4. Hujan dan tangisan

23 3 0
                                    

Happy reading

🦋🦋🦋


"Rumah ga enak, sekolah ga enak, harus kemana lagi gue?" gumam Kevin yang menelungkupkan wajahnya dilepitan tangannya.

"Sekolah? Kenapa dengan sekolah?"

"Banyak orang jahat."

"Ga semuanya jahat," sanggah Alana.

Alana mengambil kertas pertama. "Seburuk-buruknya manusia pasti mempunyai sifat baik, hanya saja mereka tidak memperlihatkannya. Sama seperti orang-orang di sini, hanya beberapa orang yang menunjukkan sifat baiknya."

"Cuma tiga."

"Lima, bukan tiga."

"Duanya siapa?"

Alana menoleh ke belakang, terlihat dua remaja yang tertidur menghadap satu sama lain. "Raka dan Cia."

"Gue baru tau ada mereka di kelas ini, dulu gue pertama masuk sini gak ada tuh mereka," ujar Kevin.

"Mereka itu seperti permen karet, satu enggak berangkat yang lain juga gak berangkat, waktu itu mereka ada di UKS. Sebelum ada lo, gue selalu minta bantuan Cia."

Raka Putra Sankara dan Ciara Putri Anantana adalah dua sahabat yang tak terpisahkan. Mereka dari bayi tinggal di panti asuhan tapi sekarang tinggal di kost kost-an entah karena apa. Cia sulit bergaul dengan yang lain membuat dirinya terus bersama Raka.

"Gue baru sadar, di kelas kita ada 6 orang baik, satunya Dion." Kevin menatap Dion yang sedang memakan bekalnya disebelah Nathan.

"Dia hemat banget ya, bawa bekal sendiri," celetuk Alana.

"Dia itu anak yang berbakti, dulu saat ibunya sakit dia selalu merawat ibunya. Bahkan sampai ibunya tiada dia tetap menjalankan nasehat ibunya," ujar Kevin membuat Alana kagum dengan sosok Dion.

"Dia pasti cinta banget sama ibunya," Kevin mengangguk membenarkan.

"Kalau Nathan?"

"Dia yatim piatu sejak umur sepuluh tahun, sekarang tinggal sama nenek kakeknya dan adek adeknya. Kita se-pondok, dia masuk pondok atas dasar keinginan almarhum orang tuanya," ungkap Kevin lalu menatap Alana.

"Kalau lo?"

Alana terdiam. Dia bingung apakah dia harus jujur atau bohong? Jika dia jujur nama baik orang tuanya akan tercoreng jadi dia memilih bohong.

"Cemara dong!"

"Jujur, Na, gue tau lo bohong."

"Gue jujur kok," balas Alana dengan kebohongan.

"Jujur Na, gue liat kebohongan dimata lo," Alana menghela nafas panjang, ternyata susah ya membohongi Kevin.

"Cempaka."

"Gue juga, tos dulu dong!"

Alana terdiam saat Kevin mengangkat tangan lalu Kevin tersadar kalau mereka bukan mahram, jadi mereka tidak jadi tos-an.

"Lo budek ya?! Dari tadi gue panggil ga nyaut nyaut, cape tau teriaknya, pokoknya lo harus traktir gue!" omel Nara yang tiba-tiba datang.

"Masa sih? Ga kedengeran," balas Alana.

"Oh iya, Vin, kenalin ini Nara," ujar Alana memperkenalkan Nara pada Kevin.

"Tahu."

"Darimana?" Tanya Alana.

"Dia sering ke cafe, sering main sama Rara juga, Udah gitu si Rayyan ceritain Nara terus," jawab Kevin.

"Gue kenal Nara dari Rayyan," lanjutnya.

I'm Not PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang