Chapter 25

2.4K 169 7
                                    

Malam ini, kami pun dating, bertiga, karena kan aku bawa anakku dalam kandungan juga hehe. Niatnya? Beli baju, dan lain-lain, yah banyaklah, nanti juga niatnya bisa berubah kalo udah sampe di Mall-nya kan. Cuma, tetap fokusnya, beli pakaian baru.

Bukan tanpa alasan beli begini, biar jadi couple-an gitu, baju-baju kami gak ada yang matching. Aku mau tanpa ngasih tau siapa pun, kalau aku suaminya Radifa, gitu lho.

Sekalian beli tas segede gaban juga, yang estetik, biar sekalian ngebawa banyak hal di dalemnya. Makanan di reuni nguehehe.

Pakaian dipilih Radifa saja, aku gak terlalu paham fashion, tapi mata Radifa bagus akan hal itu setelah beberapa kali coba-coba ganti. Akhirnya, kami fiks mengambil baju warna abu-abu, pas banget sih ini ke sana, Radifa kelihatan cantik aku keliatan ganteng, cucok banget!

Namun, buat jaga-jaga, beli beberapa pasang, mumpung istriku megang duit kan.

"Abis ini kita beli ...."

"Tas, Dek." Aku serius beli tas gede ya, Radifa heran tapi tetap menurut, tas yang bisa masukin manusia pula, moga Radifa gak mikir aneh-aneh ya.

"Deeek, jajan yuk yuk!" pintaku cengengesan.

"Hm, iya, mau jajan apa, Mas?"

"Kayak masa-masa kita pacaran setelah menikah gitu, ya kan? Tapi, keknya perlu yang healthy stuff gitu, yang baik buat baby kita, ya kan?" Aku menaik turunkan alis.

Radifa tertawa. "Boleh, boleh."

"Wah, Radifa ...." Aku mendengkus seraya memasang tampang tak nyaman, tak aku sangka dunia sempit sekali, aku bertemu dengan ....

Siapa ya namanya, lupa, tapi aku tau dari suaranya, muka tengilnya, Radifa lekas menunduk. Bagus istriku tercinta hehe.

"Anton, ke sini juga? Beli baju baru buat reuni nanti ya? Sama dong." Dia berkata sok tau.

Eh tapi bener sih.

Aku segera berdeham pelan. "Yah, yah, sekalian juga sih kencan ala-ala pasangan baru." Aku tersenyum lebar, ni orang keknya sedirian di sini nih, kasian amat deh.

Awikwok, jones, kayak author cerita ini gak sih.

"Oh ... good for you, Guys." Good for you, good for you, gue pites juga pala lu.

"Sendirian aja ke sini ya?" tanyaku, niatnya manas-manasin.

"Yah, enggak, sama ibuku. Dia sedang di dalam." Wah, sama mamanya ke sini, kasian amat, dasar anak mami.

Eh bentar, aku kan anak mami juga ya.

"Ouh ... ya udah kami pergi, mau ... bermesraan semesra-mesranya sama istriku tercinta ini." Aku coba manas-manasin dia lagi, entah masih lupa siapa namanya, gak ada di catetan otakku.

"Oh, iya. Sampai jumpa lagi ya, Radifa, Anton."

"Ya, assalamuallaikum!"

Kami pun beranjak pergi, aku mengomel sebentar. "Gak ngejawab ya dia, Dek, salam kita, ish ish ish."

"Mm ...." Radifa terdiam sejenak. "Mas, jadi kita mau ke mana?"

"Ke mana aja, asal jauh dari orang itu, Dek. Mas gak nyaman ketemu dia, kamu pasti gak nyaman juga kan?" Radifa diam, tetapi dari ekspresinya aku mengerti sekali. "Ya kan?"

"Iya." Dia merengkuh tanganku, aku tersenyum sambil mengeratkan pegangan dengannya.

Ini posisi nyaman.

"Kita makan nasi bakar, yuk," kataku, Radifa menatap sejenak kemudian mengangguk.

Kami sudah sangat santai dan bahagia, setelah setidaknya jauh dari orang itu, aku dan Radifa menuju ke resto di dalam Mall, memesan nasi bakar, dan duduk di tempat yang tersedia.

"Eh, Radifa, Anton, ketemu lagi." Argh, sheeeet!!!

Istriku KalemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang