"Kesempatan emas seringkali dilewatkan banyak orang karena selintas terlihat seperti hal yang biasa-biasa dan sepele saja."
Thomas Alva Edison🦋🦋🦋
Happy Reading
🦋🦋🦋
"AAAAAA IBUN! IBUNN."
Matahari baru terbit tapi bendahara CPC sudah berteriak heboh. Mereka sontak berlari menghampiri Renata di ruang tengah.
"Ada ap-Aaaaa! Kecowa! Raka!! Kecowa!" Cia meloncat ke sofa tempat Renata yang berdiri dengan memeluk bantal.
Naufal, Rayyan, Juan, Leo dan Aji tertawa terbahak-bahak di ujung tangga. Kevin dan Raden meminum teh dengan santai di meja makan. Para perempuan kecuali Naya hanya melihat tanpa membantu di depan dapur, sebagian dari mereka masih mengumpulkan nyawa. Sedangkan sisanya masih tertidur pulas diranjang.
"Rakaa!!" panggil Cia.
Dengan muka yang malas seperti baru bangun tidur selama 100 tahun, Raka menuruni tangga lalu dengan santainya membuang bangkai kecowa itu. Sebelum dibuang ke tong sampah dia mengucapkan selamat tinggal pada bangkai kecowa.
"Nggak guna lo pada," ucap Raka kesal. Dia melempar bantal sofa pada mereka yang berdiri di ujung tangga.
"Yaelah lo kan pahlawan kesiangan kita," kata Juan. Memang benar, Raka selalu diandalkan oleh temannya, sebab tidak ada yang serajin dan senurut laki-laki itu. Kalau dia punya keluarga pasti orang tuanya selalu membanggakannya dan saudaranya akan selalu dibandingkan.
"Nathan, Kevin, Dion ada kan? Gue lagi enak mimpi indah malah dibangunin," Raka mengeluh.
"Masih pada ngorok noh, kecuali Kevin," balas Rayyan.
"Jangan fitnah lo! Kita habis joging anjir, si Raka tuh yang kebo," sahut Dion dari pintu asrama dengan keringat bercucuran. Nathan dan Thomas mengekor di belakangnya.
Raden melirik dari balik buku. "Tumben rajin, biasanya juga masih tidur," cibir Raden. Dia selalu membangunkan para laki-laki, tentu dia tahu siapa yang paling sulit bangun.
"Berubah dong kita, 'kan mau jadi tentara," balas Dion dengan merangkul Nathan. "Liat aja gue bakal jadi TNI suatu hari nanti," katanya dengan sungguh-sungguh.
"Lo aja, gue nggak mau," tolak Nathan yang menepis rangkulan Dion.
"Hello guys!! Artis dateng!" teriak Marcell yang masuk dengan seenaknya.
"Marcell lagi Marcell lagi," keluh Thomas.
Marcell menghampiri Alexa dengan totebag hitam di tangannya. "Bosen banget liat muka lu tiap subuh, ashar, isya, nggak sekalian sholat lu?" celetuk Naufal.
"Nggak login bro," balas Marcell
"Demi samperin ayang ya Cell!" goda Leo.
Sampai sekarang masih jadi misteri apa hubungan Alexa dengan Marcell, itu adalah pertanyaan umum yang tidak pernah dibicarakan. Di mana ada Alexa pasti didekatnya ada Marcell meskipun berjarak 1 kilometer sekalipun. Jarak yang memisahkan mereka dengan jauh hanya kelas yang berbeda. Setiap hari ia selalu ke mari, peraturan ke-4 CPC seakan-akan mengecualikan laki-laki itu padahal tidak. Bahkan ada yang mengira Marcell bagian dari CPC saking seringnya menemui Alexa.
"Hari ini jadwal lo haid, jangan berangkat eskul." Alexa hendak menolak. "Ayah yang minta," kata Marcell sebelum gadis itu protes.
"Keadaannya semakin baik, minggu depan dia kontrol." Alexa mengangguk. "Gue tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Perfect
Teen FictionOrang bilang, sekolah adalah rumah kedua. Inilah yang dirasakan sekumpulan remaja yang mempunyai sama-sama mempunyai trauma dan luka, mereka tiba-tiba di pertemukan di sebuah kelas unggulan yang mempunyai banyak peraturan dan tuntutan. Apa yang mer...