XV. Auribus Teneo Lupum

1.5K 277 17
                                    

⠀⠀Mereka menemukan Georgie tepat ketika massa mulai bergerak ke satu arah—air terjun Macoca. Rambut hitam gadis itu sudah lepas dari kepangannya, tapi si pemilik tampak santai. Ia mengulangi informasi yang didapat dari hasil menggoda satu-dua pemuda pulau, dan hasilnya memang tak jauh berbeda dengan laporan Blade.

⠀⠀Maka, keempat orang itu ikut dalam rombongan festival. Pemusik berbaris paling depan, bersama dengan para petinggi yang mengenakan baju tradisional. Sambil melangkah, orang-orang mengeluarkan kertas yang dibuat dari anyaman alang-alang. Bergantian menuliskan doa beralaskan punggung satu sama lain, lalu melipatnya dengan tangkas menjadi perahu.

⠀⠀Hawk menyambar sisa-sisa kertas yang terbuang di tanah, melipat asal hingga lembaran itu membentuk sesuatu yang lebih mirip ayam daripada perahu. Blade dan Georgie melakukan hal yang sama, sementara Carina terlalu tertarik memperhatikan keramaian sekitar.

⠀⠀Mereka berjalan cukup lama, menjauh dari perkampungan dan memasuki daerah hutan hujan. Walaupun begitu, obor ditancapkan pada kanan-kiri jalan, menerangi suasana. Hingga mereka sampai di sebuah bukaan, dan deru air terjun terdengar lebih keras pada setiap langkah. Langkah para penduduk pulau mulai tersendat, bergantian melarung perahu mereka di sungai.

⠀⠀Hawk dan teman-temannya mengulur waktu selama mungkin, sehingga mereka berbaris di paling akhir. Berlama-lama meletakkan perahu, pura-pura berdoa seperti yang dilakukan penduduk Sierra—dengan kedua tangan saling menggenggam di depan dada. Hingga satu-persatu orang kembali menyusuri jalanan yang tadi mereka lewati, pulang ke perkampungan.

⠀⠀"Sudah aman, sudah aman," desis Blade, mengendap lebih dekat ke tepian sungai. Wajahnya diterangi oleh cahaya aneh. "Hei, coba kalian lihat ini."

⠀⠀Setelah semua penduduk meninggalkan tempat itu, barulah Hawk dapat melihat air terjun Macoca dengan lebih leluasa. Air terjunnya tidak terlalu tinggi, cenderung pendek. Mengalir ke sungai yang cukup lebar tapi dangkal, dengan batu-batu bulat menghias tepian.

⠀⠀Namun, hal yang paling mengejutkan adalah—sungai itu bercahaya.

⠀⠀Bukan, bukan sungainya ataupun airnya. Hawk membungkuk tepat di tepi untuk melihat lebih dekat, meyakinkan diri. Yang bersinar adalah semacam tumbuhan berwarna merah muda dan kuning di dasar sungai. Mirip kumpulan rumput laut, terayun-ayun dan rebah oleh dorongan arus air. Pada beberapa titik, gelembung udara meruap ke permukaan.

⠀⠀Sekonyong-konyong, Carina melangkah ke dalam air, menunjuk titik-titik gelembung. "Itu mungkin jamur!"

⠀⠀Mendengar seruan Carina, Hawk mengikuti jejak si siren. Ia bahkan tak ingat untuk membuka sepatu bot kulitnya, dan langsung mencebur ke sungai dangkal itu. Si pirang sudah lebih dulu merunduk, lengan terbenam di air hingga siku, menarik sesuatu.

⠀⠀"Lihat, Hawk." Carina mengangkat satu benda tepat di bawah permukaan air. Warnanya biru pucat, hampir putih. Hawk mendekat, dan menyadari bahwa itu adalah jamur berbonggol panjang, dengan tudung lebar seperti kerucut. Gelembung udara menempel pada permukaan tudung si jamur, seperti hiasan mutiara. Sementara mereka memperhatikan, beberapa gelembung udara lepas dan naik ke permukaan, untuk digantikan oleh gelembung baru.

⠀⠀"Sepertinya memang ini yang mereka bilang paquata." Hawk berlutut, mencoba melihat jamur-jamur dengan lebih dekat. Ukurannya tak terlalu besar, dan hanya terdiri atas beberapa bonggol di satu titik. Gelembung udara terus muncul dari topi dan lepas ke permukaan, memberi kesan seolah mereka sedang bernapas di dalam air.

⠀⠀"Ini paquata," Carina mengangguk yakin, lalu melambai pada teman-teman yang menunggu di tepi. "Ini paquata!"

⠀⠀"Serius!?" Blade ikut mencebur ke sungai, begitu juga Georgie yang mengangkat kelim roknya tinggi-tinggi agar tidak basah.

Of Sand and ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang