XLII

2.8K 147 24
                                    

Seorang wanita membawa langkahnya ke arah kamar yang berada di lantai dua, sesampainya di kamar ia membuang tas di atas kasur king size miliknya.

Mengigit kuku jempol jari tangan, sembari berjalan acak.

"Sial, jika Jonathan pria malam itu? Dia akan tau siapa gue"  Monolognya.

Berjalan ke arah cermin dan menatap lurus ke arah mata yang ada di pantulan cermin.

"Kalo dia tau, tinggal bunuh seperti yang lain." Ucapnya sembari menampilkan senyum misterius.

☘️☘️☘️

William berjalan ke salah satu kamar yang berada di lantai tiga rumah sakit, ketika akan membuka pintu di saat bersamaan dari dalam pintu di buka.

Bisa Liam lihat, keempat temannya berada di dalam kamar itu.

Awalnya semua berjalan normal, mereka sibuk saling bertanya dengan kekepoannya pada pasien yang saat ini sibuk main game di ponselnya.

Ponsel Faris berdering, melihat nomor privasi membuatnya mengerutkan kening.

Ketika akan di angkat, panggilan berakhir dan tak lama ponselnya kembali berdering. Kali ini bukan telepon melainkan pesan WhatsApp dengan nomor dengan identitas rahasia.

Saat membaca isi chat, seketika tubuhnya membeku, Faris gelisah, matanya memandang ke segala arah hingga menatap lurus ke arah jendela. Di saat bersamaan ponselnya kembali mendapatkan chat.

No number

"Bahagia sekali bukan? Bagaimana jika aku datang untuk membalas dendam. Mungkin jiwa dan tubuhku terkubur dalam tanah, tapi tidak dengan rasa dendamku."

Melihat Faris yang gelisah, membuat Noval mengerutkan kening.

"Ris? Kenapa?" Saat mendengar suara Noval, membuatnya tersentak.

"Anjing!" Mendengar itu, membuat yang lain ikut menatap ke arahnya.

"Napa lu?"

"Kesambet?"

William mengikuti arah pandangan Faris yang masih menatap ke arah jendela, benar saja terlihat seseorang berdiri di seberang gedung dengan pakaian serba hitam.

Pandangan William kini berganti ke arah ponsel Faris. Saat akan mengambil ponsel itu, Faris menjauhinya.

"Sini!" Keempat temannya menatap ke arah Liam, begitu juga dengan Noval yang langsung mengambil paksa ponsel Faris.

Setelah membaca isi chat, membuat Noval menatap penuh tanya ke arah temannya itu.

"Gue tau ini bakal terjadi" William, Hans, dan Stefan menatap ke arah Noval.

"Maksudnya, bos?" Noval menunjukan isi chat ke yang lain.

"Aurel masih hidup? Gila!!"

"Ngga mungkin, jelas-jelas kita lihat jasad Aurel di kubur!"

"Liam, ngga mungkin Aura kan yang-" belum sempat Stefan berkata William memotong.

"Gue yakin bukan Aura"

"Kenapa lu bisa seyakin itu?" Tanya Noval.

William menatap ke arah Noval "Karena gue percaya dia"

"Lu ngga bisa segampang itu percaya sama orang yang jelas-jelas punya ikatan sama Aurel, Liam" jelas Hans.

BACK (THE END!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang