10. Mari bercerita

7 2 0
                                    


"Kamu sangat pandai pura-pura bahagia"

🦋🦋🦋

Happy Reading

🦋🦋🦋

Kevin berjalan membawa beberapa minuman untuk teman-temannya yang duduk melamun dengan mata sembab, mereka terlihat berantakan. Mereka semua berkumpul kecuali Cia, Clara, Juan dan Raka yang sepertinya sudah tidur. Jam menunjukkan pukul 11 malam, Cafe ini seharusnya sudah tutup tapi Kevin memilih tidak menutupnya, dia ingin disini sendirian. Tapi tiba-tiba Alana memintanya untuk membawanya pergi, lebih tepatnya dia hanya iseng mengetikkan 'night ride + rain enak keknya' di Twitter dan Kevin menjemputnya, lalu teman-temannya yang lain juga ikut datang padahal mereka tidak janjian.

"Kalian kenapa? Kok berantakan banget?" tanya Kevin, penampilannya acak-acakan.

"Ada masalah apa? Sini cerita ke gue, walaupun gue ga menyelesaikan masalah tapi setidaknya bisa bikin kalian sedikit lega," ujar Alana yang tidak terlalu kelihatan habis menangis.

"Ayo duduk melingkar dibawah. Vin, tolong ambilin kotak p3k ya? Gue rasa banyak yang terluka," titahnya, sedangkan yang lain menepikan meja-meja dan Kevin mengambil kotak p3k.

"Ayo, siapa yang mau cerita?"

Hening. Tak ada yang mau cerita. Semua takut bercerita, lebih tepatnya tak mau mendengar respon yang nanti mereka terima.

"Beneran gak ada yang mau cerita? Gue tunggu ya," sudah 30 menit, Alana masih menunggu.

"Jangan pendam masalah kalian terus, gue cuma mau jadi pendengar buat kalian biar kalian lega. Tapi mungkin karena kalian terluka, takut respon orang lain, gue ngerti, kalau gak mau cerita gapapa, gue gak maksa."

Keheningan itu buyar karena Kevin yang bercerita.

"Tadi papa pulang ke rumah lalu mereka pergi shopping tanpa gue, mereka bilang udah panggil gue dan bangunin gue tapi gue gak dengar mereka manggil padahal gue lagi mabar sama Rayyan dan ga tidur sama sekali. Abang dibeliin sepatu Air Jordan padahal dia ga menang lomba sedangkan gue yang peringkat 1 gak dapet. Gue juga mau dianggap sebagai anak sama mereka, bukan sebagai pembantu maupun orang asing. Gue juga mau diapresiasi, gue mau didengar, gue juga mau dapatin kasih sayang yang gak pernah mereka kasih, bukn bentakan, " jelas Kevin, dia menahan tangis.

Masih teringat sangat jelas di benaknya perilaku tak adil orang tuanya dan lontaran kata-kata menyakitkan itu seperti kaset rusak. Dia selalu berusaha memberikan yang terbaik, tapi mengapa kehadirannya seperti tak ada? Dia juga mau dilihat kehadirannya seperti saudaranya.

"Nangis aja, kalo malu sini di belakang gue," Kevin bersembunyi di belakang Alana lalu menangis.

"Gue ngerti sama keadaan lo, pasti sakit ya? Lo kuat banget hadepin itu semua, lo hebat, gue yakin suatu saat ortu lo akan berubah. Jadi, bertahan ya? Bertahan meskipun hadirmu diantara mereka tak berarti. Tapi bagaimanapun itu lo berarti bagi Rara, dia dan kita. Apapun itu gue bangga sama lo, sangat bangga dengan semua pencapaian lo selama ini."

Alana menatap Nara, "Sakitnya nenek tambah parah, Na. Gue takut dia ninggalin gue dalam keadaan gue belum banggain dia, gue belum bisa jadi cucu yang baik, gue belum bales semua kebaikannya. Gue belum siap kehilangan orang yang paling gue sayang,orang yang paling berharga di hidup gue, orang yang merawat gue dari lahir sampai sekarang, orang yang buat gue ngerasain kasih sayang, orang yang mengajarkan gue banyak hal dalam hidup, orang yang menjadi satu satunya alasan gue hidup, Na. Liat dia sakit gue ikut sakit."

I'm Not PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang