XXV. De Nobis Fabula Narratur

2.2K 337 107
                                    

⠀⠀“Kau benar-benar bajingan yang beruntung,” ucap Gunnar sambil memasang lencana pada cepken—jaket pendek khas Hebra—warna ungu anggur yang dikenakan kaptennya.

⠀⠀Hawk mendengus, meski sebenarnya ia amat setuju dengan ucapan si kawan. “Berapa lusin lencana lagi yang harus kupakai?”

⠀⠀“Jangan berlebihan, hanya enam.” Gunnar mengambil satu medali lagi, mematut-matutnya di bagian dada kanan. “Sebagai kapten terhebat seantero Kerajaan Hebra, seharusnya kau memakai tiga puluh.”

⠀⠀“Sekarang kau yang berlebihan.”

⠀⠀“Sudah, jangan banyak bicara. Nanti ketampananmu hilang.” Si juru api menyelesaikan pemasangan medali, kemudian meraih sabuk senjata yang ia lingkarkan ke pinggang Hawk untuk menggantung cutlass kembar kesayangan sang kapten. Begitu juga sebilah belati mungil yang gagangnya terbuat dari emas murni, diselipkan pada sisi kanan sebagai keberuntungan menurut adat Hebra.

⠀⠀Namun, Gunnar masih belum selesai. Diambilnya jubah sutera yang digantungkan di dinding, untuk disampirkan pada bahu Hawk. Jubah itu berwarna merah gelap, tepiannya dihias sulam rumit dari benang emas sampai-sampai Hawk dapat merasakan bebannya di bahu. Terakhir, Gunnar membantu Hawk mengenakan sepatu bot kulit khas para pelaut, kepala sabuknya telah dipoles hingga mengilap.

⠀⠀“Nah,” ucap Gunnar, mematut-matut hasil kerjanya, “kau sudah siap untuk menikah sekarang.”

⠀⠀Hawk melirik bayangan dirinya pada cermin buram. Dia terlihat seperti seorang raja, dengan pakaian kebesaran dan lencana-lencana berkilau. Tapi bahagia yang ia rasa sekarang bukanlah karena pakaian mewah, melainkan kata-kata kawannya barusan.

⠀⠀“Aku tidak menyangka akan mengatakan ini tentangmu, tapi kau benar.” Hawk menyeringai, merapikan bukaan jubah. “Aku memang bajingan yang beruntung.”

⠀⠀Gunnar tertawa, mendorong Hawk ke ruang tengah yang sudah ramai oleh rombongan, siap untuk membawanya ke istana.

⠀⠀“Itu dia pengantinnya!” seru Caspian, mengundang sorakan dari yang lain.

⠀⠀Hawk terkekeh-kekeh, menerima tepukan di bahu dan punggung dari awak Windrider. Mereka yang akan menjadi pengiring Hawk, sebagai pengganti peran keluarga. Kemudian, mereka menggiring Hawk keluar dari rumahnya sendiri, bersiap untuk mengarak si mempelai.

⠀⠀“Apakah kau sudah siap?” Caspian mengambil tempat di sebelah Hawk.

⠀⠀Yang ditanya tak langsung menjawab, melainkan menoleh sekeliling. Pada teman-temannya yang membawa nampan demi nampan berisi hadiah, mengibarkan panji-panji beragam warna. Pada para pemain musik yang mulai menabuh gendang. Sekonyong-konyong, dada Hawk mulai berdebar, seolah baru sadar hal penting apa yang akan ia lakukan.

⠀⠀“Sedikit gugup,” akhirnya ia menjawab.

⠀⠀“Sangat normal. Dan bagus, karena itu artinya kau serius dengan keputusan ini.”

⠀⠀“Aku tidak pernah main-main tentang hal sesakral pernikahan.” Hawk mengangkat dagu.

⠀⠀Alih-alih menyahut, Caspian malah tertawa. Mungkin ia memang paham perasaan Hawk, atau mungkin dia hanya senang saja melihat temannya gugup. Apapun itu, Hawk tidak akan sempat membahasnya, karena terompet telah dibunyikan. Seluruh pengiring bergerak serentak—pemusik memainkan lagu penuh semangat, dan Hawk mengambil langkah pertama.

⠀⠀Demi mendengar tabuhan genderang khas rombongan pengantin, para penduduk Novum-Ur berhamburan keluar dari rumah. Mereka bersorak, bersorai, melemparkan kelopak bunga hingga butiran beras, bahkan ikut dalam barisan arak-arakan, menyanyikan lagu-lagu tradisional. Semua tahu siapa Hawk, sang kapten Windrider yang ternama. Tangan kanan Raja Hebra nan setia, tentu saja para penduduk ingin menjadi bagian dari hari bahagianya.

Of Sand and ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang