Bab 55 - Tinggalkan Saja

475 33 8
                                    

Malam semakin larut. Lula dan Robi akhirnya mulai beranjak dari tempat Annchi untuk kembali ke hotel yang mereka tempati saat ini. Pasangan suami-istri itu sempat menolak tawaran Annchi untuk menginap di apartemennya, dan menolak Michael yang bersikeras mengantar mereka.

“Kita udah rent mobil, kok. Dan hotel kita juga agak jauh dari sini. It’s fine, kalian nggak perlu anterin. Makasih tawarannya.” Robi beberapa kali menepuk bahu Michael.

Alasannya masuk akal. Dan selain alasan itu, mereka juga tidak ingin merepotkan Annchi serta Michael di jam yang sudah menunjukkan waktu istirahat.

“Lagian besok ketemu lagi, kan? Jangan lupa besok ada janji lu, sama gue.” Tukas Lula kepada Annchi. Annchi hanya mengangguk, kemudian mencium kedua pipi Lula secara bergantian.

“Hati-hati kalau gitu.”

Please telepon kita kalau ada kendala di jalan.” Pesan Michael menambahi.

Setelah kembali berpamitan, Robi dan Lula pun melenggang pergi. Lift membawa mereka hingga ke lobi, menyisakan keheningan yang dominan di lantai di mana unit Annchi berada.

“Wow.” Michael bergumam. Pandangannya bergulir kepada Annchi yang mengajaknya masuk ke dalam unit, untuk kembali diperangkap di ruangan yang penuh akan ketenangan itu. “They are very pleasant. I really do like them.

Sebelum melangkah menuju dapur, Annchi sempat menyunggingkan senyumnya kepada Michael. Lelaki itu mengikutinya, spontan menyandar pada pantry dan perhatikan Annchi yang tengah memberesi kekacauan di dapurnya. “Besok Kak Robi ikut nggak sih, waktu kamu sama Kak Lula keluar?”

Annchi berpikir sejenak. “Kayaknya nggak deh. Kenapa?”

“Aku hangout sama Kak Robi aja kali ya? Sekalian ikutan nungguin kamu sama Kak Lula.” Michael bergerak mengambil alih sisa cheese cake dari tangan Annchi, lantas memasukkannya ke dalam lemari pendingin. “Kalau Sky nggak ngapa-ngapain besok, biar ikutan juga.” Sambungnya.

Annchi menatap Michael cukup lama. Mencoba mencerna ucapan impulsif yang lelaki itu katakan. Dalam hatinya ia cukup kebingungan. Tiba-tiba sekali, sudah akrab begitu?

“Boleh kan Sayang?” lelaki itu kini merengkuh pinggang Annchi. Menumpu kepalanya pada bahu kiri Annchi kemudian kecup lembut pipinya.

Annchi sontak terkekeh kecil. “It’s up to you, Michael. Kalau mau silahkan aja.” Ujarnya memberi izin. “Kabarin aja Kak Robinya.”

“Sayang aja kabarin Kak Lula. Aku malu. Kan baru kenal.” Michael menggelitik ceruk leher Annchi ketika ia mengusakkan hidung mancungnya di sana. Spontan memancing tawa Annchi yang menahan geli, kemudian ia memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan Michael.

Di detik itu Michael langsung mendudukkan Annchi ke atas counter dapur. Biarkan kedua kaki perempuan itu mengukung tubuhnya seraya mengusap rahang tegasnya. “Emang mau kamu ajak ke mana sih? Hm?” Annchi menginterogasi.

“Om Damar besok ngajakin aku golf sih. Jadi sekalian aja Kak Robi aku ajak. Daripada lama kan nungguin kamu sama Kak Lula? Sendirian lagi.”

Annchi mengangguk-angguk.

“Terus besok aku mau refill parfume, sama skincare kamu kayaknya udah ada beberapa yang habis deh. Sekalian besok aku ke Sephora,”

“Mike,”

“Terus lotion kamu. Aromatic candle kamu juga seinget aku udah habis,”

“Sayang,”

“Sayang.”

“Michael.” Annchi dengan cepat membungkam bibir Michael untuk menghentikan lelaki itu berbicara terus-menerus tanpa mendengarkannya. “We’ve discussed this before.” Ujarnya pelan. Tatapannya jatuh ke arah kedua netra Michael yang menatapnya dengan lembut, sementara tangannya bermain di kuku-kuku Annchi.

Unforgiven (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang