VIII. Vox Clamantis In Deserto

1.7K 313 26
                                    

⠀⠀Carina mendekati seorang pemandu yang bertugas menyimpan qerba berisi minuman, menyodorkan gelas kosong.

⠀⠀"Apa yang bisa kubantu, ya Beyh?" tanya si pemandu sopan.

⠀⠀Tak mengerti bahasa Batra, Carina hanya bisa mengetuk gelas.

⠀⠀"Kau ingin minuman? Shai, atau qahwa?"

⠀⠀Qahwa terdengar mirip seperti kahve, jadi Carina menyimpulkan bahwa yang ia cari adalah pilihan satu lagi. "Shai."

⠀⠀Si pemandu mengangguk, menuangkan cairan merah tua ke gelas gadis itu. Setelah penuh, Carina menganggukkan kepala dan berbisik dalam bahasa Hebra,

⠀⠀"Terima kasih."

⠀⠀Kemudian, dibawanya gelas ke salah satu tenda, menyibak kain tebal yang ditenun kasar. Meski dari luar kelihatan tak terlalu besar, bagian dalam tenda cukup luas. Lampu minyak menerangi satu sosok yang duduk di pojokan, memeluk lutut dengan tatapan kosong.

⠀⠀"Hawk," panggil Carina lembut, bersimpuh di depan pria itu dan meletakkan gelas di sebelahnya. "Hawk, shai."

⠀⠀Kepala si laki-laki terangkat, mengerjap beberapa kali. "Kau benar-benar medik yang berdedikasi."

⠀⠀Meski kata-katanya terdengar bercanda, tetapi mata Hawk kosong. Carina meraih pipinya, dan berjengit kecil. Kepala Hawk terlalu penuh, terlalu kacau, bahkan untuk seorang Diviner mengurai benang-benang pikiran yang kusut. Bayangan gelap yang selalu ada di kepala pria itu semakin merajalela.

⠀⠀"Hawk… jangan banyak pikir," si siren bergumam putus asa. Satu-satunya yang bisa menolong manusia ini adalah dirinya sendiri, namun Hawk malah tenggelam semakin dalam.

⠀⠀"Bagaimana caranya untuk tidak banyak berpikir, Car?" tanya laki-laki itu, "kau tahu ada kegelapan yang tak tertolong di dalam diriku. Nem Shaffar bilang aku tak memiliki noor, lalu Neberzer dari Batra pun mengatakan hal yang sama. Bahwa diriku penuh oleh kekuatan dari entitas terkutuk—"

⠀⠀Carina menggeleng, meraih tas kecil di pinggangnya. Ia mengeluarkan botol ramuan, menyodorkan pada Hawk. "Tidur saja. Jangan… ber-pikir."

⠀⠀Pria bermata gelap itu menghela napas, meraih botol dan menenggak isinya. Kemudian, ia mengangkat cangkir shai dan meneguk cairan merah gelap itu hingga tandas. Carina menunggu dengan sabar, meraih tangan Hawk dan bernyanyi pelan.

⠀⠀Itu adalah melodi sederhana, yang didendangkan para induk siren untuk bayi-bayi mereka. Sebuah lullaby, lagu pengantar tidur, namun telah Carina penuhi dengan sihir. Membawa mata Hawk terpejam dengan lebih mudah, napasnya mulai teratur.

⠀⠀Carina berbaring telungkup di sebelah laki-laki itu, meletakkan pipi pada lipatan tangan. Ia juga ingin membantu Hawk, ingin menghilangkan semua bayangan yang menghantui sang navigator. Tapi kekuatan seekor siren tetaplah memiliki batas. Hanya ini yang bisa Carina lakukan, memberi ringan sementara.

⠀⠀Mata si siren ikut terpejam, menyusuri batas-batas dunia mimpi dan terus ke dalam lelap…

⠀⠀Hingga, tiba-tiba saja, Carina terjaga. Kelopaknya membuka, mata tertuju pada tempat kosong yang harusnya diisi tubuh Hawk. Gadis itu menegakkan tubuh, memandang sekeliling tenda. Tak ada siapapun selain dirinya sendiri.

⠀⠀Telapak Carina menyentuh alas tidur Hawk yang masih hangat. Ia bernyanyi, dan visi membayang di balik kelopak mata. Hawk yang terbangun dengan mata kosong, dan berjalan keluar tenda. Menuju gurun pasir.

⠀⠀Melompat berdiri, cepat-cepat Carina berlari keluar. Perkemahan itu sepi, api unggun sudah lama padam. Semua orang masih tidur dalam selimut, karena malam di gurun amatlah dingin. Mata tajam Carina memindai dalam kegelapan—siren memang tercipta untuk melihat di gelapnya laut—dan menemukan satu sosok yang berjalan tertatih-tatih di kejauhan.

Of Sand and ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang