IX

12.8K 466 2
                                    

Seorang gadis terlihat sendirian di dalam kelas, sembari menatap ke arah luar jendela yang langsung mengarah ke lapangan sekolah.

Pandangannya jatuh ke arah seorang pria yang tengah mendribble bola basket, sesaat bibirnya menciptakan sebuah lengkungan kala sebuah ide terlintas.

Gadis itu keluar dari kelas dan berjalan ke arah lapangan basket.

Tak butuh waktu lama.

Sesampainya di lapangan, gadis itu memilih berjalan ke arah bangku penonton dan mendudukkan dirinya.

Seorang pria yang tengah mendribble bola basket seketika menjadi kurang fokus, kala melihat siluet gadis yang tak asing berjalan ke arah kursi penonton.

Sembari mendribble dia menajamkan matanya ke arah kursi penonton, dan ketemu.

Pria itu langsung melempar bolas basket ke arah ring, dan shot.. bola itu masuk ke ring dengan tepat.

Seketika suasana menjadi ricuh kala, pria itu berhasil mencetak poin.

"Gilaaa, padahal tadi kak Radit ngga liat ke arah ring"

"Bener banget, gue liat juga kak Radit asal lempar tu bola. Hebat banget."

"Tapi, dari tadi dia kaya natap ke arah kursi penonton ngga si?"

"Eh, bener banget. Siapa yang kak tadi cari?

Setelah melempar bola nya dengan asal, pria tadi berjalan ke arah kursi penonton.

Semua murid yang berada di lapangan saat itu langsung menatap ke arah kursi penonton, mereka penasaran siapa yang di cari badboy nya SKJ.

Langkah Radit terhenti, kala gadis itu berdiri.

"Ikut gue." Mendapat perintah seperti itu, tentu membuat Radit jengah.

Ayolah, Aura tidak bisa di ajak kompromi. Padahal dia lagi jadi pusat perhatian, lah ko ini malah suruh buntuttin tu anak kampret.

Sabar ya Radit. Sekali ngebantah tu cewek, bisa-bisa detik itu juga ketenangan dia lenyap.

Aura itu gila, bahkan kegilaannya ngga akan berhenti sebelum apa yang dia mau di dapet.

Sikap yang sangat berbanding terbalik dengan dia.

Ah, andai sebulan yang lalu tidak ada tragedi itu. Mungkin, Aura ngga akan ada di Indonesia.

Sesampainya di rofftop, Aura mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang berada di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di rofftop, Aura mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang berada di sana.

Tak lama, seorang pria juga ikut berada di rooftop dan berdiri di depan Aura.

"Kenapa?"

"Gue ngga mau basa basi. Ra, gue tau ini bukan urusan gue. Tapi,"

"Sekarang urusan ini udah jadi urusan lo, Radit." Radit memejamkan mata dan mengatur nafasnya perlahan.

"Gue tau, sekarang yang ada di mata lo cuma bales dendam. Tapi, pernah ngga lo mikir apa ini yang dia mau?"

"Lo ngga tau apa-apa Radit, dan satu hal yang harus lo inget."

"Gue emang nyuruh lo jaga dia di balik layar, tapi kenapa lo ngga ngelaporin ke gue tentang malam itu?!" Radit terdiam, benar dia ngga bilang ke Aura tentang malam itu. Kalo Radit cerita, bukankah sama saja membuat malapetaka?

"Gue ngga bilang, karena demi kebaikan Lo, Ra!" Aura tersenyum miring.

"Demi kebaikan gue? HAHAHA lawak lo? Gue nyuruh lo jaga dia, bukan gue! Dan, apa hak lo bilang gitu?" Radit kembali mengatur nafasnya, benar jangan sampai emosinya lepas.

"Ada saatnya gue jelasin semua, kenapa gue milih buat ngga ngelaporin tentang malam itu." Setelahnya Radit berjalan ke arah pintu rooftop. Langkah terhenti saat mendengar apa yang Aura katakan.

"Satu yang harus lo tau Radit, kejadian malam itu bukan hanya membunuh satu nyawa."

"Maksud lo, Ra?"

Aura tersenyum, dan menatap ke arah Radit.

"Nyawa yang lain ikut mati Radit, dan harusnya gue bisa cegah tragedi itu." Kaget, itulah yang Radit rasakan, apa sebenarnya maksud dari ucapan Aura. Dan lagi, dia melihat Aura menangis?

Radit kembali mendekati Aura, tapi langkahnya terhenti kala Aura menatapnya.

"Sekarang lo pergi dari sini, jangan sampe gue buat lo terluka." Radit membuang nafasnya kasar, Radit membawa langkahnya pergi meninggalkan Rooftop.

Setelah kepergian Radit, Aura menghapus air mata palsu yang mengalir di pipi dan berjalan ke arah tempat di mana garis polisi masih melintang di sana.

"AHAHHAHHAHA" Seketika tawanya terhenti dan berganti dengan seringaian.

"Bukankah, kalian hidup tenang? Ah, rasanya tidak asik jika tanpa satu pertunjukan." Aura menatap semua murid dari arah rooftop. Dan sesekali tersenyum simpul melihat para murid cupu yang berada di sekolah itu.

Aura mengeluarkan ponselnya dari saku seragam almamater dan menelpon seseorang.

"Bawa dia ke rooftop." Setelah mengatakan itu, Aura berjalan ke arah kursi yang tadi ia duduki dan menunggu seseorang yang akan menjadi mainannya.

" Setelah mengatakan itu, Aura berjalan ke arah kursi yang tadi ia duduki dan menunggu seseorang yang akan menjadi mainannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC!

See you next chapter.

BACK (THE END!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang