Bab 14 - Lantai 32 (4)

2.9K 56 0
                                    

Annchi tidak ingat ia tidur berapa lama. Tubuhnya terasa pegal luar biasa. Matanya masih begitu berat untuk dibuka, tapi Annchi harus bangun karena ia sudah cukup lama tertidur. Terlihat dari pantulan cahaya yang mengintip dari celah tirai yang masih tertutup. Kedua matanya mengerjap. Ia pandangi sekeliling dengan lamat-lamat, karena seingatnya ia tidak di kamar ini semalam.

"Mike?" suara seraknya mengudara. Kepalanya menoleh kearah sebelahnya yang kosong, dan dia tidak mendapati seseorang yang ia cari disana.

Annchi lantas terduduk. Ia mengusap wajahnya beberapa kali, sebelum menginjakkan kakinya ke lantai marmer yang dingin. Ia sejenak terkejut ketika melihat penampilannya. Tubuhnya bersih, dan ia kini tengah menggunakan pakaian kebesaran yang sudah dipastikan milik Michael. Tapi, kemana sebenarnya Michael? Lelaki itu meninggalkan seorang perempuan sendiri di tempat yang tidak ia ketahui seluk-beluknya. Annchi menghela nafas. Ia kemudian berdiri, namun sedetik kemudian ia terjatuh bersimpuh di lantai.

"Kok, sakit banget?" Wajah Annchi pucat. Ia meraba tubuh bagian bawahnya dan mengernyit. Annchi pikir setelah dibawa tidur, tubuhnya akan membaik. Tapi ternyata dugaannya salah besar. Dia kini seperti wanita lumpuh yang tak berdaya.

"Gila, Michael." Annchi berusaha untuk bangun. Ia berpegangan pada meja nakas di sampingnya, dan mencoba mengabaikan rasa perih yang menjalar saat kedua kakinya saling bergesekan.

Dengan langkah tertatih, Annchi berjalan keluar dari kamar itu. Ia harus mencari keberadaan Michael, dan segera pergi dari tempat itu. Ketika kakinya melangkah keluar, Annchi dibuat bingung untuk yang kedua kali. Ia menatap sekeliling yang tampak begitu megah dan senyap. Terakhir kali Annchi ingat, ia berada di lantai bawah, dan itu letaknya tak jauh dari pintu masuk. Tapi sekarang ia berada di sebuah lorong yang tidak Annchi kenali tempatnya.

"Michael?" Suaranya bahkan menggema di lorong itu. Namun samar-samar Annchi mendengar suara dari bawah. Ia kembali melangkah, mencari sumber suara yang kemungkinan besar Michael disana. Tapi yang pertama, ia harus menemukan jalan untuk turun ke bawah sana.

Setelah melangkah cukup jauh, Annchi bertemu dengan tangga. Tanpa berpikir dua kali ia menuruni tangga itu, dan sebuah sofa yang terlihat dari pertengahan tangga membuatnya yakin bahwa ia melewati jalan yang benar. Suara yang semula terdengar sayup-sayup, kini semakin jelas saat Annchi mulai menginjakkan kakinya di ruang tengah. Ia menghampiri sumber suara itu, yang mana asalnya dari dapur. Dia bisa melihat sosok Michael disana. Bertelanjang dada seraya sibuk membolak-balik sesuatu yang ia panggang di frypan. Ada harum yang lain, seperti aroma manis yang menguar dari dapur. Itu sontak membuat perut Annchi keroncongan.

Annchi lantas menghampiri lelaki itu. Ia berjalan tanpa suara, dan mengamati Michael yang kini sedang mengeluarkan sesuatu dari oven. Seketika dapur beraroma sangat enak. Itu semakin membuat Annchi merasa lapar.

"Pagi, Mike." Annchi menyapa Michael terlebih dahulu, dan berdiri di samping lelaki itu. Michael yang awalnya tak menyadari kedatangan Annchi, kini mengalihkan atensinya pada perempuan itu.

"Hei, Good morning. Did you sleep well?" Annchi mematung saat Michael merengkuh pinggangnya, dan memberikan ciuman selamat pagi. Lelaki itu tersenyum tipis pada Annchi, dan berakhir mengecup pipi perempuan itu.

"I-iya. Lagi buat apa?"

"Cinnamon rolls, bacons, eggs."

"Enak. Gue laper." Michael terkekeh. Michael lantas dengan hati-hati meletakkan satu buah cinnamon roll di piring Annchi, dan beberapa bacon serta telur mata sapi.

"Gih duduk. Ayo sarapan bareng."

Michael menggiring Annchi untuk ke meja makan. Kedua tangannya masing-masing membawa satu piring yang berisi menu sarapan yang masih mengepulkan asap.

Unforgiven (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang