Chapter 28

1.7K 162 7
                                    

Tentunya permainan yang kami ambil bukan yang terlalu berat dan berisiko buat kehamilan Radifa, awalnya aku bingung apa, tapi jelas jangan sampe battle dance, jadi ya ....

Capit boneka, mungkin. Pinball? Keliatannya banyak sih yang bisa dimainkan Radifa dan aku sebagai pasangan eyak eyak. Yang pastinya aku dan dia ahli mainnya, biar adil gitu.

Namun, aku keinget dulu, saat kami awal-awal nikah, aku dan Radifa sempet dating ala-ala remaja pacaran, agak malu-malu kan ya, untung ada ibu saat itu menengahi, dan kami pun main bersama.

Aku ... jadi keinget Radifa main beberapa permainan.

Saat main tembak-tembakan, dia jago banget, kayak penembak jitu. Aku kalah.

Saat main boneka capit, aku minta boneka ini, dapet boneka ini, dia pinter banget jadi mesin kalau kata Spongebob mah.

Saat main lempar bola sih, Radifa agak payah, dia lempar, mantul bolanya, dan kena mukaku, ini di-blacklist aja soalnya aku agak trauma dikit. Karena bukan sekali dia lepas lalu mantul, tiga kali bjir, aku udah pindah pun kena, ampe bingung ni bola keknya sengaja nyosor jidatku.

Saat main pukul-pukul tikus got, dia juga ahli, tapi jelas aku gak bisa, khawatir dia kenapa-kenapa kan lagi hamil sekarang.

Yah, main yang santuy aja, dan gak mencelakakan istriku.

Capit aja ah, ada boneka cicak.

Oh bukan, kadal, meski aku maunya labubu, tapi jelas mahal sih. Boneka kadal, hm ... kenapa aku tertarik sama yang ini? Apa benar titah ibu kalau aku sebenarnya anak cicak? Ah gaklah ya, mukaku mirip bapak.

Jangan-jangan bapak siluman cicak?

Alah ngadi-ngadi.

"Siapa pun yang dapet boneka itu, Dek, dia pemenang poin pertama." Kami gak mungkin main sekali, gak seru dong.

"Itu? Boneka kamu itu, Mas?" tanya Radifa santainya.

"Hah? Bonekaku?" Aku awalnya bingung, sampai sadar sesuatu kala Radifa tertawa geli. "Heeee, kamu ya! Pinter banget ngerjain, Mas! Itu bukan cicak, tapi kadal."

"Mungkin dinosaurus, Mas, tepatnya."

Ah, bener juga, dino itu ya.

"Kita suit, siapa duluan." Radifa mengangguk dan kami pun suit.

Aku menang! Yehehehe.

Tapi, aku lupa sesuatu.

"Mas, kita belum beli koin buat mainnya."

"Walawe Mas lupa!" Aku cengengesan dan dia tertawa geli.

Kami pun beli koin untuk bermain permainan yang tersedia, sebelum akhirnya kembali ke capit boneka.

"Andai isinya hape itu ya, Dek, kayak di video-video itu," komentarku.

"Itu di luar negeri keknya, Mas." Radifa menjawab.

"Kita nanti jalan-jalan ke luar negeri, yuk." Aku tertawa dan Radifa mengangguk saja.

"Aku ikut aja, Mas."

Dan kemudian, aku bermain capit boneka. Agak susah sebenarnya ambil si boneka biawak, eh, dino itu, soalnya agak kelelep, dan itulah tantangannya. Aku berusaha mengambilnya dan ....

Sayang sekali, gagal.

"Aku lagi, ya, Mas." Radifa tertawa dan memulai permainannya.

Aku agak khawatir nih, dia kena, apalagi dia mayan akurat ... dan akhirnya.

"Haha, lepas!" Aku tertawa geli pun pula Radifa.

Keliatan makin gampang karena tadi sempat ditarik Radifa. Aku pun mulai bermain lagi.

Wadu, gagal.

Tapi berikutnya, Radifa gagal juga, hehe.

Dan akhirnya ....

Yas! Aku pemenang! Aku memeluk boneka dinoku dengan bahagia.

"Satu poin buat Mas, ehem, bau-bau Mas yang menang nih."

Radifa tersenyum, melipat tangan di depan dada, dia keliatan tertantang. "Jangan seneng dulu, masih banyak permainan lain."

"Kita liat siapa yang bakalan menang ...."

Dan pemenangnya ternyata adalah ....

Istriku KalemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang