Chapter 07

2.3K 237 16
                                    

"Jadinya mau kamu bawa kucingnya?"

"Ehm."

"Kalau ada yang punya, gimana?"

"Gak peduli! Salah sendiri kenapa kucing ini gak dijaga dengan baik? Bahkan sampai hampir mau ketabrak mobil!"

Asha cekikikan. Tanpa sadar tangan kanannya terangkat, digunakannya untuk mengacak-acak helai surai yang terasa halus tatkala menyentuh permukaan kulit telapak tangannya.

Kini keduanya berjalan beriringan. Kucing tadi juga masih berada di gendongan Hanan. Tidak memberontak, malah tampak nyaman, seolah tahu kalau sosok yang tengah menggendongnya saat ini adalah seseorang yang sangat tampan.

"Maaf," ucap Asha pelan tanpa bersitatap dengan sosok di sebelahnya ini. Lantas hal itupun membuat Hanan menoleh ke arahnya.

"Untuk?"

"Yang tadi sore."

Hanan tersenyum segan. Ia meraih telapak tangan Asha untuk digenggamnya dengan sangat erat. "Gak papa, Kak. Hanan gak mempermasalahkannya kok. Hanan mengerti," balasnya tulus.

"Gini aja, karena ini udah malem dan kamu juga musti pulang untuk istirahat, gimana kalau besok aku traktir? Sebagai permintaan maaf aku karena udah bikin waktu berharga kamu terbuang sia-sia."

Hanan langsung sumringah mendengarnya. Dia memandang Asha dengan penuh binar saking bersemangat dirinya sekaligus merasa senang.

"Beneran, Kak?" tanyanya antusias. Memastikan jika Asha bersungguh-sungguh.

"Beneran."

Kedua sudut bibir Hanan semakin tertarik. Membentangkan senyum lebar yang membuat Asha terkekeh menyaksikannya secara langsung.

"Kalau gitu Hanan pulang dulu ya, Kak? Rumah Hanan masuk gang sebelah toserba itu. Kakak hati-hati pulangnya, ya!"

"Hahaha, iya, pasti."

Pemuda manis itu berlari kecil meninggalkan Asha yang mengawasi kepergiannya. Dia berhenti untuk berbalik badan. Melambaikan tangannya pada Asha yang hanya dapat membalas dengan senyuman. Setelahnya, dia lanjutkan melangkah sampai wujudnya menghilang ketika memasuki gang.

Hanan terlihat seperti seorang anak kecil yang ekspresif, dan Asha sangat menyukai kepribadian ceria adik kelasnya itu.

....

Pagi menjelang, mentari fajar membias ke seluruh penjuru kota. Mengantarkan tipis-tipis kehangatan, meski pagi ini udara cukup dingin.

Di samping itu, terlihat Asha tengah berkutat di rumah sewanya sembari menyeduh secangkir teh hangat. Di sebelah seduhannya, terdapat sepiring roti tawar yang akan menjadi sarapan paginya sebelum berangkat ke sekolah nanti.

Drrtt

Asha menoleh ke bawah, tepatnya ke arah ponselnya berada. Sebuah notifikasi pesan masuk terpampang di layar kunci.
_________________________________________

WhatsApp • sekarang
Jeno🐶
Gue di halte
_________________________________________

Asha nyaris tersedak tehnya. Jeno? Sepagi ini sudah ada di halte? Bahkan orang yang ambis pun kerapkali datang terlambat, sementara Jeno di pukul enam kurang dua menit ini sudah stan by menunggu bus menuju sekolah.

Dipencetlah pesan Jeno hingga membuatnya masuk ke kolom chat. Bisa dikatakan baru kali ini mereka berkomunikasi melalui obrolan pesan.

Jeno🐶
last seen at 05.59

CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang