9. Badai diwaktu yang sama

6 2 0
                                    

"Terkadang semesta jahat, memberi masalah tanpa jeda."

🦋🦋🦋

Happy Reading

🦋🦋🦋


Brakk

Prangg

Gelas itu pecah saat mendengar pemiliknya kaget dengan gebrakan pintu yang dibuat oleh laki-laki yang sedang mabuk. Pria itu melangkah terhuyung-huyung, dia beberapa kali hampir jatuh. Tubuh gadis yang menjatuhkan gelas itu bergetar hebat, dia segera berlari ke kamarnya karena takut.

"Mau kemana lo?!!"

Mendadak dia berhenti, dia menoleh ke belakang lalu...

Prangg

Sebuah gelas dilempar tepat mengenai kepalanya. Dia memegang kepala bagian belakangnya, berdarah. Sedetik kemudian dia dipukul oleh benda tumpul. Sakit sekali.

"DASAR ANAK PEMBAWA SIAL!"

"MATI LO!"

Matanya memerah seakan-akan ingin membunuh seseorang. "Enak ya dapet peringkat pertama?" Pria itu mencekik leher Salsa.

"HARUSNYA GUE YANG DAPET ANJING! GUE YANG USAHANYA PALING KERAS!"

"TAPI KENAPA LO YANG BERUNTUNG?!"

Kakaknya itu selalu iri padanya, meskipun kasih sayang orang tuanya akan selalu berpihak pada Kakaknya itu bahkan jika dia membanggakan sekalipun yang dilihat hanya Kakaknya bukan dirinya.

Kakaknya membantingnya begitu saja ke lantai setelah membuatnya sulit bernafas. Pria itu pergi memasuki kamarnya tanpa mempedulikan Salsa. Sedangkan gadis itu meraih ponselnya dan meminta laki-laki yang belakangan ini selalu membantunya—Dion untuk menjemputnya di depan gang. Tak disangka sangka bahwa Dion juga mengalami hal yang sama dengan Salsa oleh ayahnya yang mabuk, ayahnya sangat terpukul dengan kepergian ibunya hingga dia mulai minum-minum, jarang pulang dan main tangan, ayahnya berubah 180°.

🌧🌧🌧


Gemuruh petir menggelegar disertai kilatan cahaya dan rintik hujan di langit. Gadis itu meringkuk disebelah kasur sembari menutup telinganya. Suara berisik di luar, pecahan kaca, dan petir bersatu membuatnya ketakutan.

Pintu itu terbuka. Seorang wanita dengan rambut acak-acakan serta baju kantor yang belum sempat ia lepas melangkah ke arah Bella yang menangis dan berjongkok.

"Nak, kamu kenapa?"

Bella memeluk mamanya. "Mama, Bella takut ma ... Bella takut."

Bella menangis dipelukan ibunya, setelah lega dia bertanya pada ibunya mengapa ibunya ke sini lalu ibunya menangkup pipinya yang masih tersisa air mata dan berkata.

"Nak, kalau Mama papa pisah kamu pilih siapa?"

Bella hancur. Dunianya runtuh begitu saja.

"kalau Mama papa pisah kamu pilih siapa?"

"kalau Mama papa pisah kamu pilih siapa?"

"kalau Mama papa pisah kamu pilih siapa?"

Ucapan itu terus ada di kepalanya bagaikan kaset rusak. Petir yang menyambar pun kalah mengagetkannya daripada ucapan itu. Dia tahu ini semua akan terjadi, tapi, mengapa dia masih belum bisa menerima semuanya? Bahkan dia masih kaget dengan kenyataan mengejutkan ini.

Air mata yang sudah tak mengalir tadi kini kembali mengalir lebih deras. "Ma, bilang sama Bella kalo ini bohong,"

"Ma, Mama bohong kan? Mama bohong!! Bella tahu Mama pasti bohong!!" Bella mulai mengeraskan suaranya.

I'm Not PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang