XLVII

1.2K 100 13
                                    

Aura berdiri di depan cermin besar yang ada di kamarnya, menatap lekat mata yang terpantul dari cermin itu.

"Sepertinya hari ini akan sangat sibuk dan yahh kebenaran tidak selamanya bisa di sembunyikan"

Mengambil tas yang ada di kasur, lalu berjalan pergi meninggalkan kamar.

Di lantai bawah, Rion menunggu kakak kesayangannya untuk sarapan bersama. Saat mendengar suara lift terbuka ia berlaga tengah memakan makanan yang sudah sedari tadi ada di depannya.

Aura berjalan ke arah meja makan dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi di depan Rion.

"Bang Adrian mana?"

"Udah pergi kak, katanya sii ada sedikit masalah di perusahaan cabang Singapur"

"Ohh,"

Rion menatap ke arah Aura.

Merasakan tatapan itu, Aura menatap balik Rion.

"Kenapa?"

"Emm, kakak udah maafin aku?"

"Ngga usah di bahas" Rion menunduk dan kembali memakan sarapannya. Melihat itu Aura hanya terkekeh kecil.

Selesai sarapan, keduanya berjalan ke arah garasi mobil. Setelah memilih mobil yang akan di kendarai, keduanya mulai meninggalkan garasi mansion.

Selama di perjalanan, Rion mendengar kakaknya bersenandung.

Kakaknya ini tidak biasa bersenandung, kecuali ada hal yang mungkin...

Tidak, jangan bilang.

"Kak Aura?"

"Emm, kenapa?"

"Ini bukan tanggalnya kan kak?" Mendengar apa yang di katakan Rion, membuat sudut bibir Aura terangkat.

"Mungkin, bukan" Mengatakan dengan tenang sembari tersenyum ke arah Rion.

Rion yang melihat itu seketika terpaku.

Ini tidak akan baik.

Haruskah dia memberitahu kedua abangnya?
Sial, kenapa harus di saat ini.

Tak terasa, keduanya sudah sampai di parkiran sekolah.

Aura membuka pintu mobil dan berjalan dengan santai ke arah seorang pria yang tengah memarkirkan motornya.

Melihat itu, Rion dengan cepat mengikuti Aura dari arah belakang.

"Aura?" Pria itu menatap bingung Aura yang menatapnya dengan tersenyum.

"Sudah menerima paket itu, Radit?" Seketika tubuh Radit kaku saat teringat paket yang dia terima sehari yang lalu.

"Jangan bilang?"

"Hahaha, bodoh kau harusnya tau apa arti dari paket itu" Aura melangkah mendekat ke arah Radit.

"Kau tidak bodoh saat melihat isinya bukan? Benar Radit dia sudah mati" Aura kembali tersenyum, Radit menatap Aura sulit di artikan.

"Ngga mungkin! Lu ngga usah bercanda Aura!"

"For what? Nyatanya, lu juga curiga sama siapa gue yang sebenarnya, right?"

Aura berjalan melewati Radit yang masih terdiam, menghentikan langkahnya tepat di belakang Radit dan kembali berkata.

"Kebenaran akan segera terungkap dan gue harap lu ngga akan pernah menyesali keputusan itu." Kembali membawa langkahnya, Radit menatap Aura yang mulai menjauh.

Rion yang sedari tadi melihat itu hanya bisa terdiam.

"Maksudnya? Apa yang sebenarnya terjadi"

"Dia ngga mungkin udah ambil alih kak Aura kan?"

BACK (THE END!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang