"Sama?" tanyaku heran.
Fadlan hanya tersenyum. "Nanti kamu akan tahu sendiri. Saya pergi dulu." Dia berbalik dan pergi gitu aja.
Meninggalkanku dengan tanda tanya dengan siapa dia nikah, masa bisa secepet itu, tapi gak segede rasa penasaranku dengan Radifa dan amarahnya sih.
Namun, ini hal yang lumayan wow, sih, dijadiin bahan spill a tea buat istriku nanti. Aku jadi mau cepet-cepet nyeleseain ini lembur biar bisa pulang cepet.
Syukur aja, setelah kopi kedua tuntas, kerjaanku juga tuntas, jadi aku pun pulang ke rumah. Tak butuh waktu lama untuk sampai dan siapa sangka, aku ditunggui Radifa seperti biasa, untungnya gak terlalu larut malam jadi aku gak khawatir soal istriku. Seperti biasa setelah pulang, aku beberes, mandi, kebetulan sudah salat Isya juga di kantor tadi, makan, abis tu tinggal santuy deh abis bersih-bersih, siap turu.
Seperti biasa, pillow talk sama istri.
"Dek, kamu tau gak?" tanyaku, dia yang tengah baca buku kek biasa meletakkan buku di nakas.
"Tau apa, Mas?" tanyanya balik.
"Fadlan bilang di kantor tadi, kalau dia OTW nikah."
"Oh, alhamdulillah ...." Dia berkata. "Sama siapa?"
"Itu dia, Dek. Dia gak jawab sama siapa. Kok bisa jomlo kek dia langsung satset gitu aja nikah, kan aneh." Radifa malah menatapku dengan senyum geli. "Lho? Dek, kok kamu liat Mas gi—oh iya juga ya, Mas kan dulu jones tetiba nikah juga."
Kok aku bisa lupa sama masa laluku sendiri, aku jadi malu. Hehe.
"Intinya alhamdulillah dia sudah dapat jodohnya, Mas."
"Bener kata kamu, Dek. Yang penting jangan sampe dia ganggu kamu aja. Aku bakalan hiiih hiiih!" Aku geram sekali kalau inget si Fadlan ini suka ngode terang-terangan dia suka istriku.
"Sabar, Mas, sabar." Radifa mengusap bahuku. "Udah, ya, udah emosinya. Ini udah malem banget, Mas, dan kamu abis lembur, harus banyak istirahat. Nanti kan subuh kamu harus bangun."
"Hm iya, Dek. Oh ya, Mas lupa satu hal lagi." Aku ketawa geli. "Kamu tau temen Mas yang namanya Andra? Tadi di kantor dia kesurupan."
"Astaghfirullahallazzim."
"Sendirinya sih, ya, Dek. Pas diajak salat Magrib gak mau, jadi kami tinggal sendirian, dan abis tu ...."
Gak kerasa aku malah ngomong ngalur ngidul ampe lumayan malam banget, baru sadar buat berhenti pas inget istiku hamidun. Maafin Masmu ini Radifa huhu.
Kalau ketahuan ibu, abis aku.
Tak lama pun hari H tiba saat pernikahan si Fadlan, aku duduk di meja deket panggung tempat bakalan diadakan akad nikahnya, katanya sekalian sama acara, tapi eh tapi ....
Aku noleh kiri kanan. Istriku mana?
"Ayo kita mulai acaranya." MC berkata dan acara akad nikah mulai dilakukan, di sana ada beberapa saksi, keluarga, pak penghulu jelas, dan Fadlan serta mempelai wanitanya ....
"I-itu kan ...."
"RADIFA?!" teriakku, terbangun dari tidur secara tiba-tiba jadinya kepalaku pening.
"Astaghfirullah, ada apa Mas?" Aku menoleh dan menemukan istriku mengusap dadanya, wajahnya khawatir. "Kamu ke—"
Belum dia selesai berkata, aku menangis dan memeluknya. "Mas mimpi buruk, huhu. Mimpinya buruk banget."
"Ya Allah, Mas ...." Dia mengusap puncak kepalaku lembut. "Mas lupa baca doa tidur tadi, kan? Jadinya mimpi buruk. Apalagi sebelum tidur juga malah cerita horor."
Enggak sebenernya, bukan soal Andra sama sekali, ini mimpi yang lebih buruk.
Mimpi istriku bersanding dengan pria lain ....
Hueeeeee!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Kalem
RomanceIstriku itu gak pernah marah, sekali pun belum pernah aku liat dia kesel, murka, apalagi ngamuk. Kata orang-orang, termasuk ibuku yang amat menyayanginya, itu hal bagus, toh gak ada juga yang buat dia sensian, tapi tetep aku ngerasa aneh dan penasar...