"Terkadang omongan tak sejalan dengan hati."
Happy reading
Gadis berambut coklat itu turun dari mobil, langkahnya yang tegas membawanya masuk ke dalam cafe. Naya memang dituntut untuk belajar tapi tak harus di rumah, kadang dia belajar di cafe maupun perpustakaan tapi doa tidak bebas, papanya selalu mengirim orang untuk mengawasinya 24 jam tapi orang itu tak berani mendekatinya."Nay, gue gak ngerti bagian ini," kata Clara, Naya menoleh lalu menjelaskannya.
Karena ujian CPC mereka diliburkan untuk belajar. Mereka belajar bersama, kecuali Rayyan, Naufal, dan Nara yang malas berhadapan dengan buku.
"Ca, jawaban lo salah," koreksi Leo.
"Oh ya? Gimana sih? Pusing gue!" Leo terkekeh melihat Caca yang frustasi, dia mendekat lalu menjelaskan caranya. Caca justru lebih tertarik pada yang menjelaskan ketimbang penjelasannya.
"Belajar Ren, bukan liat drakor," tegur Kevin pada Renata yang menonton drakor. Tak direspon, dia menyuruh Nathan yang disebelah Renata.
Terdengar decakan dari mulut Nathan. Dia merampas HP Renata dan memasukkannya di saku celana.
Renata menggoncangkan tubuh Nathan yang dua kali lebih besar darinya. "Nathan!! Nathann balikin HP gue! Nathan balikinn!! Kalo gak balikin gue sumpahin pantat lo kelap kelip!!"
"BALIKIN HP GUE NATHAN SIALAN!"
"Berisik. Belajar dulu," ketus Nathan yang mengabaikan Renata yang sudah cemberut.
Dengan terpaksa Renata belajar, padahal tanpa mereka tahu Renata sudah belajar selama belasan jam lebih kemarin. Rasanya tenaga dan semangatnya habis karena kemarin.
"Es krim coklat mau?"
"MAU...!!" Renata yang muram kini bersorak gembira.
"Belajar."
Dengan semangat Renata menuruti ucapan Nathan, Nathan tersenyum tipis. "Lo senyum Nat?" tanya Aji. Senyum Nathan seketika hilang lalu dia menggeleng.
Cia menatap Raka. "Raka capek," Raka seketika memeluknya dari samping.
Cia seringkali bersikap manja pada Raka begitupun sebaliknya. Mereka besar di tempat yang sama, bersama sedari kecil membuat mereka mengerti satu sama lain. Bagi Raka, Cia adalah nomor 1 begitupun sebaliknya.
"Mereka kenapa gak ikut?" tanya Naya.
Juan menjawab sementara matanya tertuju pada buku. "Males, mereka bilang belajar itu bosenin."
"Mungkin mereka lagi balapan sekarang," sahut Raden.
Naya yang semula sibuk mengerjakan soal soal terkejut, menoleh pada laki-laki berambut coklat yang berbicara tadi. "Balapan?"
"Kerjaan mereka main game, balapan, berantem, jahil, udah gitu doang."
Sementara itu Nara dan Rayyan bermain PlayStation di rumah Rayyan. Setiap ada yang menang mereka akan bersorak lalu berpelukan, meskipun yang menang adalah lawannya mereka tetap bersorak. Mereka tak pernah mengejek yang kalah dalam game seperti sekarang, karena mereka tau, itu hanya game.
"Rayyan jangan dihabisin!! Itu punya gue!" Nara berusaha meraih snack yang dipegang Rayyan.
"Rayyan balikin!!" tangan Nara berprgangan pada sofa sedangkan yang satunya mengambil snack yang dipegang Rayyan, Nara tak bisa mengambilnya karena Rayyan yang menghalanginya dengan tiduran di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Perfect
Teen FictionOrang bilang, sekolah adalah rumah kedua. Inilah yang dirasakan sekumpulan remaja yang mempunyai sama-sama mempunyai trauma dan luka, mereka tiba-tiba di pertemukan di sebuah kelas unggulan yang mempunyai banyak peraturan dan tuntutan. Apa yang mer...