Daughter of All Roads

592 76 13
                                    

Buat yang nyari lanjutan bonus part, cek chapter sebelum ini ya! Kadang notif WP emang suka nge-skip gituu 😭

Daughter of All Roads
(Excerpt - Release Date TBA)


⠀⠀Reyna mengangkat sebilah pedang tinggi-tinggi di atas kepala, sebelum memutar-mutarnya bagai kincir angin. Tungkai gadis itu bergerak dalam pola rumit, menciptakan ritme dari gelang-gelang yang bergemerincing di pergelangan kaki.

⠀⠀Orang-orang berkerumun dan bertepuk tangan di sekitar sang penari. Sesekali, mereka melempar keping stannum ke dalam tamburin yang tergeletak di jalanan berbatu sebagai apresiasi. Wajah-wajah terpukau dan seruan kagum mereka bagai bahan bakar untuk Reyna, memberi energi bagi tubuhnya menari dan terus menari.

⠀⠀Dibawanya gagang pedang ke bawah, lalu mengayun ke atas dalam lengkung lebar. Ia berputar-putar, hentakan kaki semakin cepat seiring gerakan tangan yang makin intens pula. Beberapa orang mundur oleh rasa takut, tapi tak bisa lepas dari tarian pedang khas para pengembara itu. Tarian yang tampak indah, sekaligus menyeramkan.

⠀⠀Reyna tersenyum, menghunjam ujung pedang ke tanah. Ia menggoyangkan pinggul, membuat rantai dan koin-koin yang terpasang di pinggangnya berdenting-denting. Kemudian, gadis itu kembali memutar pedang di atas kepala, sinar matahari terpantul pada bilahnya.

⠀⠀Baru saja Reyna akan meraih pedang kedua di sebelah tamburin, terdengar seruan keras,

⠀⠀“Gendarmes!”

⠀⠀Sontak, tarian Reyna terhenti. Tanpa membuang waktu, ia menyambar tamburin dan menyarungkan pedang-pedang di punggung. Suara-suara ricuh dari kejauhan sampai ke telinganya, dan kaki telanjang Reyna mulai berlari.

⠀⠀“Hei, gitane! Berhenti!”

⠀⠀Tidak perlu menoleh untuk tahu bahwa teriakan berat itu tertuju kepadanya. Dari semua orang yang memenuhi alun-alun, hanya Reyna yang mengenakan baju warna-warni khas kaum nomaden. Gadis itu mempercepat langkah, tak peduli dengan panasnya batu-batu jalan. Yang ia pikirkan hanya bagaimana cara untuk lolos dari kejaran para gendarme kali ini.

⠀⠀Sang penari berbelok ke sebuah jalan kecil, terpaksa mendorong orang-orang sekitar yang menghalangi. Ia mendapat beberapa makian kasar, tapi Reyna sama sekali tak peduli. Matanya tertuju pada tembok di ujung jalan, mencoba mengukur tinggi.

⠀⠀“Tangkap gadis pengamen sialan itu!”

⠀⠀Oh, tidak. Reyna memberanikan diri menoleh ke belakang, menemukan bahwa beberapa gendarme berada tak jauh darinya. Mereka berseru-seru sambil menunjuk gadis itu, tongkat baton teracung tinggi.

⠀⠀Kalau ia tertangkap sekarang, Reyna pasti akan dimasukkan ke dalam penjara bersama para pengamen lain. Dan itu berarti, ia tak bisa lagi mencari keping-keping stannum demi setangkup roti. Dengan kata lain, tertangkap sama artinya dengan kelaparan.

⠀⠀Jemari gadis itu mencengkeram rok lebar yang ia kenakan—dan melompat. Sebelah tangan meraih puncak tembok, menjadi tumpuan untuk mengayun tubuh ke baliknya. Tawa puas terlontar dari mulut gadis itu, tahu bahwa ia berhasil selamat kali ini. Kepuasan yang terlalu cepat, karena satu kerjapan mata kemudian, ia telak-telak menghantam sesuatu.

⠀⠀Gadis itu berseru kaget, jatuh berguling ke tanah. Sesuatu yang ia tabrak juga ikut tumbang, tergeletak tak jauh di sebelahnya. Reyna mengerang, berusaha bangkit dengan tubuh nyeri.

⠀⠀“Sikkir!” sesuatu tadi mengumpat kecil.

⠀⠀Butuh beberapa detik untuk Reyna menyadari bahwa korbannya adalah manusia, bukan sesuatu. Manusia yang bicara bahasa Hebra dengan suara berat—suara laki-laki.

Of Sand and ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang