Bab 32 - Mereka (Tidak) Dekat

945 35 0
                                    

"Paket!"

Annchi terbangun dari posisinya, buru-buru menuju pintu utama ketika mendengar seruan dari luar, dan juga bel unitnya ditekan beberapa kali. Segera ia lihat seseorang yang datang dari lubang intip di pintu, dan seketika senyumnya merekah. Pintu itu dibuka dengan cepat, menampakkan figur Michael yang memakai pakaian kasual, dengan leather jacket berwarna hitam. Annchi menarik senyum terpesona, apalagi saat melihat senyum Michael yang sepertinya bisa membuatnya gila.

"Ayo masuk." Annchi menarik tangan Michael, membawa lelaki itu masuk dan ditutup pintu itu kembali.

"Eh, eh. Emang boleh ya Kak, bawa-bawa kurir masuk gini?" kekeh Michael saat mereka sampai di ruang tengah.

Annchi pun secara refleks melepaskan cekalannya pada lengan Michael, beralih memeluk tubuh lelaki itu seraya menatap matanya. "Biasanya juga sampai kamar." ujarnya seraya mengerling penuh goda, sebelum kemudian melepas pelukan itu untuk berjalan menjauh dari Michael.

"Ih, mulutnya nakal banget sih sekarang? Sini!"

Terdengar suara barang yang diletakkan di meja, membuat Annchi menoleh sesaat dan menyadari Michael berjalan cepat ke arahnya. Dengan senyum penuh arti yang terlihat mencurigakan, membuat Annchi juga secara spontan mempercepat langkah. Namun ia kalah cepat oleh Michael. Lelaki itu terlebih dahulu menangkapnya, memenjara tubuh rampingnya ke dalam rengkuhan kedua lengannya.

"Got you."

Annchi memekik. Tawanya mengudara dengan lepas ketika Michael menggelitik sekitar pinggangnya hingga tubuhnya merosot karena memberontak. Wajah Annchi memerah, menahan geli sekaligus efek dari tawanya yang tak kunjung berhenti sampai membuat perutnya merasa sakit.

"Awh! Udah, udah. Mike, please hahaha, kebelet pipis gue nanti keluar di sini!"

Michael pun menghentikan gelitikannya. Terdengar nafas Annchi terengah, dan di detik berikutnya perempuan itu menampar lengan Michael.

"Jail ah!" serunya dengan kesal.

"Mulai duluan, sih."

Keduanya bangkit, dengan Michael yang berdiri terlebih dahulu, dan membantu Annchi dengan uluran kedua tangannya. Dibawa Annchi duduk ke sofa yang menghadap ke sebuah televisi yang menyala, memutar serial film dari Netflix yang sudah pernah Michael tonton sebelumnya.

"Gue bawa pizza nih. Udah makan belum tadi?" lelaki itu berujar, seraya membukakan box pizza yang dia letakkan di meja tadi.

"Udah. Tapi nggak papa, mau makan lagi." Annchi menaikkan kedua kakinya ke sofa, dan duduk bergelayut di lengan Michael. Annchi perhatikan lelaki itu yang sedang mengambil sepotong pizza dari box, dan menyuapkannya padanya.

"Pantesan lama. Gue nungguin dari tadi." gerutu Annchi sebelum menggigit potongan pizza di tangan Michael.

Michael tertawa kecil, kemudian dikecup puncak kepala Annchi beberapa kali. "Sorry, sorry. Takutnya lo belum makan." katanya.

Annchi kembali membuka mulutnya, menunggu Michael untuk menyuapinya lagi. Mereka saling berbagi sepotong pizza itu hingga habis, dan mengambil potongan lainnya yang lagi-lagi untuk berdua. Mengabaikan film yang terputar, mereka lebih fokus pada topik pembicaraan yang mereka mulai dari awal mereka duduk di sofa tersebut. Banyak cerita yang Michael dengarkan dari bibir Annchi, entah itu tentang Langit, atau hari-hari buruknya di hari kemarin. Apa yang Annchi ungkapkan padanya, terdengar lebih menarik dari pada alur cerita film yang sudah Michael ketahui bagaimana akhirnya. Matanya dengan teduh menatap kedua iris Annchi, fokus memperhatikan bagaimana perempuan itu berbicara dengan antusias.

"Ya terus, ya udah. Gue iya-iya aja. Untung aja Sky janjian sama Nara mau ketemu. Jadi langsung balik habis nganterin gue."

Michael mengangguk-angguk. Tangannya terulur, menyeka saus pizza yang tertinggal di sudut bibir Annchi menggunakan ibu jarinya.

Unforgiven (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang