"Jangan terpaku pada dirimu sendiri, sesekali perhatikan sekitar."
🦋🦋🦋
Happy Reading
🦋🦋🦋
Selepas kejadian itu Caca memilih duduk di taman daripada berkumpul bersama temannya sebelum kelas dimulai. Pikirannya kacau setelah menemukan kotak berwarna merah berisi surat yang ditulis dengan aksara jawa menggunakan darah sebagai pengganti tinta. Hanya ada dua kata di surat itu yaitu "Tak hilang".
"Tak hilang, apa maksudnya? Siapa yang tidak hilang?" batinnya bertanya-tanya.
Tatapan kosong itu beralih melihat secangkir susu coklat di hadapannya. "Jangan terlalu di pikirkan," kata Leo yang beralih duduk di sebelah Caca.
Caca mengambil susu itu. "Ngapain?" tanya Caca yang menatap Leo.
"Duduk." Caca menepuk dahinya, "Maksudnya ngapain di sini?"
"Ya duduk." Caca menghembuskan napas panjang, "Kalau ada teror lagi bilang ke gue ya," ujar Leo, Caca mengangguk.
Dion mengintip mereka lalu menarik Renata yang melewatinya. "Apa sih?"
Dion menunjuk dua manusia di taman, Renata mengerti. "Bau bau orang yang hta nih!" cibir mereka.
"Berisik lo berdua!"
Dion tertawa lalu pergi darisana, dia tersenyum saat melihat Salsa yang tertawa tanpa suara dengan Nara dan Clara.
Kevin meniup peluit di sebelah Renata. "Heh ketua! 15 menit lagi nih!"
"Berisik anjir!" Renata memukul lengan Kevin. Kevin menutup wajah Renata dengan kerudung dari depan lalu menariknya pergi.
"Lagian lo ngapain liat orang khalwat, udah gitu aurat terbuka banget!" omel Kevin. "Berhenti anjir gue gak bisa lihat ini! Kalo kaki gue nyandung monster gimana? Gue enggak mau jadi pembantu monster itu!"
Kevin terus mengomel dan Renata terus membalas sementara yang melihat hanya tertawa. "Udah udah! Ayo berangkat nanti kalian terlambat," kata Thomas yang baru keluar dari kamarnya.
"Renata, Nara jangan lupa bawa buku kasnya, Cia gimana struktur sama jadwal udah dibikin belum?"
"Siap!!" sahut bendahara kelas dengan senyuman mematikan.
"Tinggal di cetak Pak eh Papi," jawab Cia. Thomas mengelus rambut Cia, "Bagus, panggil senyamannya aja, terserah Papi atau Bapak."
🌧🌧🌧
"NAYA PINJAM PULPEN DONG!" teriak Naufal, tiba-tiba kepalanya ditoyor Dion. "Pinjam mulu lo, btw pinjam juga ya Nay!!"
"Yeuh lo juga sama," cibir Naufal. "Pulpen gue mah hilang terus, daripada elu gak beli pulpen!"
Naya selalu membawa 20 pulpen, 20 pensil, 20 penghapus, 20 penggaris dan alat tulis lainnya dengan jumlah yang banyak, seringkali dia meminjamkan alat tulisnya.
"Heh lihat tuh tumben apa Aji punya banyak pulpen," ujar Raka.
"Iya anjir si Aji dapet dari mana, jangan-jangan dia yang ambil pulpen kita Fal!"
"WOY JI! LO AMBIL PULPEN KITA YA!".
"Berisik Fal!" sahut Raden.
Aji tak terima. "Kok gue?! Ini pulpen gue anjrit! Main nuduh aja lo!"
"TERUS PULPEN GUE DIAMBIL SIAPA ANYING!"
Juan melemparkan penghapus ke arah mereka. Mereka melemparkan barang ke arah Juan tanpa mempedulikan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Perfect
Teen FictionOrang bilang, sekolah adalah rumah kedua. Inilah yang dirasakan sekumpulan remaja yang mempunyai sama-sama mempunyai trauma dan luka, mereka tiba-tiba di pertemukan di sebuah kelas unggulan yang mempunyai banyak peraturan dan tuntutan. Apa yang mer...