XXIII

8.3K 301 0
                                    

Seharian berkeliling mansion membuat seorang remaja pria membuang nafasnya kasar.

Ayolah ini sangat membosankan.

Tujuan dia ke sini hanyalah untuk bertemu kakak perempuan yang sangat dia sayang.

Atau lebih tepatnya dia posesif terhadap Aura.

Tak jauh berbeda dengan kedua kakak laki-lakinya, Rion bahkan lebih overprotektif jika melihat segaris luka yang ada di tubuh Aura.

Seperti kejadian beberapa bulan yang lalu di sekolahnya yang berada di Australia. Seorang pria menampar Aura. Sebenarnya Rion tidak ada di tempat kejadian saat itu, tapi karena kejadian itu menggemparkan satu sekolah sehingga sampai ke telinganya.

Setelah mendengar apa yang di katakan temannya tentu saja membuat emosi Rion tersulut, hanya karena tak di balas perasaannya dengan lancang pria itu menampar Aura?

Kalian pikir Rion akan diam saja? Jika bukan dia yang bertindak, maka kedua kakaknya lah yang akan bertindak dan pastinya itu bukan hal yang baik.

Sehari setelah kejadian, pria yang menampar Aura di kabarkan masuk rumah sakit dan tentu saja dengan kondisi yang bisa di bilang tidak baik.

Lebam di sekujur tubuh, wajah yang terdapat luka sayatan, dan tangan kiri yang nyaris putus.

Dalam sekejab berita itu menjadi viral dan tentu saja banyak orang yang sudah tau akan seperti apa akhirnya.

Siapa sih yang mau menyerahkan diri ke malaikat maut? Oh tidak, atau lebih tepatnya perantara untuk bertemu malaikat maut.

Saat tengah asik bermain game di ponsel, suara langkah kaki mengalihkan perhatiannya.

"KAKAK!!"

Aura hanya bisa memejamkan mata dan menetralkan pendengarannya.

Pria remaja itu berjalan cepat ke arahnya dan langsung memeluk tubuh wanita yang ada di depannya.

"I miss you, why leave me there alone?"

"Jahat ta- ADUHH KAK!!" Bukan jawaban yang ia dapat namun jeweran di kuping.

"Kenapa teriak? Ini bukan hutan Arion!" Sang empu hanya menyengir tanpa rasa bersalah.

Melepaskan pelukannya, Aura berjalan ke arah sofa yang tadi Rion tempati.

Berbeda dengan Aura, tatapan Rion berubah dalam sekejab saat tak sengaja melihat ke arah bibir wanita itu.

"Hah,"

"Kenapa?" Aura membuka matanya yang tadi sempat terpejam.

"Apanya?"

"Kenapa?!" Ucap Rion dengan menekan suaranya.

Suasana keduanya menjadi hening seketika, saat ini hawa keberadaan Rion tak enak untuk di rasakan siapapun.

Begitu juga dengan para pelayan yang segera pergi menjauh dari keduanya.

Menyadari apa yang terjadi saat ini, Aura membenarkan posisi duduknya dan menengok ke arah belakang.

"Duduk," Ucapnya, Rion mendekat ke arah Aura dan mendudukkan dirinya tepat di samping wanita itu.

Tatapan Rion tak lepas dari luka itu, tangannya terangkat dan mengusap pelan bibir wanita di depannya.

Aura memperhatikan apa yang Rion lakukan, setelah apa yang Rion lakukan tadi Aura tersenyum.

"Bukan apa-apa ini-"

"Siapa?" Aura menaikan satu alisnya.

"Siapa yang berani nyium lu?!"

BACK (THE END!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang