bab 14

440 25 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
-

-

-

-
"Menjadi perempuan tidak pernah mudah, ada luka dalam bertahan, ada luka dalam merelakan, keduanya sembilu."

~Ning Khilma Anis.




🕊️🕊️🕊️

Hari ini adalah tanggal yang bertepatan dengan tanggal wafatnya saudara Yesha atau bisa disebut anak pertama dari bunda Yesha.

Biasanya mereka selalu menyekar bersama satu keluarga yakni Bunda, Ayah, dan Yesha. Namun keadaan sudah berubah, Yesha sudah tidak lagi tinggal dengan keluarganya.

"Sudah siap Bun?" Tanya Ayah Yesha pada istrinya.

Bunda Yesha hanya mengangguk.

Kemudian mereka berdua pergi meninggalkan rumah menuju kuburan anak yang pertama.

Sesampainya disana mereka membersihkan kuburan dan juga mendoakan kakak Yesha.

Selama ini walaupun sudah 20 tahun lamanya, Bunda Yesha tidak pernah benar-benar ikhlas dan ridho dengan kepergian anak pertamanya.

Jadi ia mengandung Yesha hanya karena dikaruniai oleh Allah saja, Bunda Yesha tidak pernah benar-benar menerimanya.

Sudah berjuta-juta kali Ayah Yesha menasihati istrinya agak berlaku baik setidaknya perhatian pada Yesha yang juga anak kandungnya.

Namun, bunda Yesha memiliki batasan sendiri, ia tidak bisa memaksakan hatinya untuk suka pada Yesha, karena ia menganggap kehadiran Yesha adalah suatu kesialan yang membuat anak pertamanya meninggal.

Dilain tempat, Yesha pun mulai bersiap-siap untuk pergi ke makan kakaknya.

Sedari pagi ia tak mendapati Asraf dikamar, mungkin sedang keluar atau apa Yesha tak tahu menahu, Asraf tidak pernah izin pada Yesha ketika keluar rumah.

"Bu.." panggil Yesha.

"Iyaa kenapa non?" Sautnya, Bu Suarsih mendekat.

"Pak Asraf belum datang ya?" Tanyanya.

"Belum non, Bu Suarsih juga tidak tahu Bapak perginya kemana." Jawab Bu Suarsih.

Yesha menganggukkan kepalanya beberapa kali,
"Yasudah kalau gitu Yesha pamit keluar dulu sebentar ya Bu, nanti kalau pak Asraf datang tolong bilangin, hpnya tertinggal dikamar soalnya.." izinnya.

"Iya non, nanti saya sampaikan." Ujarnya.

Yesha membalas dengan senyuman lalu ia menyalimi tangan Bu Suarsih, dan berlalu dari rumahnya menaiki sepeda motor.

Sesampainya di area pemakaman, Yesha memarkirkan motornya lalu pergi menuju makam kakaknya.

Dari jauh ia sudah liat bahwa kedua orang tuanya sudah disitu, entah apa yang akan Yesha bicarakan mengingat mereka selalu canggung setiap pergi ke makam kakaknya.

Yeshaa [On Going]Where stories live. Discover now