8. Rapor

10 2 1
                                    


"Apa angka dua se-menyedihkan itu?"

🦋🦋🦋

Happy reading

🦋🦋🦋


Hari yang ditunggu telah tiba. Terlihat banyak orang tua yang berlaku lalang di Koridor, sementara para murid ketakutan dengan hasil rapor mereka tapi ada juga yang santai seperti Nara dan Rayyan, jika urusan belajar mereka paling malas untuk itu tapi jika musik mereka akan maju paling depan. Mereka sangat menyukai musik, suaranya sama-sama merdu, sehari tanpa musik mereka takkan sanggup. Bahkan saking senangnya, jika mereka marahan, mereka akan mengobrol lewat lagu maupun judul lagu.

Tadi pagi Alana membujuk ibunya agar mau menitipkan adeknya dan mengambil rapornya, akhirnya ibunya setuju.

"Gue udah baca berkas itu," Alana menoleh terkejut.

"Tenang, gue gak akan kasih tau ini ke siapa pun," dia menatap ke depan. "Gue harap kita masuk kelas itu."

"Kenapa disembunyikan di situ ya?"

"Ada yang mencurinya." Alana menatap ke depan. "Pemilik sekolah, Pak Reynald yang mengusulkannya, ada murid yang menguping lalu mencuri berkasnya, sepertinya murid itu takut sistem itu dilakukan."

"Gak mungkin itu murid, penjagaan di ruang kepsek terlalu ketat," kata Kevin.

Tak ada yang tahu pemilik sekolah itu siapa, dia tak pernah menampakkan wujudnya di sekolah ini. Yang pasti pemilik sekolah ini punya ambisi besar terhadap sekolah ini.

"Gue yakin kita masuk sana, kita gak bakal pisah." Kevin tersenyum, Alana mengangguk.

"Gue juga. Tapi emangnya lo ga bosen sekelas sama gue terus?" tanya Alana. Lelaki itu tertawa lalu menggeleng dan tersenyum.

Pembagian rapor adalah hari dimana banyak siswa yang sedih dan kecewa karena nilainya, ada pula yang bahagia, tapi apa mereka diapresiasi? Tak diapresiasi sama seperti tak dihargai usahanya, sangat sakit.

Kini Kevin berada di rumah sederhana Alana, ternyata orang tua mereka saling kenal, jadi ibunya Alana yang mengambil rapornya sekaligus mengajaknya mampir ke rumah. Rumah yang tidak asing baginya.

"Jarak tempat gue jemput lo hari itu sama rumah lo ada 2 kilometer lebih, lain kali jangan gitu," ujar Kevin pada Alana yang sibuk bermain handphone.

Melihat Alana yang cuek dia kesal. "Tante anaknya gak mau sambut tamunya Tan," kata Kevin sedikit berteriak.

"Aish! Dasar cepu."

Kevin melihat sekitarnya lalu matanya tertuju pada boneka pinguin di lemari, dia tersenyum lalu berkata. "Rumah lo indah, Na."

"Nak Kevin, ayo makan sini, Tante udah masak makanan favorit kamu lho," Ibu Alana membawa makanan. Dia membuat Alana bingung.

"Wah gausah repot repot, Tan," kata Kevin.

"Udah gapapa, ayo makan."

Kevin melahap makanan kesukaannya yaitu ayam bakar, Alana juga ikut makan. "Kok kamu makin kurusan ya?"

"Efek gak makan masakan Tante nih haha. Bercanda Tan, mungkin karena habis dari pondok."

"Lho kamu mondok?" Kevin mengangguk.

"Oh iya, gimana kabar orang tua kamu?"

"Baik, cuma sibuk kerja. Papa gak tinggal sama kita karena Mama kesini cuma untuk mengurus cafenya, bentar lagi mereka pulang ke rumah bukan ke rumah Oma," jawab Kevin di sela-sela makannya.

I'm Not PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang