Part 12

38.5K 2.1K 24
                                    

༺༻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༺༻

Sore hari tepatnya pukul 16.30, Alina saat ini sedang berada di kolam renang yang ada pada halaman belakang Mansionnya. Ditemani oleh Brian yang sedang fokus dengan pekerjaan di mackbooknya, bekerja sambil mengawasi Alina bermain dengan boneka barbienya.

Katanya Alin, tadi Barbienya meminta untuk berenang. Sebenarnya tadi Alin meminta dirinya untuk ikut serta bermain dengan boneka Barbie, namun ia pandai membuat alasan ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda agar terbebas dari ajakan sesat anaknya.

Sedangkan Alin percaya-percaya saja, soalnya Brian bilang kalau tidak kerja mereka akan miskin dan tidak bisa membelikan dirinya boneka Barbie lagi. Padahal kenyataannya mereka tidak akan bangkrut mengingat sumber penghasilannya dari banyak penjuru.

Memang Brian adalah papi durjana!

"Papi! Alin punya tebak-tebakan nih". ujar Alina sambil menghadap Brian yang tak jauh darinya.

"Apa?". Tanya Brian.

"Apa persamaan penjual Pecel dan penjual Sate?".

Brian menaikkan sebelah alisnya. "Sama-sama penjual makanan".

"Salah".

"Lah? Trus apa dong". tanya Brian memandang serius Alin.

Alin cengengesan. "Persamaannya adalah, sama-sama gak jual bakso".

'Emang nih bocah cocok jadi santapannya Sumanto' ucap Brian dalam hati.

"Papi?". Alin mendekat ke arah Brian, lalu duduk di sampingnya.

"Kenapa?". Ucapnya sambil mengelus surai Alin.

"Papi ada agenda buat Bussines Trip gak?".

"Ada apa? Tumben tanya gitu ke papi". ujar Brian.

"Alin ikut ya? Alin kepengen jalan-jalan nih" ucapnya sambil memasang wajah imoetznya.

Brian berpikir sejenak, ia berdiri lalu menggandeng Alin.

"Jalan-jalan? ayo!".

Alin mengeratkan genggamannya pada Brian, tersenyum seraya nyengir kuda tanda hatinya sedang berbunga-bunga.

Eh eh! Sebentar?! Tapi kenapa papinya ini mengajaknya berkeliling halaman belakang Mansion saja? Apa maksudnya coba?!.

Alin melepaskan genggaman tangan Brian. "Papi! Kok kita dari tadi muter-muter aja sih?!"

"Lah? Katanya minta jalan-jalan. Yaudah papi ajakin jalan disini"

Alin melongo mendengar ucapan yang keluar dari mulut Brian, seperti tidak ada dosa sama sekali. Iya sih memang benar jalan-jalan tapi bukan seperti itu juga maksud Alin.

"Bener gak?"tanya Brian.

"Iya sih bener, tapi salah juga! Maksud Alin bukan itu! Alin tuh kepengen Healing papi Healing!".

"Gaya lo healing-healing kaya ngerti aja, iya deh. 2 minggu lagi papi bakal ada Perjalanan Bisnis ke Dubai. Ikut?". Tanya Brian, ia terkekeh melihat putrinya tadi mengerucutkan bibir tanda sedang kesal.

Alin menoleh cepat dan menggangguk penuh keantusiasan. "Mauuu!! Alin ikut. Yeyeye Healing-Healing".

"Papi, Alin punya tebak-tebakan lagi nih".

'Apa lagi nih bocah, perasaan gue gak enak' batin Brian.

"Iya apa tebakannya"

"Eum, apa persamaan Papi dan Sean?" Ujar Alin.

"Lah? Kenapa jadi Sean juga?".Tanya Brian.

"Jawab papi ih!"

"Gak tau, emang apa?". Brian menyerah, pasti jawabannya akan nyeleneh lagi.

"Persamaannya yaitu... SAMA-SAMA GAK PUNYA PASANGAN".

"KYAA! KABURRR".

Setelah menjawab Alin langsung berlari masuk ke dalam Mansion, takut kena kepret Brian.

"ALINAAAAAAAAA!!".

"Astaga, bisa mati muda gue ngadepin tuh bocah satu". Gumam Brian sambil mengelus dadanya.

༺༻

"Selamat pagi teman-teman Alin"

Sapa Alin saat sudah memasuki kelasnya, dan temannya pun membalas sapaan gadis itu. Alin berjalan menuju bangkunya dengan Snow, tapi kali ini Snow belum datang.

"Pagi Alin". Beberapa menit kemudian akhirnya Snow datang juga.

"Pagi juga Salju". Jawab Alin sambil tersenyum.

"Jadi, gimana?". Tanya Snow ke Alin, tapi sepertinya gadis itu tidak mengerti.

"Apa?".

"Lo udah izin ke bokap lo tentang nanti pulang Sekolah kita mau ke Mall?".

Alin memukul pelan jidat lebarnya. "Aduh, Alin lupa. Gimana dong?!".

Snow mengeluarkan ponselnya dari saku lalu memberikan ke Alin. "Nih, lo telfon bokap lo, izin"

"Eh, gak usah Salju. Alin kemarin sudah dibeliin papi ponsel". Ujarnya seraya mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

"Buset, itu Hp keluaran terbaru anjrit!!"

Salju langsung merebut ponsel Alin, ia membalikkan dan mengamati ponsel itu.

'Jiwa miskin gue meronta-ronta' batinnya.

"Sultan memang beda ya? Apa-apa langsung satset beli tanpa mikir duit habis".

Alin hanya tersenyum saja.

"Yaudah gih, telfon bokap lo sekarang" titah Snow sambil mengembalikan hp Alin.

Snow memperhatikan Alin yang sedang menelfon papinya, dari raut wajahnya sih sepertinya-

"YES!! ALIN DI BOLEHIN SALJU!"

Akhirnya pun mereka berdua berpelukan.

Tak lama, guru mapel mereka masuk kedalam kelas. Dan proses belajar mengajar pun terlaksana.







༺༻

👻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👻

Rawrrr

ALINA [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang