Seorang wanita terlihat duduk sendirian di meja makan sembari mengoleskan selai cokelat di ke dua lembar roti tawar.
Sesekali ia berdecak saat ponselnya terus menampilkan bar notifikasi chat dari orang yang sama.
Abang Bri
"Ra, lu okey kan?"
"Buset di read aja kaga"
"Aura, masih tepar lu dek?"
"Banget ni anak, gue chat ga di bales"
"Dek!"
"Lu ngelakuin apa lagi!"
"Sialan ni anak, kalo papih tau di amuk lu!"
"Anak orang lu siksa gitu? Demi dah dek!"
"Setidaknya langsung eksekusi lah, dari pada di gituin!"
"Buset, emang paling bener jangan bangunin singa yang tidur"
"Dek!"Melihat isi chat dari Abang keduanya, Aura memutar bola matanya malas.
Kenapa dia bisa punya Abang yang cerewet seperti ini, berbeda sekali dengan Abang pertamanya.
Dengan malas, ia mengetik beberapa kata dan langsung mengirimkannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.45.
Aura bergegas mengambil tas dan kunci mobilnya.
Berbeda dengan Aura, terlihat seorang wanita tengah duduk bersama seorang pria paruh baya di hadapannya.
"Saya tidak ingin mengulur waktu, jauhi teman-temanmu."
"Tapi, kenapa pah?"
"Jangan pernah panggil saya dengan sebutan itu! Saya memang mengakui kamu sebagai anak, tapi tidak untuk memanggil saya dengan kata itu."
"Tapi-"
"Bukankah kamu juga tau bagaimana kisah yang membuatmu ada? Kesalahan yang membuat saya kehilangan tiga malaikat sekaligus. Semua itu karena ibu mu!"
"A-aku tau mama salah, mama juga udah mendapatkan hukumannya. Apakah masih belum bisa di maafkan?"
"Memaafkan? Hahaha, jangan bercanda. Bahkan jika kamu mati di hadapan saya, sampai kapanpun tidak akan pernah saya menganggap mu sebagai anak."
"Segitu bencinya papah sama aku?"
"Kau sadar diri rupanya" Pria paruh baya itu beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi. Sebelum benar-benar pergi, langkahnya di hentikan.
"Bahkan, saat kak Aurel sudah menganggap ku sebagai adiknya?" Mendengar apa yang di ucapkan wanita itu, membuat emosi nya tak terkendali.
"JANGAN PERNAH SEBUT NAMA ANAK SAYA DENGAN MULUT KOTORMU ITU!"
"Kenapa? Kenapa papah sebenci itu sama aku? Bukankah mamih Alia sudah menerima keberadaan ku, tapi kenapa papah tidak pernah mau menerima aku?"
"Dengan kamu yang lahir ke dunia ini adalah kesalahan terbesar yang pernah saya buat! Alia dan Aurel memang baik, mau menerimamu dan ibu jalangmu itu, tapi tidak dengan saya."
Pria paruh baya itu melempar sebuah kartu ke arah meja makan.
"Saya tidak akan pernah menerima keberadaan mu, gunakan uang itu untuk biaya hidup dan jangan pernah melakukan kesalahan yang membuat saya malu."
"Ingat itu, Mita." Setelahnya, pria paruh baya itu benar-benar pergi.
"Segitunya papah benci keberadaan aku? Memang benar, harusnya aku gak pernah di lahirkan dari rahim wanita jalang itu." Ia tersenyum getir menerima kenyataan pahit di hidupnya.
"Aku gak pernah butuh uang papah. Setidaknya sekali aja sayangi aku seperti papah menyayangi kak Aurel."
Wanita itu mengusap air mata yang jatuh ke pipinya, dan langsung mengubah raut wajah sedihnya.
Sesampainya di sekolah, Aura segera memarkirkan mobilnya.
Saat akan keluar dari mobil, tanpa sengaja ia melihat sang pelaku utama yang tengah berkumpul bersama teman-temannya.
"Ah, bahagia sekali kalian." Setelah mengatakan itu, Aura segera keluar dari dalam mobil.
Saat akan menuju kelasnya, Aura sengaja melewati gerombolan murid yang tengah berkumpul itu.
Melihat seorang wanita yang berjalan itu, seketika membuat mereka menegang.
Melihat itu, bibir manisnya tersenyum kecil.
"Akan lebih bagus jika ku bunuh mereka di waktu yang bersamaan bukan?"
"Ah, tidak tidak. Di mana keseruannya nanti, hemm akan ku pikirkan letak keseruannya."
Seorang pria, yang tak jauh dari mereka hanya bisa tersenyum getir, melihat wanita yang baru saja melewati sekelompok murid itu.
"Aurel, cuma lu yang bisa mengakhiri kegilaan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK (THE END!)
Teen FictionRank: # 1 - bunuh diri (20 Desember 2023) # 1 - pembalasan (16 Mei 2024) # 2 - dendam (20 Mei 2024) # 3 - misteri (7 Juli 2024) Kedatangannya bagai bom waktu, terutama untuk mereka yang menjadi dalang dari kematian gadis itu. Aura Bercly Alexander...