Bab 41 - Hubungan Tanpa ...

996 48 18
                                    

"Mike

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mike."

"Hah?" Michael alihkan atensinya dengan senyuman masih terpatri di bibirnya. Setelah berdeham kecil dan menyamankan posisi duduk, Michael lantas fokus pada Langit yang baru saja menghisap rokok elektriknya.

"Mood lu oke amat? Ada apa nih?" selidik Langit seraya tertawa kecil.

Michael lagi-lagi tersenyum, menggeleng menanggapi pertanyaan Langit yang seolah dapat membaca pikirannya.

"Nggak ada, kocak. Apaan dah? Emangnya gue pernah bad mood kalau lagi sama elu?"

Langit mengernyit, bergidik geli. "Najis ah. Jangan gitu anjir, ada Nara. Ntar dia ngira kita menyimpang lagi."

Michael meledakkan tawanya, pun dengan Langit yang menendang pelan betis Michael.

"Sampai lupa gue mau bilang apaan." ujar Langit yang perlahan mulai menghentikan tawanya. "Anak-anak disuruh dateng sama Annchi nih, ke Roman ntar weekend. Lu dateng?"

Terdiam sebentar, Michael kemudian mengernyitkan kening. Tentu saja ia akan datang. Michael lah yang mengatur semuanya agar Annchi mengundang teman-teman Langit yang lain. Porsi Michael di sini, adalah berpura-pura tidak tau, dan menerima undangan Annchi melalui Langit.

"Hah, ada apaan emang?"

"Katanya sih birthday party ya."

"Anak-anak ikutan nggak?"

"Mereka kalau party mah gas aja, anjir. Lu kaya nggak tau mereka aja." kelakar Langit.

"Ya udah, ikut gue. Nanti jam nya lu text ke gue aja ya."

"Gampang, gampang."

Di tempat kost yang baru Langit tempati, keduanya menghabiskan waktu hingga tengah malam untuk merayakan kepindahan Langit. Tekad Langit untuk angkat kaki dari rumah itu, layak untuk mendapatkan apresiasi. Setelah sekian lama menjadi anak penurut untuk sang Ibu yang selalu melarang Langit agar tidak meninggalkan rumah demi pindah ke tempat kost, Langit pada akhirnya sampai pada batas kesabarannya. Mungkin niat Nina baik tentang itu. Agar Langit tak perlu mengeluarkan biaya lebih, tentu saja. Dan apapun yang Langit perlukan pasti akan selalu tersedia jika Langit tetap tinggal di rumah. Tapi jika harus bertahan dan terus-terusan melihat kegilaan Ayahnya, apa Langit tidak ikut gila sendiri? Daripada ia harus sinting di usia muda, Langit lebih baik kabur, dan tak lagi mendengar titah sang Ibu.

                                         ***

Keesokan harinya, Michael berencana untuk pergi mencari hadiah untuk Annchi. Ia sudah bersiap untuk pergi setelah beberapa saat lalu memanaskan mobilnya, lantas melajukan kendaraan beroda empat itu dari basement apartemen.

Unforgiven (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang