IV

15.4K 553 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.08

Sebentar lagi pak Mamat selaku satpam SMA SKJ akan segera menutup gerbang, dua menit terakhir benar-benar menegangkan kalo pak Mamat dah jalan ke arah gerbang.

Dan benar saja, ketika menit sudah genap di angka sepuluh, seorang pria berteriak.

"PAK JANGAN DI TUTUP DULU!" Mendengar teriakan itu, tentu saja pak Mamat kaget.

Dasar manusia ngga punya adab, orang tua aja masih di teriakin, mana posisi dia masih jauh dari arah gerbang mana pake ngebut bawa motornya. Telat ngerem dikit apa ngga berabe.

"07.11" Ucap pak Mamat santai.

"Aelah pak, telat semenit doang. Ayolah pak bukain yayayahhh." Mau ngerengek kaya gimana, kalo tu gerbang udah ke tutup ngga bisa di buka. Posesif banget tu besi sama gerbangnya.

"Bener deh pak, besok-besok saya bakal tepat waktu deh. Buka dong pak," rengek pria itu.

"Halah, alasan. Kemarin juga kamu bilang gitu." Skakmat, beneran deh ni satpam ngga bisa banget di kibulin.

"Saya kan anak taat lalu lintas, jadi ngga bisa main trabas gitu aja dong kalo lampu merah." Bodo amat sama ni bocah, mau ngerengek apapun pak Mamat ngga bakal buka gerbangnya.

Pak Mamat pun, berjalan menjauh dari gerbang. Tepat 5 langkahnya, satu suara berhasil membuatnya kembali berjalan ke arah gerbang.

"Pak Mamat," Mendengar namanya di panggil, tentu saja pak Mamat menoleh.

"Kamu juga telat, tumben" Tanya pak Mamat.

"Iya pak, tadi ada mobil saya mogok." Mendengar itu, pak Mamat hanya mengangguk dan segera membukakan gerbang.

Pria yang tadi merengek-rengek dengan berbagai alasan tapi tetap tidak di bukakan gerbangnya oleh pak Mamat, emosi dong dia. Dia telat cuma satu menit cuyy, lah ni anak telat 5 menit malah di bukain.

"Pak, ngga bisa gitu dong. Masa dia boleh masuk, saya ngga boleh."

"Ini namanya ketidakadilan, ngga bener ini. Bapak mau saya laporin ke-" Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, pria yang sudah berjalan masuk ke area sekolahan menoleh ke belakang.

"Biarin dia masuk pak," ucapnya, setelah itu ia kembali melanjutkan jalannya.

Mendapatkan ijin masuk, tentu saja tidak akan ia sia-siakan. Kalo sampe tu satpam berubah pikiran kan berabe.

Dengan cepat, ia melajukan motornya tanpa menoleh ke arah pria yang tadi menyuruh pak Mamat mengijinkannya masuk.

"Ck, enak amat jadi anak OSIS." Ucapnya melantur.

Sesampainya di parkiran, ia segera berlari bak kesetanan ke arah kelas XII Mipa 2.

BRAK

"Setan."

"Eh ayam,"

"Pak botak palanya mengkilat"

"Anak setan."

Bukannya merasa bersalah, sang pelaku nyelonong masuk ke kelas itu.

"Ngga ada kapoknya ni anak."

"Tau lo, telat terus tapi tetep aja bisa lolos dari tu satpam." Mendengar berbagai bacotan temannya ini, bener menjengkelkan.

Dia mah dah lari-larian ngga jelas, takut kalo guru dah dateng. Lah ternyata, masih sepi.

"Kenapa lo dit?"

"..." Tak ada jawaban, melihat itu teman-temannya memandang heran.

Iya gimana ngga heran, si Radit ngga biasannya masuk kelas diem. Dia telat aja masih bisa cengengesan di depan guru. Sekarang? Kan bikin mereka takut, iya takut aja ni anak ke sambet penunggu pohon mangga di samping parkiran.

"Radit," Mendengar itu, Radit memalingkan tatapannya.

Seorang gadis, yang berdiri tepat di belakang ketiga temannya.

"Behh, gebetan dateng cuyy." Bisik-bisik tetangga mulai terdengar.

"Anjir, gercep juga peletnya si Radit."

"Diem bego, Lo berdua ngga liat sikon. Si Radit dari tadi kek orang ngga benar."

"Tolol, Lo kira si Radit apaan? Pake ngomongin ngga benar."

Mengabaikan ocehan ngga jelas temannya itu, Radit membuka suaranya.

"Nita, kenapa?"

"Eumm, anu aku mau minjem modul Fisika boleh? Soalnya punya aku ketinggalan." Radit membuka tasnya.

"Nih," Ucapnya, sembari menyodorkan modul fisika ke arah Nita.

"Beneran ngga papa?" Tanyanya sekali lagi.

"Ngga papa. Mapel fisika MIPA 2, jam ke tiga. MIPA 1 jam pertama kan?" Nita menganggukkan kepalanya.

"Eumm, makasih yah. Nanti kalo udah selesai langsung aku balikin. Kalo gitu, aku pergi dulu." Setelahnya, Nita langsung berjalan ke luar dari area kelas itu.

"Gue salut sama si Nita." Ucap salah satu teman Radit, Dito.

"Maksud Lo, to?"

"Iya gimana ya, sebulan yang lalu temennya bunuh diri. Mana, lo pada juga tau kan alasan tu cewek bunuh diri."

"Hemm, iya gimana lagi. Kita mau bantu juga ngga bisa, kalo boleh jujur mah gue dah muak sama para pelaku bully kaya mereka"

"Tapi balik lagi, lo kaya, lo yang punya kuasa." Mendengar itu, tentu mereka setuju.

SMA SKJ terdiri dari siswa-siswi nya yang mempunyai kuasa.

Sekolah untuk mereka anak-anak orang kaya.

Radit, Dito dan kedua temannya pun begitu, bisa di bilang mereka juga anak dari keluarga yang berkecukupan. Tapi, tidak seperti mereka yang benar-benar mempunyai kuasa di sekolah ini.

Donatur, yah sebagian siswa-siswi di sekolah ini adalah anak dari para donatur. Dan tentu saja, mereka bisa melakukan apa yang mereka mau.

Alasan kenapa guru tidak menegur mereka adalah, karena tidak ada satupun siswa-siswi yang melapor. Dan kenapa para guru tidak menegurnya secara langsung, karena percuma saja. Mereka tidak punya cukup bukti.

"Eh, gue tadi ngga sengaja lewat ruang guru. Katanya bakal ada murid baru."

"Seriusan Lo?"

"Hooh, katanya pindahan dari Australia."

"Behhh luar negeri ngga tuh," Mendengar teman sekelasnya itu membicarakan murid baru, Radit, teringat dengan pesan dari nomor asing yang ia terima.

"Behhh luar negeri ngga tuh," Mendengar teman sekelasnya itu membicarakan murid baru, Radit, teringat dengan pesan dari nomor asing yang ia terima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC!

See you next chapter.

BACK (THE END!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang