"Kamu itu gimana sih ngatasinnya? Ini kita rugi banyak loh! Becus nggak sih kamu jadi supervisor? Heran banget kenapa Pak Dika bisa mempercayakan orang kampungan kayak kamu jadi penanggungjawab. Mikir dong, Asha Widianingrat, kerugian kita bisa bikin perusahaan bangkrut karena kesalahan tolol kamu itu! Arghh, sialan sekali!"
Asha, perempuan itu hanya bisa menundukkan wajah menerima setiap bentakan dari sang atasan dari panggilan video yang sedang terhubung.
"Maafkan atas kelalaian saya, Pak."
Terdengar gelak tawa penuh penghinaan dari sang atasan yang membuat Asha mengepalkan tangan kanannya, tak sadar bahwa hal itu dapat melukai telapak tangannya sendiri akibat kukunya menusuk lapisan kulit.
"Kamu pikir hanya dengan kata maaf semuanya bisa langsung terselesaikan dengan baik? Yang bakal kena teguran bukan cuma kamu, tapi saya juga, bahkan semua karyawan. Makanya, sebelum bertindak itu dipikirkan dulu konsekuensinya. Kamu yang bodoh dan sangat tidak berguna. Jika saya menjadi Pak Dika, sebelum kamu bergabung dengan tim, sudah saya usir kamu dari awal-awal, Sialan!"
Sambungan telepon tersebut langsung dimatikan sepihak oleh sang atasan. Asha menarik napasnya dalam-dalam, berusaha untuk sabar.
"Ssssh, perih banget," ringisnya menatap ke bawah. Asha langsung menumpu keningnya dengan tangan satunya di atas meja kerja begitu melihat darah yang keluar cukup banyak dari luka di telapak tangannya.
"E-Eh?" Asha terkejut pergelangan tangan kanannya digenggam oleh tangan lain.
"Luka lagi?" tanyanya memberengut. Seolah telah hafal apa yang dilakukan Asha kalau sedang tidak baik-baik saja.
Asha hanya bisa terkekeh kecil menanggapinya. "Enggak kok."
"Kamu laporin aja manager kamu itu, sok tau banget jadi orang. Mana bentak-bentak kamu seenaknya."
"Aku nggak papa, atasanku aja yang belum tau kejadian sebenernya gimana."
"Tapi kamu disalahin, Asha! Kamu nggak salah, niat kamu baik buat nyelamatin pekerja itu, tapi atasan kamu malah maki-maki kamu!"
"Ya gitulah, kadang kita berbuat baik pun masih aja kena sasaran orang yang nggak suka sama kita. Tapi ada CCTV, Sayang. Jadi, kalau manager aku ngelaporin ini ke Pak Dika, aku punya alasan buat kasih tau semuanya. Lagian suami kamu ini pinter, tenang saja."
Jeno mendengkus kesal. Bisa-bisanya Asha bercanda disaat luka di tangannya itu cukup mengerikan saat dipandang, walau apa yang dikatakannya itu benar. Lantas ditariklah Asha ke sofa, mendudukkan perempuan itu secara paksa, sementara dirinya berjalan menuju meja laci tempat menyimpan kotak obat.
Setelah menemukan apa yang dicari, Jeno berjalan menghampiri Asha lalu duduk di sampingnya. Kotak P3K itu Jeno buka, mengambil kapas dan antiseptik kemudian mulai mengobati tangan Asha. Jeno bisa mendengar ringisan perempuan itu, tapi tidak berhenti, malahan dengan sengaja menekan luka tersebut sampai membuat Asha mengaduh kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANTIK
Teen Fiction"Tidak ada alasan apapun, hanya kamu yang menjadi alasanku untuk tetap singgah." --- [g×b stories, jangan salpak] Jn: ⬇ Sh: ⬇ Ys: ⬇ © Pin, Edited by Lillavias