Bab 38 - Tolong, Bawa Pergi

812 39 1
                                    

⚠️ kekerasan, bahasa kasar, caci-maki

***

Dulu, Annchi berpikir. Ada kalanya ia akan merasakan bahagianya hidup, jika ia sudah beranjak dewasa dan berani hidup sendiri tanpa ada Ayah dan Ibunya. Ia pikir, setelah ia berani mengambil tekad untuk pergi dari rumah, ia bisa memulai hidup baru dengan perasaan yang lebih lega. Tak ada lagi tekanan, cibiran, bahkan siksaan. Annchi pikir begitu. Namun, entah mengapa hingga saat ini, saat dirinya hampir menginjak umur 23 tahun, Annchi belum pernah dapat merasakan kelegaan dalam hidupnya. Ia selalu dihantui oleh perasaan takut yang tidak dapat lenyap dengan mudah. Ia merasa ia terus-menerus dikejar, dibelenggu, seolah-olah dirinya hanya sebuah boneka yang dikendalikan oleh kedua orang tuanya. Yang harus menuruti semua yang mereka inginkan, dan apa yang mereka katakan.

Tak jarang Annchi merasa lelah. Tak jarang juga Annchi berpikir, apakah ia harus mengakhiri hidupnya agar semuanya selesai? Namun di sisi lain, Annchi masih mempunyai keinginan untuk meraih apa yang ia mau. Yang tak mampu ia dapatkan saat dirinya masih berada dalam pengawasan ketat orang tuanya. Dan juga, cita-cita yang ia impikan sedari dulu.

Di lingkungan teman-temannya, Annchi merupakan orang yang pandai bergaul. Ia disukai oleh banyak orang, sehingga tak sedikit yang mendekatinya untuk berteman, atau lebih dari itu. Awal mulanya, Annchi merasa kehidupannya setelah masuk di dunia perkuliahan itu cukup membaik. Ia tak lagi sesering dulu bertemu Ayah dan Ibunya yang kelebihan temperamen itu. Sehingga dirinya bisa fokus pada pendidikannya, dan memperluas pertemanannya setelah selama 18 tahun hanya sekolah dan berdiam diri di rumah. Annchi menemukan Zaya, Kiara, dan Ana sebagai teman-teman terbaiknya. Yang selalu mendengar keluh kesah, memberikan support, dan hadir setiap saat ketika Annchi membutuhkan mereka. Hanya saja, Annchi bukanlah orang yang gampang terbuka pada seseorang, bahkan pada teman-temannya. Annchi tipikal yang selalu memendam, dan menelan sendiri masalah yang menimpanya. Sehingga tak mengherankan saat Zaya, Kiara, dan Ana terkejut bukan main, begitu tau dan melihat sendiri, masalah yang tengah Annchi hadapi selama ini.

Ketiga perempuan itu tercengang untuk beberapa waktu, mencerna kejadian yang berlangsung begitu kilat saat mereka hendak menuju parkiran. Annchi menjauh dari mereka, dengan posisi ditarik rambutnya oleh seorang pria yang mereka yakini adalah Ayah Annchi. Tak ada yang mampu berteriak menahan kepergian kedua orang itu. Jangankan untuk berteriak. Kaki mereka seakan kaku di tempat, tak mampu beranjak mengikuti Annchi yang meraih-raih udara untuk mencoba lepas dari seretan Cakra. Peristiwa itu sontak saja menjadi tontonan orang-orang yang ada di sekitar parkiran. Menatap khawatir pada Annchi yang didorong paksa untuk masuk ke dalam mobil oleh Cakra. Tak berselang lama memang seorang security menghampiri Cakra, menegur Cakra dan menahan pria itu saat hendak pergi. Namun apa daya, ketika Cakra menegaskan bahwa Annchi adalah anaknya, dan urusan keluarga mereka tak perlu ada campur tangan orang luar, security kampus itu tak dapat melakukan apapun. Mobil yang membawa Annchi pergi dari area kampus, menyisakan kegaduhan yang bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi.

Sementara itu, Zaya merasakan nafasnya terengah. Ia panik, lantas mengambil ponselnya dari saku blazer dengan tangan bergetar. Perempuan itu menghubungi Langit, menjelaskan dengan singkat kejadian yang menimpa Annchi, dan sambungan telepon itu terputus setelahnya. Zaya berbalik untuk mengajak Kiara dan Ana untuk mengikuti kemana perginya mobil Cakra, lantas dapati Kiara baru saja menutup telepon yang Zaya tidak ketahui dengan siapa.

"Lo ngabarin siapa, Ra?!"

"Michael. Lah lo nya ngabarin siapa tadi?!"

Zaya mengusap wajahnya dibarengi dengan erangan kesal. "Gue nelepon Sky! Kalau mereka berdua ketemu pas lagi nolongin Annchi gimana?!"

"Aduh!" Ana menyela. "Mending buruan deh kita cabut! Kita ikutin dulu Bokapnya Annchi mau bawa dia kemana!"

Benar. Seharusnya kini, Annchi yang mereka khawatirkan.

Unforgiven (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang