bab 5

584 30 1
                                    

"Ini demi Engkau, aku tidak pernah mau bahkan tidak sudi jika bukan karena Engkau."

~Adiba Afsheen Myesha.

🕊️🕊️🕊️

Yesha terbangun dari tidurnya, pandangan matanya mengitari sekelilingnya mengingat apa yang telah terjadi barusan.

Seketika ia membelalakkan matanya kemudian memeriksa pakaian yang ia kenakan.

Matanya terpejam sejenak, ia harus ikhlas mulai dari sekarang.

Tidak mungkin dan tidak lain suaminya yang menggantikannya, tidak ada orang lain dirumahnya selain mereka berdua.

Ia terus merapalkan kalimat istighfar,
Astaghfirullahaladzim..
Astaghfirullahaladzim..

Pintu dari luar terbuka, menampakkan sosok suaminya yang masih terdiam di ambang pintu kamarnya.

Detik berikutnya, Asraf masuk menunjukkan ekspresi seperti tidak ada apa-apa diantara mereka berdua.

Ia mengambil sebuah tas lalu beranjak ke lemari dan ia mengisinya dengan beberapa pakaian.

Yesha tak luput memandangi kegiatan Asraf, lalu ia membenarkan posisinya untuk mengatakan sesuatu.

Dengan ragu, Yesha mulai membuka suara,
"S-siapa yang menggantikan pakaian saya?" Tanyanya gugup ingin memastikan, membuat aktivitas Asraf berhenti.

Asraf masih diam, lalu ia kembali menaruh beberapa pakaian didalam tasnya.

"Pak!" Panggil Yesha, kini ia mulai kesal dengan setiap pertanyaannya yang selalu tidak digubris dengan cepat.

Mendengar panggilan menuntut dari Yesha, Asraf menoleh menajamkan matanya, wajah bengisnya mulai ia tampakkan.

"Apa perlu saya jawab? Sementara disini tidak ada orang selain saya dengan kamu!" Jawabnya dengan nada tidak bersahabat.

Yesha menundukkan kepalanya dalam-dalam, jika sudah seperti ini ia tidak mungkin mendebat Asraf lagi.

"Kenapa? Merasa tidak terima?" Tanyanya lagi mampu mendongakkan wajah Yesha.

"Bukan, kau belum meminta izin dulu dengan saya." Jawab Yesha tenang.

"Ck! Bodoh." Umpatnya yang masih terdengar Yesha.

"Menurutmu bagaimana cara meminta izin pada orang yang tidak sadarkan diri? Berpikirlah yang benar Yesha, pakai otakmu itu!" Sarkasnya yang mencelos kedalam hati Yesha.

Tanpa sadar air matanya menetes, ia segera mengusapnya sebelum Asraf melihat.

Ia turun dari kasurnya hendak menghampiri Asraf walaupun masih ada rasa pening di kepalanya.

Merasa Yesha beranjak dari kasur, Asraf mempercepat aktivitasnya dan hendak pergi darisana.

Srek..Sebuah tangan mungil menahannya walaupun tidak menahan dengan genggaman yang erat.

"Mau kemana?" Tanya Yesha.

Asraf bahkan tak memandangnya sama sekali.

Yeshaa [On Going]Where stories live. Discover now