Bab 7 - Lilac (2)

2.1K 55 0
                                    

Annchi mengurungkan niatnya yang hendak pergi. Saat lelaki itu duduk di kursi yang berhadapan dengannya, Annchi secara otomatis duduk kembali dan meletakkan tote bag berisi laptop di kursi sampingnya.

"Lo, yang di midnight kemarin, kan? Yang di table 18." Annchi tercengang. Ternyata, lelaki itu juga melihatnya.

"Iya. Gue juga liat lo, haha. Nggak nyangka bakal ketemu disini." Annchi terkekeh. Lalu lelaki itu tiba-tiba mengulurkan tangannya.

"Gue Michael."

Annchi terdiam sesaat. Ia pandangi tangan itu untuk beberapa saat, sebelum ia menjabat tangannya. "Annchi." Annchi bergumam. Ia tersentak saat lelaki itu meremas perlahan tangannya, dan melepaskan jabatan tangan itu beberapa saat kemudian.

"Lo, ada yang mau lo omongin sama gue? Sorry kalau kesannya gue kepedean. Tapi sejak dari di midnight, lo kayanya penasaran banget sama gue."

Annchi tertohok. Kenapa justru lelaki ini yang to the point? Apakah gerak-geriknya terlalu terbaca?

Annchi memang penasaran pada Michael. Dia tidak salah. Tapi, Annchi terlalu bingung untuk mengungkapkannya. Annchi tidak mungkin terang-terangan bilang ingin tidur dengan Michael di sini. Apalagi dengan suasana kafe yang satu per satu mejanya mulai terisi. Wajah cemas Annchi bahkan membuat Michael mengernyit. Michael pikir, dia terlalu menakuti Annchi, hingga Annchi merasa terpojok. Padahal Michael hanya sekedar bertanya. Tapi entah mengapa, tatapan Michael terasa menikam Annchi hingga ke ulu hati.

"Eh, relax aja. Gue cuma nanya kok, serius. Kalau lo perlu bantuan gue, gue pasti sebisa mungkin bantuin lo."

Annchi berdeham, merilekskan tenggorokannya yang terasa kaku di awal. Ia menghela nafasnya pelan, dan menatap Michael. "Sorry ya, Michael." dia membuka suara. "Gue emang ada yang mau di bicarain sama lo. Tapi, kayanya nggak bisa di sini. Gimana kalau gue minta nomor lo? Jujur gue nggak berani ngomong langsung, apalagi kita baru kenal?"

Michael sontak menarik sudut bibirnya. Lucu, pikir Michael. Apalagi, saat melihat wajah panik Annchi saat Annchi berbicara. Setelah membenarkan posisi duduknya, Michael meletakkan ponselnya di atas meja. Michael tampaknya setuju, untuk memberikan nomornya pada Annchi.

Usai memindai QR code dari ponsel Michael, Annchi mengucapkan terima kasih. Annchi tersenyum dalam diam. Ia selangkah lebih maju setelah mendapatkan nomor Michael.

Tak langsung pergi, mereka berbincang-bincang sejenak mengenai hal personal mereka masing-masing. Dari umur, kegiatan mereka saat ini, dan juga hal-hal yang wajar ditanyakan saat awal berkenalan. Suasana tak secanggung tadi. Michael dengan mudah menciptakan suasana yang hangat diantara mereka berdua. Padahal awalnya tadi tidak seperti ini. Melihat situasi yang cukup baik, Annchi berpikir, sepertinya akan mudah bernegosiasi dengan Michael mengenai hal yang ingin Annchi bicarakan.

"Wah, lo 22 tahun? Ini nggak papa kita ngobrolnya lo gue gini?" Michael sedikit terkejut saat Annchi terang-terangan memberitahu umurnya padanya. Mengingat dirinya lebih muda dari Annchi, Michael merasa tak sopan.

Melihat reaksi itu, sontak membuat Annchi dipenuhi tanda tanya? Astaga? Apa Michael masih di bawah umur? Tapi, jika di bawah umur, bagaimana dia bisa masuk ke midnight?

"Haha, santai aja. Kalau umur lo, berapa emangnya?"

"Gue masih 18."

Kali ini gantian Annchi yang terkejut. 18 tahun? Gila. Annchi, tertarik pada anak yang baru legal. Bahkan, berencana mengajaknya tidur bersama.
Annchi merasa seperti orang dewasa yang jahat. Annchi ragu-ragu sekarang, jujur saja. Entah ia harus melanjutkan rencananya, atau mundur dan meminta bantuan pada Kevin saja.

Unforgiven (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang