بسم الله الرحمن الرحيم
-
-
-
-
"Jika setelah ini tak kutemui jalan agar sampai padamu, maka aku akan berhenti pada ketidakmungkinan ini. Telah jauh perjalananku hingga aku tenggelam dalam bayang-bayang harapan yang kian memudar, merayap pelan menyesaki dada. Mungkin kini saatnya aku berhenti berlari, membiarkan rasa ini pudar, melepaskan setiap ilusi tentangmu yang kupeluk terlalu erat. Sebab dalam sunyi aku menyadari, ada batas yang tak mampu kugenggam, dan di sana, aku belajar merelakan."
~hildaa.fn.🕊️🕊️🕊️
Malam itu, Yesha tak pulang kerumahnya. Ia menyewa penginapan di suatu tempat yang pasti tempat itu jauh dari rumah Asraf. Yesha bahkan tak membawa apapun selain handphone dan dompetnya.
Biarkan ia mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu, walaupun matanya tak pernah tertidur, pun air mata yang tak pernah berhenti mengalir.
"Setelah ini, kuatkan aku lagi kedepannya Ya Allah, aku akan berusaha menjadi baik-baik saja walaupun tanpanya." Batin Yesha.
Menatap atap langit kamar tersebut, Yesha mengelus pelan perutnya.
"Maaf ya nak, kamu harus mendengar percakapan tadi. Untuk semua ucapan ayahmu tidak usah kamu dengar ya, tidak apa-apa walau saat ini ayahmu tidak menganggap mu, jangan bersedih hati wahai anakku, Allah akan tunjukkan nanti saat yang tepat, bersabarlah." Monolog Yesha selalu mengusap air matanya.Perlahan ia memejamkan matanya, berharap hari esok perih dihatinya bisa berkurang.
Pukul 02.00 dini hari ia terbangun, ia beranjak untuk mengerjakan sholat malamnya.
Raka'at demi raka'at ia kerjakan, walaupun diri rasanya seperti berjalan diatas awan namun dengan menemui Allah semua rasa sakit itu perlahan pergi.
"Izinkan aku menikam rasa pedihku lewat sepertiga malam ini Ya Allah, tak sepantasnya diri ini menangisi selain-Mu, tak sepantasnya diri ini menyeru selain-Mu, untuk setiap apa-apa yang tidak sengaja menduakan-Mu aku mohon maaf Ya Allah, setelah ini aku berjanji tak akan ada lagi selain-Mu..."
Yesha terdiam hening sampai waktu subuh datang, ia sudah menghentikan air matanya yang mengalir, mungkin ini titik dimana ia mulai ikhlas dengan semua yang terjadi, setelah itu ia melaksanakan sholat subuhnya.
Saat fajar mulai menunjukkan cahaya sinarnya, Yesha mulai bersiap-siap diri untuk pulang kerumah orang tuanya, entah apa yang akan ia katakan nanti.
Ia menaiki kereta api menuju rumah orang tuanya, karena akhir-akhir ini Yesha tidak kuat dengan aroma bus jadi ia memutuskan untuk menaiki kereta api, walaupun perjalanan hanya 1/5 jam darisana menuju rumahnya.
Ditengah perjalanan, dering telfon berbunyi, Yesha melihat siapa orang yang menghubunginya. Lalu disana tertera "Bunda🌷"
Yesha segera menggeser tombol hijau lalu ia segera menetralkan suara seraknya.
"Halo Assalamualaikum Bunda.." Ucap Yesha mencoba tegar."Waalaikumussalam Nak, Yesha sekarang dimana?" Tanya Bunda dengan tidak sabar.
Yesha mengerutkan keningnya, kenapa bundanya menanyakan ia sedang dimana.
YOU ARE READING
Yeshaa [On Going]
Espiritual⚠️⚠️ Dilarang Keras Memplagiasi Karya Ini❗ "Maaf, saya akan mengembalikanmu pada orang tuamu, seharusnya pernikahan ini memang tidak pernah terjadi!" Ucap lelaki itu dengan nada datar yang mampu menghunus hati orang yang ditujunya. °°° "Berbahagiala...