22. Brother

3 1 0
                                    

Gadis itu duduk di samping Naya, rasanya Naya harus tetap bersamanya untuk saat ini kalau tidak tangannya bisa menampar wanita itu. Mereka menoleh saat mendengar suara seseorang menuruni tangga.

Gadis yang memakai dress selutut dengan rambut panjang, poni yang menutupi dahinya itu berjalan dengan anggun, ia tersenyum.

"Halo Naya dan Nara, tumben feminim Nar."

Mata Nara membulat melihat orang itu, ia sontak berdiri. "Sialan lo lon- Bel!"

Tangannya bergerak cepat menutup mulutnya lalu kembali duduk. Dia melirik Reynald dan istrinya dengan takut, Nara segera menggandeng tangan Naya.

Bella tersenyum meledek. Melihat kerutan di dahi ibunya dia menarik Nara bangun, Nara dibuat kebingungan dengan itu. "Nara itu bestie aku dari SMP Mah, kita tuh deket banget nggak kayak Rusia dan Ukraina, iya kan Nar?"

Bella menaikkan alisnya beberapa kali sambil tersenyum. Nara yang sedari tadi menatap Bella dengan jijik dan heran terpaksa tersenyum.

"Iya kita deket banget kok, saking deketnya suka gemes sampai ngomong kasar. Ah iya kita juga punya panggilan kesayangan kan lonceng bel?" Nara memilih mengikuti drama Bella.

Bella menyembunyikan raut terkejutnya, ia tersenyum. "Benar Naranjing."

Naya tahu itu semua hanya pura-pura. Sedari tadi Reynald menatap mereka dengan raut datar, Naya yang mengerti berkata. "Pa, Naya izin bawa Nara keliling rumah ya." Reynald mengangguk. "Bel, mau ikut?"

Bella mengangguk, ia tahu itu sebuah perintah bukan ajakan atau pertanyaan. Naya membawa mereka ke halaman belakang yang terdapat sebuah kolam renang.

"Kok lo sih anjing?!" sewot Nara setelah Naya melepas genggamannya.

"Kok tanya gue sih? Tanya mereka lah!" balas Bella sembari mengibaskan rambutnya.

"Ya lo tahan kek nyokap lo biar nggak nikah sama bokap Naya, biar Naya gak saudaraan sama lo!"

"Kalau bisa juga udah gue lakuin anjir! Lo pikir gue mau nyokap nikah lagi? Lagian gue juga siapa yang mau saudaraan sama lo?!"

"Naya mau tuh!"

"Cuma pura-pura itu mah! Mana mau dia saudaraan sama anak problematik kayak lo!"

Darah Nara mendidih begitu mendengar itu. "Sialan! Lo yang problematik! Bukan gue!"

Hampir saja Bella terkena tamparan Nara jika Naya tidak menahannya. "Gue bawa kalian ke sini bukan untuk berantem."

"Terus?!" tanya mereka serempak.

Naya menyenderkan tubuhnya ke dinding, tangannya dilipat di depan dada, pandangannya ke kolam. "Tenang. Pura-pura dekat tapi jangan seperti tadi, papa langsung tahu karena sandiwara aneh kalian,"

"Sandiwara keren itu," sela Bella.

"Bersikap biasa tapi jangan tunjukkan kebencian kalian, bisa?"

"Gue mah anak alim jadi bisa," kata Nara membuat Bella bergidik.

"Sok alim bangsat! Biasanya juga lo yang bikin gue emosi."

"Lo ya!"

"Lo!"

Naya pura-pura batuk. Mereka sontak menoleh. "Ayo kita keliling," ajak Naya.

"Gue udah."

Naya menatap Bella. "Lo pikir gue mau tunjukin rumah ini ke lo?"

Bella yang diam membuat Nara tertawa, dibalas pukulan kecil dari Bella di lengan Nara.

🌧🌧🌧

I'm Not PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang