Bab 31 - Jadi, Pacar Atau Bukan?

1K 35 0
                                    

"Mbak Annchi."

Annchi yang baru saja pulang kuliah, menghentikan langkahnya ketika Pak Wisnu memanggil. Pria tak langsung menghampirinya, karena kembali ke pos nya untuk beberapa saat, dan kembali muncul dengan sebuah tentengan yang cukup besar. Annchi mengernyit, perhatikan paper bag brand terkenal itu diserahkan kepadanya.

"Kenapa ini, Pak?" tanya Annchi. Ia menerima paper bag itu ragu-ragu, lantas mengintip benda yang ada di dalamnya. Tak selang sedetik, Annchi kembali menatap Pak Wisnu. "Dari siapa?"

"Saya kurang tau, Mbak. Tapi, tadi bilang namanya Vina."

Oh Tuhan.

Seketika ekspresi wajah Annchi berubah jengkel. Sebelum ia berbalik pergi, ia mengucapkan terima kasih pada Pak Wisnu. Dengan perasaan kesal Annchi berjalan keluar gerbang, lantas mengambil ponselnya dari tas. Annchi cari-cari nomor Andra yang tidak ia simpan melewati riwayat pesan yang pria itu kirim, dan meneleponnya tanpa berpikir dua kali. Tak perlu menunggu lama, suara Andra terdengar menerima panggilan.

"Halo, Annchi?"

"Pak Andra. Saya mau ketemu." utar Annchi tanpa basa-basi. Ia sudah cukup lelah setelah seharian ada di kampus. Jadi, ia tak mau membuang waktu lebih untuk bertele-tele berbicara dengan Andra.

"Boleh. Saya senggang. Saya jemput kamu,"

"Nggak usah. Saya tungguin di taman deket kost saya."

Di seberang, Andra terdengar menghela nafas. "Baik, Annchi. Tunggu saya."

Annchi lantas bergegas setelah telepon dimatikan. Ia berjalan menuju taman yang ia maksud, yang jaraknya cukup jauh jika ditempuh dengan jalan kaki. Tapi Annchi tak keberatan. Ia hendak mengembalikan barang yang istri muda Andra berikan untuknya. Karena barang itu, Annchi tidak menginginkannya. Ia tak mau menerima apapun dari mereka, apapun hal yang bisa membuat Annchi merasa terbebani. Apalagi yang diberikan, bukanlah barang yang murah.

Suasana taman cukup sepi. Annchi menunggu di tempat yang masih bisa dijangkau oleh penglihatan orang-orang di jalan raya, mengantisipasi adanya tindak kejahatan yang Andra lakukan secara tiba-tiba. Annchi menunggu kedatangan pria itu hampir satu jam lamanya. Namun beberapa saat kemudian, sebuah mobil berhenti di depannya. Annchi yang awalnya duduk di sebuah kursi besi di taman, sontak berdiri dan berjalan menghampiri Andra yang baru saja keluar dari kendaraan beroda empat tersebut.

"Ini." Annchi mengulurkan tangannya, memberikan paper bag yang ia bawa pada Andra, sebelum memberikan pria itu kesempatan untuk bersuara. "Kata Pak Wisnu, Mbak Vina yang kasih. Saya nggak bisa terima." ungkap Annchi.

Andra pun kebingungan. Itu, di luar urusannya. "Vina hanya memberi hadiah kecil untuk mengenalmu, Annchi. Tolong, terima saja." ujar Andra yang tak kunjung mengambil alih paper bag itu. Itu membuat Annchi menghela nafasnya, dan meletakkan paper bag berwarna oranye itu ke tanah.

"Saya nggak mau." ulang Annchi menegaskan. Ia mengambil beberapa langkah mundur, karena posisi Andra saat ini cukup dekat dengannya. "Lagian, Pak Andra tuh paham nggak sih, sama bahasa saya? Saya itu nggak pernah mau nikah sama Bapak!"

Andra bergeming.

"Urusan Pak Andra itu sama orang tua saya, bukan sama saya. Memangnya saya makan uang yang mereka pinjam dari Pak Andra? Semena-mena mau memperistri saya. Saya itu dari awal, nggak pernah mau kenal, dan urusan sama Pak Andra!"

"Annchi." Andra membuka suara. "Saya ini calon suami kamu. Jaga tutur bahasa kamu saat berbicara dengan saya,"

"Memangnya saya setuju nikah sama Bapak?!" potong Annchi emosi. "Itu kehendak orang tua saya, Pak. Saya nggak pernah ada keinginan, buat terima lamaran Bapak!"

Unforgiven (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang