Chapter 3

6.5K 379 9
                                    

Ini hari Minggu, aku santai di rumah, duduk di sofa sambil nonton televisi. Tak ada yang menarik, dan aku lihat Radifa tengah menyapu. Entah kenapa, aku iseng melakukan sesuatu.

Saat dia mulai menyapu ke are sofa tempatku duduk, aku sengaja menurunkan kaki seraya tersenyum, apalagi kemudian kala Radifa menyapu area sana, aku semakin semringah.

"Mas, bisa angkat kaki sebentar, aku mau nyapu di sana."

"Nyapu di lain aja, Dek. Kaki Mas rasanya pegel, nih." Aku berdalih.

Dia malah tersenyum. "Ya udah, Mas. Nanti aku pijet, ya." Lah dia malah menawariku hal yang enak banget begitu.

"Orang nyapu kaki diangkat!"

"Haduh, Bu!" teriakku kesakitan karena tiba-tiba ibu menampar pahaku, karena aku mengenakan celana kolor tampak jelas cetakan merah berbentuk tangan di kulit putihku.

Paha saja sih putih, sisanya eksotis.

Aku mengusap-usap bagian sana yang pedes.

"Angkat kaki, jangan sampai Ibu yang lempar kamu!" Waduh, serem banget, aku meringis ngeri.

"Eh, Bu, kata Mas Anton, kakinya pegel." Radifa membelaku, aku terharu.

"Halah, pegel pegel, angkat!" Mau tak mau, karena takut kena omel ibuku, aku pun menuruti.

Hah, padahal aku pengen liat Radifa yang ngamuk begitu, malah T-Rex yang ngamuk. Ya udahlah, toh gagal juga.

"Oh ya, Ibu mau ke rumah Bu Tuti sebentar, mau ambil baju seragaman kita ke pesta nikahan nanti."

"Biar Radifa aja, Bu--"

"Udah, Ibu aja, kamu jaga rumah ya, takutnya itu ada kucing garong." Ibu mengatakan kucing garong sambil menatapku, anak kandung sendiri dikatain kucing garong, tega banget. "Assalamuallaikum."

"Waallaikummussalam." Dan ibu pun beranjak pergi, menyisakan aku dan Radifa di rumah.

Wanita cantik jelita itu masih dengan kegiatannya beberes, kemudian beralih dengan ... mengepel.

Entah kenapa, aku kepikiran lagi mengerjai Radifa, mumpung ibu keluar, pasti tak ada yang membela wanitaku tersebut. Aku diam-diam tersenyum licik kemudian berlari keluar.

"Mau ke mana, Mas?" tanya Radifa terheran.

"Eh, Mas mau ... ngecek mobil sebentar," dalihku, sebenarnya yang aku lakukan adalah ....

Menginjakkan telapak kaki tanpa alas ke bagian becek yang ada di samping rumah, aku sengaja membuat kotor kakiku.

"Nah, hehe, pasti dia marah." Aku bermonolog, dan dengan gaya angkuh masuk rumah lagi.

Sesuai dugaan, lantai basah plus kaki kotor, menciptakan jejak kentara cap kakiku di sana. Melihat sekitar sejenak, entah ke mana Radifa sekarang, tetapi yang pasti mari membuat lukisan cap kaki di mana-mana.

Bagaikan anak kecil, memang, aku mengotori lantai yang kinclong lagi.

"Eh, Mas?" Aku tersenyum mendengar suara di sampingku, spontan memutar badan sambil berkecak pinggang, terlihat Radifa ... bentar, tatapannya kenapa tak mengarah ke arahku sekarang.

Radifa menunjuk-nunjuk di belakangku, dan aku tersentak pelan sebelum akhirnya menoleh ke sana.

Ibuku ....

Beliau tepat di ambang pintu, menatap nyalang seperti seekor singa, yang siap mener#kamku dan mene#lanku bulat-bulat.

"Eh, I-Ibu ...."

"Anton!" teriak ibu, berlari cepat ke arahku, menjewer telinga.

"Aduh! Bu! Ampun Bu! ADUH!" Tak hanya telinga, pan#tatku pun dijadikan sasaran, aku meringis sendu.

"Nakal banget kamu! Ngapain kamu jalan sama kaki kotor gitu dalem rumah! Radifa kan lagi beberes! Nakal! Nakal! Nakal!"

"Huhuhu ampun, Bu ...."

Dan begitulah, sambil terisak-isak, aku berakhir dipaksa mengelap bekas jejak kakiku yang kotor. Bersimpuh di lantai kayak Cinderella dan ibu menjadi ibu tiri kejam yang memperhatikanku.

Lalu, datangnya ibu peri, maksudku Radifa, meletakkan gorengan dan minuman di atas meja. "Ini buat kamu, Mas!" Aku merasa ada harapan.

Namun, saat mendekat ke sana, ibu menahanku. "Selesaikan itu dulu!"

Huhuhu, ampun Bu ....

Istriku KalemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang