Chapter 17

2K 230 60
                                    

Asha mendudukkan dirinya di kursi sofa panjang setibanya di kosan. Lelah, itulah yang dirasakannya sepanjang hari ini. Ditambah lagi ada satu entitas yang entah bagaimana bisa bersikap seperti tidak biasanya sampai membuatnya terheran-heran.

Sosok itu kini berada di dapur kosan Asha. Seragam sekolah masih melekat ditubuhmya, dibalut dengan apron berwarna cokelat milo yang membentuk pas di badannya yang langsing.

"Sha, makanannya udah jadi!"

Empunya nama melirik ke arah sumber suara. "Oke," balas Asha singkat. Ia sedikit malas sebenarnya untuk sekadar beranjak. Namun, tetap dipaksakan karena tidak ingin dicap tidak menghargai usaha sang kekasih dalam memasakkannya makan malam.

Benar, kalian tidak salah kira. Asha dan Jeno resmi berhubungan. Walaupun dari pihak Asha sendiri merasa aneh oleh tingkah laku Jeno yang tiba-tiba mengajaknya berpacaran, akan tetapi Asha sangat menyukainya. Jeno adalah definisi tampan sekaligus cantik di mata Asha, siapa yang akan menolak sosoknya jika pada saat mengajaknya menjalin hubungan kasih, pemuda itu menampilkan raut yang sangat tidak bisa Asha tolak untuk sedikitpun?

"Maaf nggak bantuin kamu." Asha berdiri di samping Jeno yang sedang menata piring dengan salah satu tangannya meremas lembut pinggang ramping Jeno.

"Asha! Geli!" protesnya galak. Tak segan untuk menepis tangan Asha yang justru malah merengkuh pinggangnya.

Si pelaku terkekeh. Dia duduk menghadap Jeno. Senyumnya mengembang tatkala menyaksikan dengan telaten Jeno mengambilkannya makanan, sungguh membuat Asha tak bisa menahan senyum.

"Kamu sadar nggak sih, kalau kamu itu kayak seorang istri?"

Jeno menghentikan kegiatannya sejenak. Raut wajahnya tiba-tiba berubah, menampilkan ekspresi bangga sekaligus percaya diri. "Oh, jelas, aku 'kan istrinya Asha."

Hahaha, sialan! Asha tidak kuat!

Gadis itu berdehem singkat guna menghilangkan hawa panas di kedua telinganya karena perkataan si manis.

"Aku pengen tinggal bareng kamu, biar bisa nyediain semua kebutuhan kamu kayak seorang istri. Bolehkah?"

"Nanti digerebek warga, kita dinikahin paksa nanti, hahaha."

"Aku nggak masalah, karena itu tujuan aku pengen tinggal bareng kamu. Kamu tahu Asha, topik ini mungkin bakalan sensitif, tapi aku bersedia jika hamil buat kamu. Aku pengen terus sama kamu, kita nikah, punya dedek bayi gemes, terus aku—eeh ... akhh!"

Perkataan Jeno terputus ketika Asha bangkit berdiri. Dia menarik pergelangan Jeno dan mendorongnya ke kasur. Asha mengungkung Jeno dengan seringai menyeramkan di bibirnya. Mata setajam elang itupun menatap si manis dengan intens.

"Berhenti bicara, Jeno. Kamu tahu, 'kan, kamu sedang berurusan sama siapa?"

Bahkan di bawah kukungannya pun, Jeno malah memperlihatkan pandangan sayu yang mengundang. Bajingan! Asha mengumpat banyak di benaknya ketika dengan sengaja Jeno mengalungkan kedua tangannya di leher Asha.

Jeno memperlihatkan senyum manisnya, lalu berkata, "Aku sedang berurusan sama calon ayah dari bayi kita," bisiknya seduktif.

"Jeno—"

"Asha, aku sama sekali belum pernah merasakan hubungan seperti ini, bahkan aku nggak akan sudi memohon buat cewek manapun. Tapi aku ketemu kamu," bisik Jeno dengan tangan kanannya membelai lembut pipi tirus Asha. Sorotnya pun semakin sayu.

"Asha, buat aku berteriak keras menyeru nama kamu malam ini."


•••

Sedikit dulu kagak aoaoa yang penting update:v

Bye, mau ngaret lagi💁🏻

CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang