BRAKK
Lagi-lagi ketenangan Alin terganggu karena ulah dari Pevita, padahal ia tidak nakal loh! tapi Pevita selalu saja mencari masalah dengannya. Buktinya sekarang, ia dan Snow sedang makan di kantin sambil mengobrol. Tiba-tiba Pevita dan para kacungnya datang dan menggebrak mejanya.
"Heh lo cewek norak!". Ujarnya kepada Alin.
"Kamu tuh kenapa sih suka banget cari masalah sama Alin?". Alin menjawab.
"Lo jauh-jauh dari 4 MWB, nanti hidup lo akan aman".
Alin memandang Pevita dengan tatapan julidnya. "Kalau Alin gak mau gimana?". Alin malah menantang Setan.
"Wah! Gak ada takutnya lo sama gue!".
"Emang kamu siapa harus di takutin sama Alin? Kalau kamu Hantu baru Alin takut". Alin berbicara dengan ceplas-ceplos, Snow sudah tertawa. Dan beberapa murid yang ada di dekatnya juga menahan tawanya.
Alin sudah terkenal disekolahnya karena ia adalah anak lugu tapi kalau berbicara suka membuat lawannya naik darah. Buktinya sekarang Pevita sudah murka, kesabaran Pevita seperti tisu. Tipis.
"Apa kamu melototin Alin kaya gitu? Mata kamu lepas baru tau rasa". Setelah mengatakan itu kepada Pevita, Alin meninggalkan gadis itu bersama Snow yang mengejek Pevita sambil berjalan.
Pevita memandang Alin dengan tatapan tajamnya, ia mengambil Hp dan mengetikkan pesan kepada seseorang lalu tersenyum smirk.
༺༻
Alin mengendarai motornya dengan santai, sekarang sudah waktunya pulang sekolah. Di sepanjang perjalanan menuju Mansionnya ia melewati jalan yang di sebelah kirinya terdapat Danau tempat ia pernah nyebur dengan Sean beberapa bulan yang lalu.
Pandangan gadis itu yang semulanya menikmati pemandangan teralihkan karena adanya seseorang yang tergeletak di jalanan. Dengan cepat Alin mengegas motornya mendekati orang itu. Sepertinya ia korban kecelakaan.
Gadis itu turun dari motornya, tak lupa juga melepaskan helm dan mendekati seseorang itu. Kakinya menendang-nendang pelan paha orang itu.
"Oi, kamu ngapain tiduran dijalan?".
"Kalau ngantuk, tidur aja dirumah".
Alin berjongkok, membantu melepaskan helm orang itu.
"Wah! Ganteng banget". Alin malah mengagumi paras pria itu.
"Bangun ih?! Kok gak gerak sih? Jangan-jangan udah meninggal?" Alin ngeri sendiri. Alin celingukan kesana kemari, tidak ada orang. Jalanan itu sepi.
"Alin kok merinding ya?". Alin berdiri, ia lama-lama juga takut. Saat akan melangkah pergelangan kakinya dipegang oleh orang itu.
"Jangan pergi". Ujarnya begitu lemah.
Alin menunduk. "Wah?! Kamu masih hidup ternyata, Alin kira udah meninggal". Ujarnya dengan cengengesan.
Laki-laki itu memandang Alin sedikit tak terima, enak saja dikira sudah meninggal. Tadi tuh ia pingsan!.
"Bantuin gue".
Karena Alin anak baik hati dan tidak sombong, ia pun membantu laki-laki itu berdiri. Walau sedikit tertatih karena badannya sakit semua. Alin membantunya untuk duduk dipinggir jalan, nanti kalau ditengah mereka tertabrak.
Laki-laki itu mengulurkan tangannya kepada Alin.
"Apa? Mau salim?" Tanya Alin yang di balas dengusan kesal.
"Gue Nelson Joerg, lo?"
"Oh kenalan, Alin kira mau salim" ujarnya sambil cengengesan.
Gadis itu membalas salaman tangan Nelson. "Nama Alin tuh, Alina Brianna".
Nelson mengangguk, ia merogoh saku celananya mengetikkan sesuatu kepada seseorang untuk menjemputnya. Badannya sakit semua, tak memungkinkan untuknya naik motor sendiri.
"Kamu ngantuk banget ya? Sampe tiduran di jalan gitu?" Tanya Alin.
"Bukan tiduran, gue itu pingsan". Jawab Nelson
"Lain kali kalau mau pingsan jangan ditengah jalan, dipinggir aja biar Aman". Ujar Alin memberi saran.
Nelson menyerngit, siapa sangka pemikiran gadis ini sangat di luar angkasa? Mana bisa pingsan memilih tempat. Mereka mengobrol sampai ada mobil yang berhenti didekatnya, itu adalah jemputan Nelson. Tadi dirinya menyuruh temannya agar menjemput dirinya.
"Astaga! Lo kenapa?!".
2 orang laki-laki keluar dari mobil dan langsung menhampiri mereka.
"Gue di keroyok". Ujar Nelson memberitahu.
"Yaudah, pulang sekarang". Ujar salah satu dari mereka.
"Lin, makasih lo udah nolong gue". Ujar Nelson.
Alin mengangguk dengan tersenyum lebar.
"Lo anak SMA TUNAS BANGSA?". tanya teman Nelson.
"Wah?! Kok kamu tau? Jangan-jangan kamu dukun ya?".
Teman Nelson memandang Alin datar, hey! Alin masih memakai seragam sekolah mangkanya mereka tau.
"Seragam lo". Jawabnya datar.
Alin memandang seragamnya dan cengengesan.
"Udah mau sore, Alin pulang dulu ya? Nanti dicariin papi". Alin dengan tergesa menaiki motornya.
"BYE TEMAN-TEMAN ALIN!". Teriak gadis itu sambil menjalankan motornya.
"Lah? Sejak kapan kita jadi temannya tuh bocah?".
༺༻
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINA [tahap revisi]
Teen FictionAlina Brianna Delwyn, gadis cantik dan polos dengan sejuta sifat ajaib bin bar-barnya. Alina itu petakilan, tidak bisa diam dan suka savage kalau bicara. Selalu membuat orang di sekitarnya darah tinggi dan harus extra sabar jika berbicara dengan ga...