Part 1

116K 3.2K 29
                                    

Sore hari di sebuah taman yang ada di belakang Mansion terdapat seorang gadis boncel sedang berjongkok. Sepertinya gadis itu sedang sibuk sekali sampai-sampai ia tak sadar dengan kedatangan pria yang ada di belakangnya saat ini.

"Akhirnya dapet banyak". gumam gadis itu yang masih setia berjongkok dan menunduk dengan tangannya yang sudah kotor.

Sedangkan pria yang di belakangnya kini curiga dengan tingkah gadis boncel itu, kira-kira tingkah ajaib apa lagi yang di lakukannya?.

"Alina?". Panggil pria itu.

"EH?!". Pemilik nama pun terkejut dan menoleh ke belakangnya.

"DUDA PAPI?!". Pekiknya girang lalu memeluk erat pria tersebut.

Tanpa menghiraukan pakaian dan tangan Alina yang kotor akibat tanah, seseorang yang di panggil 'Duda Papi' itu membalas pelukan gadis boncel itu tak kalah eratnya.

Brianno Delwyn, adalah pria yang di panggil 'Duda Papi' oleh Alina. Sesuai dengan panggilannya, Brian memanglah duda. Alina menjadi putri tunggal Brian, pengusaha kaya raya yang hartanya tak akan habis-habis walaupun hujan badai angin ribut halilintar menerjangnya.

Setelah melepas pelukkannya, Brian menyerngit dan menelisik penampilan putrinya dari atas sampai bawah. Mengapa Alina menyerupai gembel sekarang ini? Dengan baju dan tangan yang kotor tanah.

"Putri papi lagi ngapain? Kok cemong semua sih sayang?".

Dengan senyum lebarnya Alina menjawab "Alin lagi cari cacing papi". ujarnya sambil menunjuk toples transparan yang berisi banyak cacing.

"Untuk apa Alin cacingnya?". Tanya Brian heran.

"Alin mau mancing papi".

"Lah? Memangnya Alina mau mancing dimana?".

"Itu di kolam yang ada di depan, siapa tau Alina dapet ikan yang besar terus nanti di goreng deh sama bibi". ujarnya riang seraya melompat-lompat kecil.

Brian menepuk jidatnya sendiri dan mengelus dada agar lebih sabar dengan kelakuan absurd putrinya ini. Hey?! Apa dia bilang? Memancing di kolam yang ada di depan? Sementara di mansion ini hanya ada 1 kolam ikan yang berisi koleksi ikan koi hias milik Brian.

Di kolam tersebut banyak sekali ikan koi miliknya yang tentu saja berharga fantastis, bahkan paling murah ada yang se harga motor. Enak saja putrinya itu memancing ikan sultannya, mau di goreng pula?! Brian tidak bisa membiarkan hal itu terjadi!.

"Alina sayang, dengerin papi ya? Itu kolam ikan hias bukan kolam ikan patin yang seenaknya kamu pancing gitu aja". ujarnya dengan sedikit sebal.

Alina mengerucutkan bibirnya "Tapi kenapa papi?".

"Soalnya itu bukan ikan buat di makan sayang, emangnya kamu mau kulit Alin jadi bercorak kaya ikan koi papi?". Tanya Brian dengan sedikit membual, agar ia tidak kecolongan dan putrinya itu bisa memancing ikan kesayangannya.

Mata Alina melotot dengan mulut yang terbuka lebar.

"Ish, ngeri papi. Iya deh Alina gak jadi mancing ikan-ikan papi". ujarnya dengan senyuman yang merekah.

Akhirnya Brian bisa bernafas lega, dan tidak perlu mengkhawatirkan. Tadinya Brian akan merekrut bodyguard khusus untuk menjaga kolam ikan hiasnya agar terhindar dari kejahilan putri boncelnya itu, namun ia sekarang mengurungkan niatnya.

Namun perkataan Alina selanjutnya membuatnya ingin menjual putrinya itu ke toko oren dan ia harus juga merekrut bodyguard.

"Tapi Alin bakal ngubek-ngubekin kolam ikan duda papi sampai semua ikannya pingsan". ujarnya lalu menjulurkan lidah mengejek ke arah Brian dan ia dengan secepat mungkin berlari menjauhi Brian agar tidak terkena siraman rohani dari duda papinya itu.

"ALINAAAAAAAAAAA".









⚠️⚠️⚠️

"𝘾𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙝𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙛𝙞𝙠𝙩𝙞𝙛 𝙗𝙚𝙡𝙖𝙠𝙖. 𝙅𝙞𝙠𝙖 𝙖𝙙𝙖 𝙠𝙚𝙨𝙖𝙢𝙖𝙖𝙣 𝙣𝙖𝙢𝙖 𝙩𝙤𝙠𝙤𝙝, 𝙩𝙚𝙢𝙥𝙖𝙩 𝙠𝙚𝙟𝙖𝙙𝙞𝙖𝙣 𝙖𝙩𝙖𝙪𝙥𝙪𝙣 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖, 𝙞𝙩𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙩𝙖 𝙙𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙖𝙙𝙖 𝙪𝙣𝙨𝙪𝙧 𝙠𝙚𝙨𝙚𝙣𝙜𝙖𝙟𝙖𝙖𝙣".

ALINA [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang