"Sekian untuk pembelajaran kali ini, selamat istirahat".
Tak lama setelah guru itu pergi, Snow mengajak Alin untuk pergi ke kantin.
"Lo hari ini bawa bekal?".
Alin menggeleng. "Alin mau beli makanan di Kantin aja deh Salju".
"Yuk". Ajak Snow sambil menggandeng lengan Alin.
Mereka berdua berjalan di sepanjang koridor dengan santai, karena banyaknya murid lainnya yang juga pada berbondong-bondong untuk mengisi perut mereka di Kantin.
Setelah mencari meja Alin menawarkan biar dia saja yang memesan makanan gantian katanya. Snow awalnya melarang, tapi Alin keras kepala! Yasudah akhirnya Alin lah yang memesan dan tinggal Snow sendirian di meja sambil mengawasi pergerakan Alin dari jauh.
Beberapa menit kemudian akhirnya Alin kembali ke meja mereka dengan membawa nampan berisikan beberapa makanan dan minuman. Dan ditangan gadis itu juga ada beberapa kantung plastik.
"Buset! perasaan pesanan lo sama kaya gue? Kok ini ada banyak lagi?". Ujar Snow terheran-heran, memang tadi mereka berdua pesan Bistik Daging dan minumnya Leci Tea. Tapi mengapa malah ada beberapa jajanan seperti Ayam Pok-pok, Kentang Ulir, dan Croissant.
Alin cengengesan. "Tadi jajannya panggil-panggil Alin mulu, katanya mau dong di adopsi Alin. Karna kasihan, jadi Alin beli deh!".
Snow tidak habis thinking dengan sahabatnya yang satu ini, dan sejak kapan jajanan-jajanan ini bisa berbicara sampai bisa memanggil agar dibeli? Memang dasarnya Alin itu diluar nurul, Snow sampai tidak habis fikri dengannya.
Tak lama setelah menghabiskan makanannya, mereka berdua kini masih di Kantin untuk lanjut menghabiskan jajanan yang dibeli oleh Alina sambil mengobrol santai.
"Menurut lo, gimana rasanya sekolah Umum kaya sekarang?".
"Alin seneng! Soalnya punya banyak teman". Jawab gadis itu dengan riang.
"Emang kegiatan lo setelah homeschooling apaan?". Kepo Snow.
"Apa ya? Alin sih kadang main ke kantor papi, trus main sama Bibu, nonton tv, rebahan dan emm apa lagi ya? Banyak deh pokoknya, tapi gak ada teman". Alin menjelaskan panjang lebar, btw Snow sudah tau siapa Bibu sebenarnya.
༺༻
Sedangkan disisi lain dijam yang sama tepatnya berada di samping sekolahan, terdapat 4 pemuda yang sedang menikmati seblak di warung andalan mereka ketika bolos.
"Seblak teh Windy memang gak ada obat".
Edward mengangguki ucapan Diego, memang seblaknya tuh enak banget.
Warung teh Windy tidak hanya menjual seblak tapi ada berbagai macam makanan dan minuman tersedia, dan disitulah biasanya digunakan untuk tempat membolos atau nongkrong para pemuda pemudi.
"Bolos yuk, males banget gue sebentar lagi pelajaran matematika". Sean mengajak mereka untuk membolos, tapi hanya Edward dan Diego yang menyetujui.
"Mike?"
"Gak, yang ada tambah dihukum gue". Ujarnya sedikit sebal karena tidak bisa membolos kali ini, bisa-bisa mamanya akan lebih mengamuk dan tidak memberinya uang jajan.
"Oh iya lupa gue". Sean memukul pelan jidatnya.
"EH ANJING ANJING!".
Diego mengumpat dengan tidak santainya dan dengan cepat menunjukkan apa yang dilihatnya kepada Sean.
"Sialan tuh cewek!".
Sean berdiri dan langsung berlari kembali ke area sekolah.
"Apaan?". Tanya Mike penasaran.
Diego menunjukkan Status WhatsApp salah satu teman kelasnya yang memperlihatkan video sesuatu. Mata Mike melotot sempurna, dengan cepat ia juga berlari menuju area sekolah diikuti Diego dan Edward yang menyusulnya.
༺༻
"Aduh! Lepasin, sakit tau!". Alin merintih ketika rambutnya dijambak oleh Pevita.
Tadi waktu sedang asik mengobrol, tiba-tiba Pevita dan para kacungnya datang menghampiri meja Alin dan Snow. Baru datang sudah marah-marah dan berbicara kasar dengannya.
"Cewek murah kaya lo ga pantes deket sama 4 mwb". Mwb yg Pevita maksud yaitu Sean, Edward, Diego dan Mike.
Snow sudah berusaha membantu Alin, namun tenaga nya kalah. Ia dicekal oleh 3 cecunguk Pevita. Membuatnya tak bisa berkutik, tapi mulutnya tak berhenti menyumpah-serapahi Pevita dan cecunguknya dan menyuruhnya agar melepaskan jambakannya dari Alin.
"Udah dibilang dari tadi, Alin gak deket sama mereka. Buktinya mereka sekarang gak ada di dekat sini kan?!". Alin menjawab dengan kesal, rambutnya tuh sakit tau di jambak begini!.
Brak
"Awhh!".
Pevita terjatuh duduk di lantai dan badannya sampai menabrak meja karena ia didorong keras oleh Sean.
Baru saja Sean memasuki kantin karena ia melihat video yang Diego perlihatkan kepadanya tentang Alin, ia melihat pemandangan yang membuat darahnya mendidih. Rambut Alina dijambak dan dimaki-maki oleh Pevita, dengan cepat ia berlari kearah Alin dan mendorong Pevita dengan tidak berperikemanusiaan sampai ia jatuh terjengkang menabarak meja.
"Bangsat! Apa yang lo lakuin ha?!". Tanyanya dengan nada membentak Pevita yang masih terduduk dilantai.
Pevita berdiri dibantu oleh cecunguknya, ia memandang tajam Sean yang berani mengacaukan aksi membully nya.
"Lo gak usah ikut campur!".
"Masalah lo sama Alin apa anjing?!".
Pevita memandang Sean. "Karna dia udah deket sama lo dan ketiga temen lo itu! Cewek murah kaya dia gak pantes tau tak!!".
"Bukannya lo yang murah?".
Ucapan Mike yang baru datang membuat Pevita sakit hati.
"Maksud kamu apa?". Tanya Pevita.
"Lo ngejar-ngejar gue, padahal gue aja jijik sama lo!". Mike mengeluarkan kata-kata sarkasnya.
Pevita terdiam, memang faktanya begitu.
"Lo sentuh Alin, lo berurusan sama gue!". Mata Mike bagaikan laser, membuat Pevita dan beberapa murid di kantin merinding. Tatapannya se tajam elang.
Sean merangkul pundak Alin, dan membawanya pergi dari situ diikuti ke 3 sahabatnya dan juga Snow.
"Awas lo Alina!".
༺༻
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINA [tahap revisi]
Teen FictionAlina Brianna Delwyn, gadis cantik dan polos dengan sejuta sifat ajaib bin bar-barnya. Alina itu petakilan, tidak bisa diam dan suka savage kalau bicara. Selalu membuat orang di sekitarnya darah tinggi dan harus extra sabar jika berbicara dengan ga...