bab 18

523 45 25
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
-

-

-

-

"Sampai waktunya nanti, aku akan menjadi rindu yang tidak akan pernah bisa kau temukan lagi."

~Adiba Afsheen Myesha.


🕊️🕊️🕊️



"Sudah datang Pak?" Tanya Yesha menghentikan langkah Asraf. Setelah pulangnya kedua orang tua Yesha, ia menunggu Asraf seharian diruang tamu sampai malam tiba, ia ingin sekali berbaikan dengan Asraf, jadi ia memutuskan untuk mengalah setelah semua ucapan yang Asraf ucapkan hari ini, dan kini Asraf dengan tak berdosanya masuk kedalam rumah tanpa menganggap ada orang atau tidak diruang tamu tersebut.

Yesha bangun dari sofa tersebut hendak menyalimi tangan Asraf, namun Asraf tak menghiraukan Yesha, ia membiarkan tangan Yesha mengawang tak ia ulurkan tangannya.

Asraf hanya meliriknya sebentar, lalu ia melanjutkan langkahnya.

"Pak Asraf tidak makan? Saya ada siapin makanan untuk Pak Asraf." Ucap Yesha.

Asraf tidak menyaut, walaupun perih Yesha berusaha tegar menahannya.

Saat hendak berbicara lagi Asraf menghentikannya dengan menandakan jari telunjuk dibibirnya yang berarti tak ingin mendengar kata ataupun pertanyaan apapun lagi dari Yesha, Asraf tetap berlalu menuju kamarnya.

Yesha menghela napas mencoba sabar, apa semuanya harus diselesaikan dengan seperti ini, apa tidak bisa dibicarakan baik-baik, apa gunanya sebuah hubungan tanpa adanya komunikasi yang baik.

Yesha tak menyerah, ia mengikuti Asraf dari belakang hingga sampai dikamar yang Asraf tempati.

Namun belum sempat masuk, Asraf lebih dahulu menutup pintu dengan menggebraknya, sampai Yesha mengelus dadanya terkejut.

Dengan beraninya Yesha mengetuk pintu tersebut.

Tok! Tok! Tok!

"Buka Pak! Saya mau bicara!" Ucap Yesha, ia akan hadapi Asraf mulai sekarang.

Tak ada sautan dari dalam, Asraf pun tidak berniat membuka pintu dan berbicara dengan Yesha, menurutnya berbicara dengan Yesha hanya memuakkan saja.

"Saya bilang buka Pak! Tolong!" Tegasnya.

Dengan sekali hentak, pintu tersebut dibuka oleh Asraf, tentunya dengan wajah yang tak pernah gagal menunjukkan rasa kebenciannya pada Yesha.

"Sebenarnya Pak Asraf ini laki-laki macam apa sih?" Ujar Yesha.

Asraf hanya menatapnya tajam, ia bahkan tak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.

"Pak Asraf selalu saja menghindari saya, ngga pernah mau dengar bahkan percaya dengan ucapan saya, sebenarnya Pak Asraf menganggap saya apa?" Yesha mulai mengutarakan semua yang ia ingin katakan selama ini.

"Yang seharusnya bertanya itu saya!" Setelah keterdiaman Asraf, akhirnya ia mulai bersuara.

"Perempuan macam apa kamu?" Asraf membalikkan kata-kata yang Yesha katakan tadi.

Yeshaa [On Going]Where stories live. Discover now