"Langit bisa berubah dengan cepat, sama halnya dengan manusia."
🦋🦋🦋
Happy Reading
🦋🦋🦋
Bugh
"Gimana? Seru bos?" tanya orang itu pada wanita yang duduk dengan kaki menyilang.
Wanita itu tersenyum smirk. "Tambah lagi!"
Orang itu terus memukuli gadis berkerudung yang sudah lemas. Gadis itu Alana. Sejak awal Alana sudah menduga itu adalah ulah Bella.
"Sialan lo!" umpat Nara ketika melihat Alana yang dipukuli habis-habisan. Dia ingin mendekati Bella tapi dicegat seseorang.
"Biarkan!" cegah Leo. "Dia orang pertama yang melakukan peraturan no 10, lo gak dapet jatah makanan selama dua bulan kalau bantu dia."
Tangan Nara mengepal, dia pergi dengan amarahnya. Leo melirik sedikit lalu ikut pergi.
Bella tertawa melihat mahakarya anak buahnya, dia mendekat lalu memegang dagu Alana yang memar."Sudah lama gue ngga lakuin ini, sudah 2 tahun ya? Lo pasti kangen dihias tangan cantik gue. Tapi sayang, gue gamau tangan gue kotor karena nyentuh lo!"
"Secara, lo kan sampah!" Bella menekan kata 'sampah' lalu tersenyum puas. Dia meninggalkan bekas merah pada pipi Alana lalu pergi.
Alana mencuci mukanya lalu membalut lukanya dengan plester. Kakinya melangkah keluar dari toilet itu. "Ikuti saranku," ujar seorang pria yang tiba-tiba muncul.
"Tidak, terima kasih."
⛈️⛈️⛈️
Pintu itu terbuka, semua orang menatap orang di balik pintu berwarna putih itu."Saya minta maaf Bu Dina, saya telat 5 detik."
Guru wanita yang elegan itu menatap Alana yang sudah rapih hanya saja muka dan tangannya terdapat luka. "Jalani hukumanmu dan temui saya saat pulang sekolah!"
"Baiklah."
Alana kembali duduk di kursinya. Gadis itu sempat melihat Salsa dan Clara yang juga terluka. Mereka begitu karena Caca dan Nara.
Nara memang pernah menyelamatkan korban bully tapi dia pernah jadi pembully, sementara Caca, dia benci kesalahan, semua orang yang melakukan kesalahan padanya harus menurut padanya kecuali keluarganya.
Tangannya meraba kolong meja, mencari pulpen yang hilang. Pulpen itu terambil tapi dia merasakan benda cair di kolong meja, terlihat darah kental yang menempel di pulpen itu dan kolong mejanya yang kotor, dia terkejut, perempuan itu berusaha tetap tenang dan fokus mendengarkan penjelasan guru.
Alexa yang berada di samping barisan Alana, tepatnya di bangku keempat melihat darah itu juga. Dia ikut mengecek kolongnya, ada darah juga.
Sementara itu Nara menahan rasa sakit di kepalanya. Dia berkali-kali memukul kepalanya agar sakitnya berhenti, bukannya mereda cairan berwarna merah malah keluar dari hidungnya.
Tidak hanya Nara tapi Clara juga merasakan sakit di bagian kepala. Dia pikir ini efek dibenturkan ke dinding oleh Caca. Clara telat 1 menit saat mengerjakan tugas oleh sebab itu mereka menjauhi Clara bahkan membully gadis yang biasa jadi pembully itu. Di sekolahnya yang dulu dia selalu membully gadis yang dekat dengan Juan atau orang yang mengganggu kehidupannya, dia mempunyai julukan Princess Bullying di sekolahnya karena sikapnya yang mampu membuat orang menangis ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Perfect
Teen FictionOrang bilang, sekolah adalah rumah kedua. Inilah yang dirasakan sekumpulan remaja yang mempunyai sama-sama mempunyai trauma dan luka, mereka tiba-tiba di pertemukan di sebuah kelas unggulan yang mempunyai banyak peraturan dan tuntutan. Apa yang mer...