Bab 37 - Kenalkan

891 35 0
                                    

"Gimana, Om?"

Michael membuang asap rokoknya sesaat setelah panggilannya dengan Damar terhubung. Beberapa saat lalu Damar menghubungi Michael, namun tak kunjung dijawab oleh Michael sendiri. Yang pada akhirnya, membuat Damar harus meninggalkan pesan pada Michael agar menghubunginya jika ia sudah selesai dengan kesibukannya.

"Kamu nanti coba cek email ya. Om ada kerjaan buat kamu."

"Kapan deadlinenya? Kalau malem ini kayanya nggak bisa deh, Om."

"Alah gampang itu. Besok juga nggak papa. Asal jangan kesorean aja."

Michael mendengus. "Maleman lah. Besok Michael kuliah."

"Nawar lagi. As soon as possible. Lumayan bonusnya. Bisa lah, beliin cewek kamu Hermes."

"Mike, aku ke bawah ya, ambil makanan. Sekalian mau beli birth cantrol di apotek. Kamu mau nitip,"

Michael menoleh, dengan cepat memotong ucapan Annchi dengan memberi gestur jari telunjuk di depan bibir. Perempuan itu tampaknya tak tau, Michael sedang dalam panggilan telepon, sehingga ia datang secara tiba-tiba dan berbicara dengan suara yang cukup kencang.

"Aku lagi telepon dulu, Sayang. Bentar ya." Michael berucap lirih, berharap Annchi paham dengan gerak bibirnya mengingat perempuan itu posisinya berada di ambang pintu balkon.

Namun Annchi sepertinya tak dapat mencerna ucapan Michael, sehingga pada akhirnya perempuan itu melangkah mendekati Michael yang kini mengubah posisinya menjadi duduk.

"Aku masih ada telepon. Kamu nggak papa ke bawah sendiri? Nggak mau nungguin aku beres?" ujar Michael mengulang ucapannya barusan, masih tetap dengan intonasi yang pelan.

"Ohh. Iya nggak papa, nggak usah Mike. Aku juga mau ke apotek sebentar." Annchi membalas, dan suaranya tak kalah lirih dari Michael. Khawatir, jika seseorang yang sedang terhubung panggilan telepon bersama Michael, mendengar percakapan mereka.

"Ya udah. Bawa hpnya. Kalau ada apa-apa langsung telepon ya. Nanti aku nyusul."

Michael mengisyaratkan Annchi untuk mendekat, lalu mencium perempuan itu. "Bawa aja dompet aku. Ada di atas meja di kamar."

Setelah memberi gestur 'ok', Annchi berbalik pergi meninggalkan Michael yang masih berada di balkon tersebut. Michael beralih aktifkan loud speaker dan meletakkan ponselnya di meja, guna membuka minuman kaleng yang ia bawa saat dirinya berencana berbicara berdua dengan Annchi di balkon kamarnya. Untuk beberapa saat ia tak mendengar Damar bersuara, membuat Michael kembali melihat ke arah ponselnya, apakah telepon masih terhubung atau tidak.

"Om,"

Tetapi melihat telepon masih terhubung, Michael berinisiatif memanggil Damar terlebih dahulu. Ia tak tau Om nya itu mendengar percakapannya dengan Annchi atau tidak. Tetapi jika Damar tak bersuara saat Michael dan Annchi berbincang, kemungkinan besar Damar mendengarnya.

"Siapa itu tadi suara cewek?"

Namun alih-alih suara Damar yang terdengar, Michael justru mendapat sahutan dari suara feminin yang ia yakini itu adalah sang Tante. Michael sontak saja menghela nafas kecil, tak pernah menyangka Tantenya— Liona, akan ikut mendengar apa yang sedang ia bicarakan dengan Damar, bahkan Annchi.

"Kamu biarin cewekmu beli birth control sendiri? Nggak modal banget sih?" Damar mencibir.

"Tau ah. You didn't use a condom, huh?" ujar Liona menambahi.

Michael sudah menduga mereka akan bertanya demikian, mengintimidasinya seolah-olah dirinya bukan laki-laki yang bertanggung jawab.

"Udah ah, nggak usah urusin hubungan ranjangnya Michael. Michael juga always used protection, kok." yang terakhir saja tadi di kamar mandi memang kelepasan tidak pakai. Dan juga, Michael tak akan menyangka mereka melakukannya hari ini, sehingga dirinya tidak sempat menyimpan stok birth control untuk Annchi.

Unforgiven (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang