Part 8

41.9K 1.8K 15
                                    

Waktu menunjukkan pukul 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu menunjukkan pukul 19.00 yang artinya sudah memasuki waktu untuk makan malam, Alin bersama papinya kini tengah duduk di meja makan. Seperti biasa, hanya mereka berdua yang ada dalam ruangan tersebut.

Tapi saat akan memulai makan malam, kegiatan mereka terhenti karena adanya tamu yang tiba-tiba datang kerumahnya.

"Selamat malam semua". sapanya riang gembira saat telah memasuki ruang makan.

"OMIIII". Alin beranjak dari kursinya langsung menghampiri Ibu Brian/ neneknya.

"Cucu kesayangan omi, omi datangggg".

Nenek dan cucu itu berpelukan erat seperti orang yang tidak bertemu selama bertahun-tahun. Padahal kemarin lusa barusaja mereka bertemu meskipun sebentar.

"Alin kangen banyak- banyak sama omi". gumam Alin dalam pelukan Sabrina, ibu Brian.

"Omi juga kangen sama cucu omi". balas Sabrina.

Sementara Brian mendengus pada tempatnya, lebay sekali dua orang itu.

"Jadi Alin gak kangen Opi nih?". Ujar Franco, papi Brian.

Mendengar suara Franco, Alin melepaskan pelukan dari Sabrina dan gantian memeluk Opi kesayangannya itu.

"Alin juga kangen banyak-banyak sama Opi". ujarnya saat sudah berpelukan dengan Franco.

Krik

krikk

Oke! Brian sekarang merasa jadi makhluk yang tak terlihat. Kedua orangtuanya asik-asikan melepas rindu dengan putrinya, apa mereka lupa jika masih mempunyai anak yang paling tampan dan hot ini?.

Ehmmm

Brian berdehem keras, membuat pelukan papi dan putrinya itu terlepas. Alin memandang polos papinya.

Brian beranjak dari kursi menyalami kedua orangtuanya, dan mengajak mereka serta Alin untuk segera makan malam dikarenakan perut Brian sangat lapar.

༺༻

di ruang Keluarga

"Cucu Omi, gimana hari pertama sekolahnya?". Tanya Sabrina sambil mengelus rambut Alin.

Setelah makan malam, kini ke-4 orang itu sedang bersantai di ruang keluarga. Dengan Alin yang duduk diapit oleh Sabrina dan Franco pada kanan kirinya itu, sementara Brian duduk di sofa yang tak jauh dari mereka ber-3. Disini Brian sudah seperti anak tiri.

"Baik Omi, Alin seneng. Alin punya banyak-banyak teman loh". Alin kembali berceloteh, bercerita tentang hari pertamanya sekolah.

"Gak ada yang nakal sama Alin kan?". Tanya Franco. Bagaimanapun ia tau kondisi sekolah baru Alin sekarang, memang sudah bukan rahasia umum jika sekolah-sekolah yang berada di kotanya ini kebanyakan selalu ada yang namanya bully membully.

Btw Alin sekolah di SMA TUNAS BANGSA. Kelas XI Ipa 1.

Alin menggeleng. "Nanti kalau ada yang nakal, Alin nakalin balik deh". ujar gadis itu sambil cengengesan.

"Bagus, kalau perlu tendang titidnya". kata Franco memprovokasi.

"HEH!". Sabrina menjewer telinga Franco, berani sekali suaminya itu menodai pikiran Alin didepannya.

"Awhh, ampun sayang". Franco meringis kesakitan.

Brian melongo, ia kira Sean yang selama ini menodai pikiran polos putrinya. Ternyata papinya sendiri juga sama saja! Huh hilang sudah kepolosan Alin. Bisa-bisa habis ini Brian yang kena amuk Sabrina karena lalai mengajari hal-hal baik untuk putrinya.

"Titid itu apa?".

Nah kan!

Alin bertanya dengan nada polosnya. Sabrina yang tadinya masih menjewer Franco kini terlepas, ia reflek memelototi suaminya.

Sementara Franco sudah gelagapan, tak hanya istrinya yang memelototinya tapi Brian juga sama! Poor you Franco!

༺༻

Setelah makan malam dan ngobrol santai dengan keluarganya, kini Alina gadis cantik itu sudah berada di dalam kamarnya bersiap akan tidur karena besok ia harus sekolah.

Bukannya tidur, Alina malah terdiam duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya. Alin memandang ke langit, memperhatikan indahnya bulan dan bintang pada malam hari ini.

Gadis itu diam dengan pikiran yang entah apa itu, hanya Alin yang tau apa yang ia sedang pikirkan. Alin mendunduk dan meremas kuat tangannya sampai memerah. Karena takut ketahuan orang rumahnya jam segini belum tidur ia langsung bergegas masuk kamar dan mengunci pintu balkonnya.

Tetapi tanpa Alin sadari juga, gerak-geriknya sudah terpantau oleh seseorang yang berada tak jauh darinya, untung saja Alin tak menyadari keberadaannya. Tatapan seseorang tersebut menyendu, melihat Alin yang tadi melamun, sepertinya ia tau apa yang gadis baik itu pikirkan. Sesorang itu langsung pergi dari tempatnya dan menghilang tanpa jejak.

༺༻

Ekspresi author ketika kezell sama readers yang gak vote🤬

Ekspresi author ketika kezell sama readers yang gak vote🤬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ALINA [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang