semua kebusukan lo di sini ya! Komplotan lo sendiri yang bilang, jadi nggak usah sok ngerasa paling tersakiti kalo lo sendiri manipulatornya. Kelakuan lo kayak nggak tau apa-apa, nyatanya otak busuk lo itu ancaman. Gue masih bisa sabar pas tau lo nuduh gue yang bikin lo babak belur, tapi kali ini, jangan harap lo lepas dari gue!" sahut Jeno berjalan menghampiri dari belakang tubuh Asha.
"Perlu gue bawa temen-temen lo ke sini buat ngomong langsung sama si paling bisa diandelin, huh?"
"Aku emang sengaja nuduh kak Jeno, karena aku punya alasan tersendiri kenapa berbuat begitu. Aku cuma kepengen kak Jeno menjauh dari hidupnya kak Asha. Soal apa yang ada di video ini, aku nggak pernah sampe berencana kekanak-kanakan begitu. Kak Asha, tolong percaya sama Hanan, Hanan nggak mungkin berbuat seperti itu, Hanan dituduh, Kak, Hanan nggak pernah punya niatan jahat ke kak Asha!" ucap Hanan meraung-raung, berusaha meraih tangan Asha. Namun, Jeno dengan sigap langsung menarik tangan Asha mundur.
"Nggak pernah lo bilang? Lawak lo, Anjing! Buktinya temen-temen lo sendiri yang ngasih klarifikasi. Apa perlu sekarang mereka gue minta ke sini biar kita saling buka-bukaan rahasia?" Jeno membalas semakin sengit.
"Kak Asha ...." Hanan kembali maju hendak mendekati Asha, tapi untuk kedua kalinya digagalkan oleh Jeno. Pemuda yang merupakan kakak kelasnya itu dengan entengnya langsung memukulkan bogeman tangannya ke wajah kurus Hanan. Hanan yang mendapat serangan tiba-tiba tersebut langsung terhuyung ke samping hampir terjatuh menghantam aspal.
"A-Aku nggak pernah berencana buat nyakitin kak Asha, aku berani bersumpah. Kak Jeno bohong, Kak, kak Jeno, boho—akhh!" Sekali lagi, Jeno kembali melayangkan pukulan yang membuat Hanan tersungkur ke aspal.
Asha memejamkan mata, tak berani melihat bagaimana dengan kasar Jeno memukuli Hanan. Asha berusaha menulikan pendengarannya. Bukan tidak ingin melerai, tapi Asha telanjur kecewa oleh tindakan Hanan. Salahkah dirinya hadir di sekolah ini dan menyandang status seorang pelajar Neocity?
Jeritan tangis Hanan menyakiti hatinya, tapi Asha tetap berpendirian bahwasanya Hanan memang harus diberi pelajaran.
Hingga disaat pemuda manis itu hampir kehilangan kesadarannya, Asha menarik tangan Jeno untuk menjauh dari entitas yang terbaring lemah dengan sekujur badan terdapat luka. Asha menatap Jeno, seolah mengisyaratkan agar berhenti. Jeno mendecak kesal, segera memalingkan muka ke arah lain begitu menyadari Asha malah menghampiri Hanan.
"Ayo ke UKS, tapi setelah ini mungkin kita nggak akan berhubungan sedekat sebelumnya. Kamu tau, Hanan, aku nyoba bersabar, tapi semakin banyak masalah masuk ke kehidupan aku. Aku berusaha tabah dan menerima, tapi bukan berarti aku nggak bisa memberontak." Asha membantu Hanan berdiri. Si pemuda tersebut hanya bisa menangisi rasa sakit yang didapatkannya.
"Tapi aku nggak salah, Kak. Mereka bohong, mereka nuduh aku," ucapnya lirih. Kini dia berhasil berdiri, lantas Asha pun membantunya memapah pelan-pelan menuju UKS.
Asha melirik Jeno yang menatapnya dingin di belakang. "Aku hanya sebentar, kamu tunggu di kelas," ucap Asha menenangkan. Ia melanjutkan jalannya mengabaikan sosok di sebelahnya ini yang terus berkata bahwa dia tidak bersalah.
Jujur, Asha sebenarnya tidak mengerti situasi saat ini. Dari pembelaan Hanan yang tampak bersungguh-sungguh menolak kelarifikasi pemuda di dalam rekaman video, tetapi disaat Asha mencoba percaya, Ia diingatkan kembali oleh rekaman video dari Jeno yang mengungkapkan semua rencana licik Hanan. Jadi, dari semua ini mana yang harus Asha percayai?
•••
Bentar lagi lebaran gess, maap ye belom sempet update, ane sangat sibuk dan didominasi rasa malas buat ngetik cerita :v
Takutnya kagak sempet update lagi, jadi di sini saya mau minta maaf kalo ada ketikan saya menyinggung pembaca. Semoga dosa kita di terima di sisi Allah SWT
Kagak-kagak, bercanda! Semoga dosa kita diampuni oleh Allah SWT meski kita berulang kali mendekati dosa itu sendiri. Anyway, jan bosen-bosen baca ni cerita, karena kok kesannya makin ke sini makin kek mendrama banget, terus nggak masuk akal pula. Tapi dahlah ....
KAMU SEDANG MEMBACA
CANTIK
Teen Fiction"Tidak ada alasan apapun, hanya kamu yang menjadi alasanku untuk tetap singgah." --- [g×b stories, jangan salpak] Jn: ⬇ Sh: ⬇ Ys: ⬇ © Pin, Edited by Lillavias