Bab 17 - Pertemuan Tak Diinginkan

1.3K 41 4
                                    

⚠️harsh words, violence

***

Annchi heran, entah mengapa rasanya hari begitu cepat berlalu. Biasanya, orang akan semangat menyambut akhir pekan. Tapi bagi Annchi, akhir pekan kali ini dia benar-benar ingin menghindarinya.

Sebuah mobil mewah sudah terparkir di halaman rumahnya. Tanpa diberitahu dua kali, Annchi sudah tau itu adalah Andra. Orang yang hendak mengambilnya sebagai istri ketiga. Kakinya terasa berat untuk melangkah ke dalam. Tapi disisi lain, Annchi ingin menyelesaikan semuanya.

Dengan perasaan bimbang, Annchi menatap pintu masuk. Ia dengan ragu-ragu memegang handle pintu. Harusnya dia bisa langsung masuk, dan mengatakan bahwa dirinya sudah tak lagi seperti apa yang Andra pikirkan. Dan dengan begitu, semuanya bisa selesai dengan mudah. Tapi entah mengapa, rasanya jantungnya tak berhenti berdegup dengan kencang.

Usai menghembuskan nafas panjangnya, Annchi menguatkan mentalnya kembali. Ia mendorong perlahan pintu itu, dan seketika disambut oleh ketiga pasang mata yang menatapnya. Annchi balik menatap mereka tanpa ekspresi, lalu dengan segera mengalihkan pandangan dan duduk di sofa single yang kosong. Bahkan, Langit tak ikut dalam pertemuan ini.

"Nah, ini Pak Andra. Yang anda tunggu-tunggu. Cantik kan, anak saya?"

Baru disaat seperti ini saja, Annchi baru dianggap anak.

Annchi secara spontan menatap kearah Andra. Perawakannya memang belum terlalu tua. Tapi tetap saja, Annchi bukan perempuan yang gila harta, sampai dia mau dijadikan istri ketiga. Ditatap pria itu dengan ekspresi tak suka. Bahkan di pertemuan ini, Annchi sengaja memakai pakaian yang sengaja mengekspos lehernya yang masih terlihat bekas-bekas kemerahan dari Michael beberapa hari yang lalu.

"Annchi, ayo disapa Pak Andra nya." suara Nina terdengar sangat lembut di telinga Annchi. Tapi Annchi tau, itu hanyalah sebuah topeng untuk menutupi sifat buruk mereka di depan orang kaya yang mereka agung-agungkan.

Alih-alih menuruti ucapan Nina, Annchi justru merotasi bola matanya. Dia mengalihkan atensinya, lantas menyilangkan kakinya dengan anggun.

Nina sontak saja terkekeh dengan canggung, merasa tak enak pada Andra. "Annchi?"

"Nggak papa Bu Nina. Annchi, pasti masih malu." potong Andra dengan intonasi pelan. Pria itu menatap Annchi, dan menggeser posisi duduk nya untuk berdekatan dengan Annchi. "Kamu, cantik sekali, Annchi. Kalau kamu jadi istri saya, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu mau."

Menggelikan. Annchi menarik tangannya ketika Andra berusaha mengusap punggung tangannya.

Suasana di ruang tamu semakin canggung. Nina dan Cakra saling berpandangan, geram akan perilaku Annchi yang kurang memuaskan.

"Pak Andra," Annchi membuka suara. Ia perlahan mendekat, seolah-olah kini posisinya tengah berbisik pada pria itu.

"Jangan terlalu berharap deh, sama saya. Saya itu udah pernah tidur sama laki-laki. Jangan terlalu percaya sama orang tua saya, kalau saya itu masih perawan."

Tuturan Annchi memang tak begitu keras. Namun Nina dan Cakra dengan jelas mendengarnya. Karena emosi yang tersulut, Nina menarik lengan Annchi.

"Annchi, kamu nggak sopan!"

Annchi memicing kearah Nina. "Mama yang nggak sopan! Emang Mama pikir, aku mau dinikahin secara sepihak gini?! Aku juga punya perasaan, Ma! Nggak bisa Mama sama Papa seenaknya gini! Yang punya hutang kalian, kenapa jadi aku yang nanggung?! Kalau sekiranya nggak bisa bayar, nggak usah sok-sokan ngutang deh!"

Luapan emosi Annchi berhenti saat sebuah tamparan melayang ke arahnya. Annchi terdiam, merasakan perih menjalar di pipi kirinya. Ruang tamu yang sebelumnya diisi oleh suaranya, kini hening dalam sekejap.

Unforgiven (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang