"Woi, ngapain kalian berdua di luar nih?" Saat Andra pengen menjawab pertanyaanku, Jo datang menghampiri kami berdua.
"Itu, Jo, gue ngasih tau Anton jangan masukin ibu mertua sama istri di satu rumah!" kata Andra to the point.
"Lah? Emang kenapa, sih?" tanyaku, masih bingung bertanya-tanya.
"Lah? Lo gak tau, Ton? Perang itu, Ton! Lo memulai perang!" Jo menimpali, dan aku masih pelanga pelongo.
"Gak semua mertua sama menantu bisa akur, Ton. Seringnya ya bak//u hant//am kayak Tom and Jerry, bahaya dah. Bini gue sama emak gue aja, kalau keseringan sama-sama, meski keduanya baek-baek, bisa berantem!"
"Rill, apalagi bini gue, kayak musuh malahan!" Andra menimpali.
Dan aku masih planga-plongo. "Seriusan? Kok Difa sama Ibu gue enggak ya? Mereka akur, dah. Bini gue anteng, emak gue sayang banget sama dia, galaknya sama gue doang."
"Hah? Yang bener lo, Ton?"
"Iyalah, ngapain boong?" Aku menjawab seadanya. "Makanya Difa kalem banget, ya. Gak kek bini kalian, serem-serem, mungkin faktor itu."
"Masuk woi masuk! Telat lu pada nanti kena potong gaji!" Tiba-tiba si Nino datang dengan lari, melihat dia lari aku dan teman-teman lainnya ikut lari, sempet panik.
Nyatanya, gak ada yang telat tuh, tapi emang seharusnya kami mulai kerja karena sebentar lagi jamnya.
"Ton, lo yakin istri lo akur sama ibu lo? Kali aja pas lo gak ada, mereka kayak tikus sama kocheng." Andra mengingatkanku, tetapi entahlah, aku tak yakin. "Perhatiin aja, Ton, perubahan sikap istri lo, biasanya lebih ... ganas."
Ganas?
Ganas?!
Wah, andai emak juahat kayak ibu tiri di sinetron sih, kurasa istriku bakalan begitu ya? Aku kira itu cuman fiksi sinteron, ternyata sesuai kenyataan toh, aku gak pernah liat sih.
Apa aku bisa bikin ibu marahan sama Radifa? Kalau aku suruh ibu akting sih jadi mertua jahat gak mungkin mau ibu kerja sama. Bagaimana ya?
Nanti aku pikirkan, kita catat dulu idenya.
Pekerjaan kami hari ini agak senggang, jadi kami bisa haha hihi, dan Jo cerita soal berita viral selingkuh-selingkuh dan istri menjadikan suami bulan-bulanan amarah.
Ouh ....
Saat asyik bercengkerama, tiba-tiba aku mendapatkan pesan dari Radifa, yang bilang, "Mas, aku tadi ke depan dan nemu wadah bekal berceceran tengah jalan, dan ternyata punya kamu."
Mataku melotot, astagaaa bekalku!! Aku baru sadar aku gak bawa, ternyata jatoh. "Aduh, Dek, jatuh dari motor! Motornya gemeteran jadi jatoh bawaannya."
"Ada yang jatoh lagi, Mas?" tanyanya, aku rasa itu saja sih.
"Itu aja sepertinya, Dek."
"Ya udah, aku anter ke sana ya, Mas."
"Iya, Dek. Izin sama Ibu, ya. Makasih, Sayang."
"Iya, Mas."
Untung ada istriku tersayang, kemudian aku menyimak lagi pembicaran si raja rumpi, Jo, bicara soal kasus serupa.
"Gi//la aja tu selingkuhan, cok! Gak malu dia pamer kemesraan sama suami sah, di medsos, ya jelas istri sah ngamoklah. Apalagi pas dia pergokin lagi mesraan di tempat kerja—"
"AHA!" teriakku, tiba-tiba nemu ide bagus, bagus banget.
"Syalan lo, Ton, ngagetin orang!" teriak Andra di sampingku.
"Jo, istrinya ngamuk kan ya? Kalian harus bantu gue!"
"Ha?" Mereka menatapku dengan wajah bingung. "Bantuin ape?"
"Selama ini, gue mendem hal ini dalam hati, tapi sungguh gue gak kuat karena rasa penasaran setengah ma//ti! Intinya, kalian harus bantu gue, sekaliii aja!"
Mereka masih bingung, tapi aku memohon, aku harap mereka ngerti keinginanku, meski aku rasa terdengar aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Kalem
RomanceIstriku itu gak pernah marah, sekali pun belum pernah aku liat dia kesel, murka, apalagi ngamuk. Kata orang-orang, termasuk ibuku yang amat menyayanginya, itu hal bagus, toh gak ada juga yang buat dia sensian, tapi tetep aku ngerasa aneh dan penasar...