6. Gudang

9 2 0
                                    

"Terbiasa disalahkan hingga menyalahkan dirinya sendiri yang tak bersalah"

🦋🦋🦋

Happy Reading

🦋🦋🦋

Semua murid sedang berkumpul di pinggir lapangan untuk menyaksikan pertandingan basket antar kelas yang diadakan setelah ujian kenaikan kelas. Sekolah ini mempunyai sistem rolling class dan kelas unggulan tapi katanya akan terjadi perubahan sistem pada kelas unggulan, tidak ada yang tahu itu kapan.

Alana yang semula duduk melihat pertandingan Kevin beranjak pergi ke toilet, saat masuk dia sayup-sayup mendengar ketukan pintu dan permintaan tolong dari salah satu toilet tapi dia tak menghiraukannya dan hendak memasuki salah satu toilet tapi tiba-tiba dirinya ditarik paksa seseorang dari belakang, dia berkali-kali memberontak tapi tetap tak dilepaskan. Orang tersebut memakai berpakaian serba hitam dan memakai celana, tapi dia perempuan, hal itu terlihat dari mata, rambutnya panjang blonde-nya, parfume-nya, cincin di jarinya dan caranya berbicara maupun berjalan. Orang itu membawanya ke gudang dibelakang sekolah, tempat murid-murid yang telat menyelinap masuk.

Bugh

Tubuhnya dibanting begitu saja ke dalam ruang gelap dan kotor. "Siapa lo?" Alana sedikit berteriak.

"Tanpa gue beri tahu, lo pasti sudah tahu jawabannya, right?" Dengan lembut dia mengatakan itu sembari mencekik Alana dengan kuku panjang. Alana meraih tangan orang itu yang satunya lalu memelintirnya, sontak orang itu kesakitan, cengkraman itu semakin kuat juga jadi Alana melepas tangannya.

"G-gue salah apa sama lo?" Alana bertanya.

"Masih nanya apa salah lo?" orang itu terkekeh lalu mencambuk Alana berkali-kali.

"LO UDAH BIKIN GUE MENDERITA!"

"LO REBUT SEMUANYA!"

"LO HARUS MATI! LO GA PANTAS HIDUP DI DUNIA INI!"

"GUE GA SUKA SAMA LO! GUE IRI DENGAN PENCAPAIAN LO! GUE BENCI SAMA LO! SANGAT BENCI!"

"M-maaf, maafin gue. Gue gak sengaja buat lo menderita, gue ga sengaja rebut semuanya. Lo boleh benci gue, lo boleh iri, lo boleh pukul gue sepuas lo, lo boleh cambuk gue, lo boleh siksa gue, asalkan jangan bunuh gue," lirih gadis itu dengan air matanya.

"Jangan bunuh gue, impian gue belum tercapai. Kalau gue pergi, artinya, gue memberi luka, jadi, tolong jangan bunuh gue... "

"Maafin gue, maafin gue, maaf, maaf."

"GUE GA BUTUH PERMINTAAN MAAF LO ANJING!"

Orang itu memegang kedua pipi Alana dengan keras. "Gue suka lo menderita," dibalik maskernya orang itu tersenyum smirk.

Bugh

Tendangan keras itu membuat Alana berteriak. Sedangkan disisi lain Kevin mendadak terdiam lalu pundaknya disentuh Nathan. "Fokus," kata Nathan, Kevin pun tetap bertanding meski dia punya firasat buruk.

Kembali pada Alana yang berada di dalam gudang, orang itu tak henti hentinya membenturkan kepala Alana ke dinding atau menendang Alana bahkan dia hampir meludah di wajah Alana jika gadis itu tidak menghindar.

"LO HARUS MATI!" Katanya lalu menyebarkan minyak.

"Lo ngapain?!!" tanya Alana yang sangat ketakutan.

Orang itu memegang korek, bersiap untuk membakarnya. Sembari tersenyum licik dia berkata, "Selamat tinggal benalu."

"Stop!! Jangan lakuin ini!! Gue mohon jangan!!" Alana berdiri dengan susah payah, dia berusaha mengambil korek itu.

I'm Not PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang